Dalam sebuah diskusi, salah satu rekan mempertanyakan
efektifitas dari sebuah pelatihan. Saya menjawab, untuk mengubah seseorang
tidaklah mudah, apa lagi untuk mengubah sebuah organisasi lebih sulit lagi. “Jika tidak sampai menyentuh
hati maka perubahan itu tidaklah berdaya tahan, cenderung kembali lagi berulang
ke kebiasaan lama”.
Mengapa? Karena salah satu sebab utama adalah
pikiran kotoran yang telah dan terus menempel di diri kita. Pikiran kotor
inilah yang justru mengontrol sehingga ketika kita ingin melakukan perubahan
baik, ia jadi tidak rela dan justru menghambat. Pikiran tersebut hidup dan memiliki daya hingga mampu menahan niat
seseorang untuk melakukan perubahan. Maka wajar jika seseorang ketika ingin
berubah terasa hambatannya.
Seseorang ketika ingin
mengubah kebiasaan buruk, seperti merokok, nonton TV, Games, pornografi, gosip dan hal kecanduan lainnya, juga termasuk rasa iri
hati, cemburu, dendam, kesombongan adalah tidak mudah. Mengapa? Karena mereka
semua seperti benda hidup yang terus merongrong dan menjadi beban menempel yang
sulit sekali dilepaskan.
Contoh sederhana, jika
anda terbiasa untuk menonton TV, cobalah berhenti sejenak perhatikan. Bukankah
anda melakukannya dengan otomatis. Mungkin ketika bangun tidur Anda seperti
digerakkan untuk duduk sebentar melihat TV tersebut. TV tersebut seperti
memanggil Anda bukan. Itulah mengapa seseorang sulit sekali untuk mengubah
kebiasaannya, karena benda benda tersebut menjadi hidup dan mereka punya
kekuatan untuk menahan bahkan menarik untuk tetap ditahap ini.
Jadi bagaimana mengubah diri?
Langkah pertama yang saya tawarkan adalah
mulailah dengan sadari pikiran. Dengan melatih kesadaran pikiran, kita menjadi
waspada dengan apa yang masuk ke dalam pikiran, apakah hal baik dan buruk.
Namun ini lebih bersifat preventif (berjaga jaga – lihat bagian 2). Untuk mampu menyadari pikiran, perlambatlah
aktivitas jika kita adalah orang yang super sibuk. Sebaliknya jika kita orang
dengan ritme lambat kita perlu meningkatkan aktivitas.
Langkah kedua, menggali dan menemukan apa yang kotor di dalam
diri. Lihatlah tindakan buruk yang
berulang kita lakukan, kemudian temukanlah sebabnya dalam pikiran.
Pikiran apa yang mendorong tindakan tersebut terjadi.
Kemudian berdamai dengan kejadian tersebut. Kita perlu jujur dan dengan hati
terbuka melihat bahwa ternyata kita penuh kekurangan. Ditahap ini kita akan
dituntun melihat luka yang ditimbulkan oleh diri kita atau sebaliknya orang
yang telah melukai kita.
Contoh, tindakan kita
didorong terus untuk melampiaskan nafsu seksual. Lihatlah pengalaman yang
membentuknya. Bukankah dimulai dengan pikiran cabul, kebiasaan nonton film biru
atau lingkungan negatif yang mendorong
untuk senantiasa memikirkan hal tersebut.
Jika kita tidak menyadari apa yang menempel
dan belajar melepaskannya hal itu akan terus menggerogoti diri hingga akhirnya
tanpa sadar kita menyerah dan membiarkan segalanya berjalan seperti apa adanya.
Yang sering terjadi adalah kita kalah dengan keadaan dan semenjak itu kita
hanya mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh pikiran kita. Walau kita ingin
berontak untuk melakukan yang baik, tidak berdaya, karena pikiran kotor
tersebutlah yang lebih mendominasi kita. Jadi perubahan baik apapun yang kita
rancang seringkali kandas ditengah jalan.
Jika kita memiliki
sebuah kebiasaan untuk melakukan permenungan / refleksi (melihat ulang
perjalanan hidup) ini akan sangat membantu. Melakukan refleksi berarti kita
kembali memaknai hidup dan ini akan memberikan kita paradigma baru, terlebih
jika kita selalu mampu menarik dari sisi manfaat dan positif itu akan menjadi
kekuatan dalam menjalani hidup.
Selamat berjuang mengubah diri ....
Salam hangat …
candratua
Undangan Khusus !
OPEN HOUSE: Extra love & Care: Program Bagi Sahabat dengan Disabilitas Intelegensia
OPEN HOUSE: Extra love & Care: Program Bagi Sahabat dengan Disabilitas Intelegensia
Informasi dan Pendaftaran ke: 021-29382939/
44579745/ 70754779/ 08127917540/ 0811997713/ 0817133238: FREE (dengan
konfirmasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar