Di masa lalu, para pedagang menggunakan
timbangan yang tercetak 4 aksara易 Gong Ping Jiao Yi (transaksi adil), di
zaman modern masyarakat juga menggunakan kalimat "transaksi adil"
sebagai jargon yang harus dilakukan oleh pengusaha dalam berbisnis.
Berbicara tentang asal-usulnya, berikut ini adalah cerita yang
menceritakan asal-usul tersebut.
Legenda
yang beredar sejak zaman dahulu, menceritakan tentang seorang pengusaha
kecil, bernama Adil (Gongping), yang berwatak tulus dan jujur serta
melakukan bisnisnya sesuai dengan aturan.
Suatu
hari, setelah selesai berdagang, Adil menutup tokonya lalu pulang.
Sesampai di depan pintu rumah, kakinya tersandung oleh suatu benda, dan
setelah diteliti, ternyata sebuah perak berkilauan, setengahnya
mencuat di permukaan tanah dan bersinar. Ia lalu mengambil sekop dan
menggali potongan perak tersebut dan menimbangnya, beratnya 10 ons.
Berdasarkan
berat timbangan ons misalnya di zaman Dinasti Tang dahulu, 10 ons
perak bernilai pada saat itu sekitar 38 juta rupiah, di bagian atasnya
terukir tulisan "Transaksi adil, masing-masing mendapatkan bagiannya".
Di
dalam hati, Adil berpikir, "Ini adalah perak yang dihadiahkan Tuhan
kepada saya dan orang yang bernama Transaksi, dan aku tidak boleh
seorang diri memilikinya."
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk berkelana, sambil melakukan bisnis sambil mencari orang yang bernama Transaksi.
Suatu
hari, Adil berjalan dari jalan besar sampai gang kecil, tak segan
bekerja keras menjajakan dagangannya. Beberapa bulan kemudian, karena
bermodal kecil, hanya cukup untuk makan sehari-hari saja, tidak berapa
lama kemudian modal pun menipis dan hanya menyisakan potongan perak itu,
tetapi ia masih belum menemukan keberadaan Transaksi.
Sepanjang
waktu tersebut, ia lebih baik meringkuk di bawah atap dan menginap di
jalanan, tetapi tidak menggunakan sepuluh ons perak tersebut. Cuaca
berangsur semakin dingin, namun kelaparan dan kedinginan tidak
menggoyahkan tekadnya untuk menemukan Transaksi.
Dia
terus berjalan dan mencari. Pada suatu malam, tiba di sebuah kota
kecil, ia tidak mampu bertahan lagi dan terduduk di depan pintu sebuah
rumah makan, mulutnya masih saja terus bergumam, "Di mana ya saudara
Transaksi? di mana ya saudara Transaksi?"
Ia
tidak menyadari bahwa pemilik rumah makan itu kebetulan bernama
Transaksi. Seorang pekerja mendengar di depan pintu ada orang yang
memanggil nama bosnya, ia bergegas keluar melihat dan terihat seorang
pria compang-camping terbaring di emperan, dia pun selekasnya
memberitahukan kepada sang bos.
Transaksi
mendengar laporan tersebut langsung bergegas keluar, ia memapah Adil ke
dalam rumah, sambil menyuruh pembantunya memasak air untuk membuatkan
teh, sambil bertanya kepada Adil.
Setelah
Transaksi tahu Adil datang dari tempat jauh, dan mencarinya hanya
untuk membagi rata perak itu, ia merasa terharu dan cepat-cepat
berkata, "Sepotong perak saja, mengapa sampai begitu, kenapa engkau
tidak mengambil sendiri untukmu saja? Apalagi itu juga engkau yang
menemukannya."
Adil berkata, "Di atas perak tertulis dengan jelas, bagaimana saya bisa sendirian memilikinya?"
Transaksi
melihat Adil begitu berbaik hati, maka timbul rasa hormatnya dan
dengan penuh haru berkata, "Saya hidup dengan layak, saya rela
memberikan yang setengah itu untuk Anda."
Adil dengan bingung bertanya, "Anda Siapa?"
"Saya adalah Transaksi orang yang siang malam engkau cari."
"Ah..!
Puji syukur kepada Tuhan, akhirnya aku menemukanmu," melupakan
kelelahannya, Adil dengan cepat menyuruh Transaksi mengambil pisau
untuk memotong dan membagi perak tersebut. Transaksi terus menolak,
tetapi Adil bersikeras, akhirnya ia terpaksa menyuruh pembantunya
mengambil parang.
Adil meletakkan
perak tersebut di atas batu cadas di halaman rumah. Parang diayunkan
dan terdengar suara "krak", setengah potong perak jatuh ke dalam
celah-celah batu. Adil menjulurkan tangannya ke celah batu dan
tangannya sampai lecet berdarah tetapi masih gagal mengambil perak itu.
Transaksi
melihat separo potongan perak lainnya terletak di atas batu cadas dan
tertulis aksara Adil, dengan cepat ia berkata, " Lupakan saja, jangan
dikorek lagi, yang setengah milik Anda ada di sini."
Adil menjawab, "Tidak boleh demikian, Anda tidak mendapatkan, saya tidak bisa mengantonginya sendiri."
Transaksi
melihat Adil benar-benar "adil", lalu mengambil sepotong linggis dan
mereka berdua dengan sekuat tenaga mencongkelnya. Akhirnya batu terbelah
dan tanah di bawah batu itu terlihat 9 gentong yang berisi 18 kaleng
emas dan perak yang masing-masing diatasnya tertera kata-kata:
"Transaksi Adil, masing-masing mendapatkan bagiannya."
Hal
tersebut dengan cepat tersiar di kota kecil itu, orang pun bukan ramai
membicarakan peruntungan mereka, tetapi membicarakan akhlak mereka
berdua yang jujur dan terhormat. Akhirnya, para pedagang untuk
memperingati Adil dan Transaksi, belajar dari spirit mereka dalam
memperlakukan orang lain dengan tulus, maka mengambil nama mereka berdua
"Transaksi - Adil" dan diukirkan pada timbangan, sehingga tranksaksi
adil menjadi timbangan hati nurani diantara para pedagang dalam
berbisnis. (hui/ran) erabaru.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar