Minggu, 24 Juni 2018

Cerita Moral : Si Pengekor : KaMo Homeschooling Community : WA 0852 68506155



Si Pengekor!

“Din, apa yang akan kamu pilih untuk kegiatan ekskul?”
“Ehmm….. aku lagi pikir mau ikut basket. Kalau kamu mau ikut apa, Tes?”
“Aku mau ikut basket deh, kaya kamu aja ……!”
“Yakin kamu, Tes?? Kamu kelihatannya kurang cocok deh …”
“Biar aku coba, Din. Lagian aku pingin dekat ama si Jenny.” 

Jenny adalah anak pandai di kelas. Ia juga disenangi banyak orang karena sering membantu teman, bahkan ia menjadi idola di tim basket sekolah karena kemampuannya mencetak angka di setiap pertandingan. 

Benar saja! Baru dua minggu Tesa sudah bosan, “Din, aku nggak ikut basket lagi ya. Cape dan kayaknya membosankan. Masa kita harus kejer-kejer bola …” gerutunya.
Ini adalah ekskul  keenam yang coba diikuti oleh Tesa. Sebelumnya ia pernah mencoba ikut volley, tari bali, melukis, paduan suara, dan computer. Semua diikuti tapi tidak ada yang tuntas. Tesa mendengar bahwa ekskul volley keren karena memang sekolah kami biasa menjadi juara ketika ada pertandingan antar sekolah. Tesa berpikir dengan masuk ekskul volley akan menyenangkan dan ia menjadi tenar. Tapi sayang baru dua bulan ia sudah berhenti dan menyerah karena kelelahan.
Tesa mengikuti ekskul tari Bali. Namun hal ini  juga hanya sebentar. Pada awalnya Ia melihat Susi masuk TV dalam acara budaya daerah. Susi menari begitu indahnya. Ia berpikir bahwa ia pasti juga bisa menari dan  berharap  masuk TV. Tetapi toh niatnya itu sia-sia juga.
Tesa  mudah sekali terpengaruh oleh gagasan lain sehingga keputusannya berubah-ubah. Apalagi ketika menghadapi hambatan dan kelelahan. Sebetulnya ia cukup berbakat ketika  masuk ekskul  komputer. Ia cukup cepat menyerap materi yang diajarkan. Namun karena dituntut untuk ikut kompetisi kecakapan menggunakan komputer, Tesa lalu mundur. Ia beralasan tidak punya cukup waktu untuk mengerjakan tugas-tugas dalam kompetisi tersebut. Akhirnya Tesa keluar demi menghindari kompetisi tersebut.
Pada hari Sabtu ini sekolah melaksanakan Career Day. Guru BK mengundang beberapa profesional untuk hadir di sekolah. Kami semua boleh bertanya tentang segala sesuatu tentang tugas mereka. Mereka adalah pilot, dokter, penyanyi, dosen, olahragawan, kontraktor, disainer, perawat, sekretaris, penjahit, penari, koki, bahkan petugas pemadam kebakaran. Mereka semua adalah ayah atau ibu dari para siswa kelas 5. Para siswa  duduk di kelas-kelas dan diatur sedemikian rupa sehingga semua berkesempatan untuk bertemu dengan para profesional itu.
Aku berkesimpulan bahwa para professional itu sebelumnya berproses - mencari - hingga mereka menjadi orang-orang hebat seperti sekarang. Tidak ada yang langsung jadi, butuh usaha, perlu mencurahkan tenaga hati dan pikiran. Satu lagi yang paling menginspirasiku adalah bahwa mereka semua ternyata sejak kecil sudah menyenangi apa yang mereka geluti sekarang. Dokter Anggi -  ayah Jenny -  bercerita ketika bahwa ketika masih  kecil  senang sekali dengan alat-alat kesehatan mainan. Bahkan dulu seringkali ia memeriksa ibunya yang diminta berpura-pura sakit. Sementara Mama Temmy adalah seorang penari professional. Beliau sering diminta mengajar di berbagai kota di Indonesia. Dahulu ketika beliau remaja pernah diutus oleh pemerintah  untuk tampil di Amerika, Jerman, Belanda, dan Jepang. Duta besar memintanya untuk menari di depan tamu-tamu asing tersebut. Tetaapi prestasi itu tidak didapat dengan mudah. Beliau harus mempersiapkan diri dan berlatih dengan sangat panjang. Beliau berlatih setiap hari dan menghabiskan lima jam.
Ayah Joni tak kalah serunya. Kami para siswa memandang kagum melihat kegagahan beliau dengan seragam pilotnya. Beliau bercerita bahwa ketika kecil senang sekali membuat pesawat terbang dari kertas dan lego, suka mengkoleksi buku tentang pesawat, mengunjungi bandara terdekat  untuk melihat pesawat tinggal landas dan mendarat. Ceritanya begitu hidup. Ketika beliau bercerita tentang pengalaman yang mengerikan saat tiba-tiba salah satu mesin pesawatnya mati kam turut merasakan betapa ngerinya situasi itu. Jika aku ada di gedung  tinggi dan melihat ke bawah saja sudah merasa ngeri sekali. Apa lagi ayah Joni, dia ada di langit bersama awan hitam, geledek, dan petir.  Wah ini bukan profesi yang aku pilih. Profesi ini sangat mengerikan bagiku ….!
Aku bertanya pada Tesa yang dari tadi duduk bersamaku, ”Kira-kira apa yang nanti kamu pilih, Tes?”
“Aku jadi bingung Din. Semua profesi nampaknya seru dan menarik. Aku ingin mencoba semuanya.”
“Kalau kamu menginginkan semuanya, maka kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Kamu harus memilih. Coba kamu lihat, tidak ada dari mereka memiliki  dua profesi yang dijalankan sekaligus. Dan mereka meraih impian mereka dengan usaha bersungguh-sungguh. Menurutku sederhana saja deh untuk tahu cita-cita kita. Sekarang yang betul-betul kamu sukai apa, Tes? Aku  sih  suka menggambar mungkin aku akan menjadi seorang arsitek atau disainer seperti papa Dhika.”
Tesa sepertinya bingung mendengar pertanyaanku. Ia tidak tahu harus menjawab apa. “Din, aku bingung suka apa. Aku seringkali tidak tuntas menyelesaikan ekskul dan pelajaran. Semua nampak biasa-biasa dan membosankan. Mungkin yang paling aku suka sebetulnya komputer. Tapi kadang-kadang aku malas dan tidak mau menghadapi kompetisi. Aku takut kalah. Aku takut malu, Din.”
“Tes, dengar nggak pengalaman ayah Dodi yang pelukis itu. Ia bahkan ditentang oleh ayahnya. Tapi ia berani dan yakin dengan pilihannya. Ia memilih untuk bahagia dengan pekerjaannya. Itu yang penting. ”Aku percaya orangtuamu pun akan mengijinkanmu dan mendukungmu. Yang perlu dilakukan sekarang adalah melakukan segala sesuatu yang sudah dipilih dengan tuntas. Setidaknya selama satu tahun kamu sungguh-sungguh menekuni. Tentang hasil itu adalah soal hadiah.“ Aku  lalu menggandeng tangan sahabatku itu. Ia tengah merenung dan berpikir.
Tantangan: Apa yang kamu sukai dan kira-kira profesi apa yang kamu pilih di masa mendatang?

Cerita Moral : Si Pengekor : KaMo Homeschooling Community : WA 0852 68506155 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar