Selasa, 12 November 2013

Penemuan "Partikel Tuhan" (2)



Pada 8 Oktober lalu, hadiah Nobel tahun ini dalam bidang fisika dianugerahkan kepada dua pakar fisika, yakni Profesor Peter Higgs (84) dari Inggris, dan ilmuwan Belgia, profesor Francois Englert (80), atas penemuan mereka tentang eksistensi “Partikel Tuhan (Higgs boson)”.

Keberadaan partikel tersebut dianggap sebagai materi yang memberikan massa terhadap substansi, yang meletakkan landasan penting seputar teori asal-usul alam semesta.

Dari Mana Partikel Tuhan Berasal ?


Para fisikawan umumnya berpendapat bahwa partikel Tuhan bersumber dari ledakan besar (big bang) di alam semesta. Faktanya adalah, big bang alam semesta dianggap sebagai serangkaian partikel fundamental yang merupakan sumber muasal paling awal yang di dalamnya termasuk partikel Tuhan.

Lantas, bagaimanakah partikel Tuhan ini membuat partikel lainnya sehingga mempunyai massa? Partikel Tuhan dapat membentuk Medan Higgs yang tersebar di ruang alam semesta. Sejumlah partikel bergerak di dalam Medan Higgs. Karena mendapat hambatan sehingga gerakannya menjadi stagnan, maka timbullah massa pada partikel tersebut. Partikel yang berbeda akan mendapat “hambatan” yang berbeda, sehingga massa yang timbul pun berbeda.

Istilah “partikel Tuhan” ini berasal dari peraih hadiah Nobel, Leon Lederman pada 1993 yang memperkenalkan karya fisika partikelnya yang berjudul The God Particle: If the Universe is the Answer, What is the Question? Menurut informasi, partikel yang misterius ini dapat memancarkan sinyal transformasi yang unik pada saat terjadi tubrukan, namun akan menghilang sebelum berhasil ditangkap oleh alat pendeteksi.

Digunakannya kosakata “partikel Tuhan” tidaklah mengejutkan. Partikel Higgs adalah partikel dasar terakhir yang hingga saat ini belum dapat dibuktikan eksistensinya dalam model standar alam semesta. Dalam ilmu fisika, partikel yang ada saat ini, 11 jenis partikel telah berhasil dibuktikan dengan hanya menyisakan partikel Higgs yang merupakan keping terakhir dalam teka teki alam semesta ini.

Para fisikawan berpendapat, jika partikel Higgs tidak eksis (atau tidak dapat dibuktikan keberadaannya), maka teori model fisika alam semesta yang ada saat ini juga tidak akan eksis, dan mata rantai tersebut harus diputus. Pada saat partikel ini disebut sebagai “partikel Tuhan” sesungguhnya juga menyatakan: “Ditemukannya partikel ini, adalah sama sulitnya dengan membuktikan keberadaan Tuhan.” Sulit dilacak, hanya bisa dirasakan, tapi tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, apalagi dilihat dengan mata. Dan kini, membuktikan eksistensi partikel Tuhan ini sama artinya dengan menjelaskan “mengapa partikel yang ada di dalam segala benda saling tarik-menarik dan gaya tarik itu kian lama kian berat”? Itu karena Tuhan telah memberinya massa.

Menunggu 50 Tahun untuk Mendapat Pengakuan Kalangan Akademis

Dua orang mantan dosen berusia lebih dari 80 tahun telah menunggu hingga genap 50 tahun lamanya untuk mendapat pengakuan dari kalangan akademisi terhadap teori “partikel Tuhan” ini. Selama proses ini, para ilmuwan dari berbagai belahan dunia mempermainkan berbagai penemuan besar dalam belantara teori, membangun model partikel standar yang di dalamnya mencakup Quark dan Lepton, mesin akselarasi tubrukan partikel yang terbesar di dunia yang terdapat di Geneva, Swiss; terciptanya Large Hadron Collider; serta penelitian para ilmuwan dengan menggunakan Large Hadron Collider, saat para ilmuwan menyatukan kepingan demi kepingan misteri ini. Akhirnya dibuktikan keberadaan Higgs boson yang disebut sebagai “partikel Tuhan” itu.

Menurut penuturan, kalangan ilmu fisika partikel terus meneliti dari mana asal muasal massa pada partikel, dan waktu itu Higgs sebagai seorang asisten dosen yang masih muda di Edinburg, pada 1964 bersama dengan beberapa anggota tim lainnya termasuk Profesor Engler, pertama kalinya merintis perumpamaan adanya partikel Higgs boson (partikel Tuhan), dan berpendapat bahwa dalam proses pendinginan alam semesta setelah terjadi ledakan, terdapat semacam partikel yang tak terlihat (Higgs boson) yang memberikan massa pada unit substansi yang mendasar.

Setelah itu, pada 1970 di kalangan ilmiah berhasil merancang standar model yang mencakup Quark dan Lepton, namun tetap tidak bisa membuktikan mengapa sejumlah partikel memiliki massa, sedangkan partikel-partikel lainnya yang mirip dengan neutron justru terlihat tidak memiliki massa.

Pada 2008, Large Hadron Collider di CERN berhasil dibuat dan dipergunakan. Pada 4 Juli 2012, CERN menggelar konferensi pers di Jenewa, Swiss, yang mengumumkan bahwa alat Large Hadron Collider mereka telah mendeteksi partikel baru yang memiliki karakteristik sama dengan partikel Higgs boson. Pada 14 Maret 2013, CERN merilis laporan yang membenarkan bahwa partikel baru yang berhasil mereka deteksi tersebut adalah partikel Higgs boson.

Professor Engler beserta ilmuwan Belgia, Robert Brout bersama-sama ambil bagian dalam memastikan teori partikel Tuhan ini, serta merilis artikel yang menjabarkan teori ini. Oleh karena itu Engler, Higgs, dan CERN sama-sama meraih penghargaan Prince of Austria Award for Science and Technology pada 2013.

Profesor Brout telah meninggal pada 2011, sedangkan hadiah Nobel hanya diberikan pada ilmuwan yang masih hidup, sehingga Professor Brout sendiri tidak masuk dalam nominasi hadiah Nobel kali ini.

(Ma Yinghui/Lin Nan/Epoch Times/lie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar