Siapa di sini yang menyukai emas?
Siapa sih yang tidak menyukai emas, entah itu emas sebagai perhiasan
ataupun emas sebagai investasi. Emas
sebagai alat investasi sangat menarik, karena harganya yang terus melambung
beberapa tahun terakhir ini. Saya pun
berinvestasi dengan emas, emas murni tepatnya. Nilai per gram emas murni yang sekitar 2 tahun
lalu saya beli seharga Rp 300 ribuan, saat ini per tgl 17 Januari, nilainya
sudah senilai Rp 560.000,-. Saya lebih
suka investasi dengan emas murni, karena harganya yang akan stabil & tidak
akan berkurang saat dijual kembali (jika emas perhiasan, karena perhiasan
cenderung berkurang nilainya dikurangi dengan ongkos pembuatan, penyusutan dan
sebagainya. Belum lagi harganya yang bisa “dimainkan” oleh pedagang emas jika
tidak dijual di tempat yang sama ketika membeli.)
Sama seperti emas
murni, kembali saya mengajukan refleksi
ke dalam, untuk apakah semua yang kita lakukan saat ini di dunia ini? Apakah kita sudah menjadi murni dalam segala
sesuatu yang kita kerjakan, ataukah saat ini yang kita kerjakan hanyalah
tampilan permukaan kita saja yang ingin terlihat baik, ingin terlihat sekadar
pintar, ingin terlihat seperti murah hati, ingin terlihat seperti seorang yang hebat.
Tidak ada yang salah
dengan hal-hal di atas, tetapi saya ingin mengajak lebih dalam lagi untuk
segala sesuatu yang kita lakukan, apakah kita tulus, apakah kita murni? Bukan untuk kita terlihat seperti hal-hal di
atas, tetapi karena murni dari dasar
hati kita yang paling dalam. Untuk
menyadari hal-hal ini, kita perlu masuk lebih dalam lagi ke dalam lubuk hati
kita, pun saya bisa jadi yang menulis ini juga tak lebihnya hanya seorang ‘bobrok’
yang mencoba ‘sok tahu’.
Saya mau mengajak secara
jujur & terbuka akan perbuatan-perbuatan baik kita, apakah kita melakukan
sesuatu atas dasar yang murni. Banyak
hal di dunia ini yang kalau boleh jujur
(ini nih termasuk saya juga) bahwa kita melakukan sesuatu karena adanya suatu ‘imbal balik’ positif yang kita
dapatkan dari kita melakukan sesuatu. Sebagai
contoh: kita berderma, karena ada ‘perasaan
senang’ yang kita dapatkan ketika kita member, apalagi ketika kita member, ada
ucapan terima kasih yang diberikan dari orang mendapatkan dari kita. Dan kemudian, secara tidak sadar, kita akan ‘termotivasi’
untuk berderma karena adanya perasaan tersebut.
Atau bisa juga ketika kita berbicara di depan
sebagai trainer atau pembicara publik, dan orang terkesima akan apa yang kita
sampaikan & memberikan pujian kepada kita, kita menjadi merasa diri
hebat. Semua itu manusiawi & hampir pasti
terjadi kepada semua orang. Tapi saat
ini saya mau mengajak diri kita untuk lebih murni lagi, seperti layaknya emas
murni yang nilainya tidak berkurang, nilai keabadian kita akan dinilai akan apa
yang menjadi motivasi kita dalam melakukan sesuatu. Nilai motivasi yang menurut saya yang paling
murni adalah motivasi yang didasarkan oleh Cinta, oleh Kasih kita kepada Tuhan &
sesama. Walau untuk beberapa hal
tindakan baik yang kita lakukan dicemooh orang, dihina orang, justru teruslah
berbuat baik, justru itulah kita dimurnikan.
Tetap berbuat baik, pun yang lebih ekstrim terhadap orang yang berbuat
jahat kepada kita. Seperti Tuhan yang menurunkan hujan yang sama terhadap
orang baik dan juga terhadap orang jahat.
Nikmatilah ketika tindakan cinta/kasih kita malahan menyakiti kita. Seperti perkataan Mother Teresa dari Calcuta: “I have found the paradox, that
if you love until it hurts, there can be no more hurt,
only more love”
Kita harus dimurnikan seperti emas yg murni...
Seperti proses pemurnian emas, emas itu harus di bakar di atas nyala api kemudian ditempa dengan tekanan-tekanan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran dari batang emas tersebut, sampai akhirnya batang emas itu melebur kemudian membentuk emas sampai pada akhirnya akan menghasilkan emas yang murni, akan menghasilkan bentuk yang baru bahkan lebih dari bentuk sebelumnya (ab_jejak -To Live, To Love, To Leave Legacy)
Seperti proses pemurnian emas, emas itu harus di bakar di atas nyala api kemudian ditempa dengan tekanan-tekanan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran dari batang emas tersebut, sampai akhirnya batang emas itu melebur kemudian membentuk emas sampai pada akhirnya akan menghasilkan emas yang murni, akan menghasilkan bentuk yang baru bahkan lebih dari bentuk sebelumnya (ab_jejak -To Live, To Love, To Leave Legacy)
Refleksi:
Kapan terakhir saya dipuji? kapan terakhir saya dicemooh? dalam hal apa? seorang yang bertumbuh tidak dewasa dan murni tidak mudah digoyang baik puji dan cemooh. Belajar menemukan motivasi dari apa yang kita lakukan akan membebaskan .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar