Cerdik = LICIK
Seorang peserta pelatihan saya bercerita tentang si kancil
dan buaya (latihan bercerita). Di kisahkan si kancil mau menyeberang sungai
namun tidak bisa karena sungai itu dalam dan ada buayanya. Lalu ia berpikir
bagaimana sampai di seberang. Akhirnya ia menemukan ide, membujuk si buaya agar
memanggil teman temannya dan berbaris hingga ujung. Sebagai imbalannya, ia akan
menyerahkan dirinya untuk dimakan oleh buaya.
Peserta tersebut menyimpulkan,”Hidup itu perlu cerdik.
Seperti si kancil yang berhasil mencapai tujuannya dengan cara yang cerdas”.
Saya terhenyak dan merenung. Kemudian saya bertanya kepada peserta lain,
Benarkah pesan moral cerita tersebut? Salah satu peserta walaupun sudah dijelaskan 3 kali ia masih menjawab
benar. Sampai akhirnya saya berikan penjelasan lebih dalam, ia mengatakan hal
itu adalah salah. Bagaimana dengan Anda?
Kita dibesarkan dengan cerita yang sudah turun
temurun yang mungkin tidak sempat kita renungkan ulang kebenaran dan makna di
dalamnya. Kita mudah mengatakan dan menceritakan ulang tanpa sempat menyaringnya, apakah itu layak atau
tidak layak, etis atau tidak etis. Intinya kita cenderung lalai memikirkan
dampak dari apa yang kita lakukan atau katakan. Oleh karena itu Saya seringkali
mengubah cerita dan lagu tempo dulu dengan versi baru (saya) kepada anak anak
sebelum tidur.
Kata cerdas (cerdik), di jaman sekarang seperti sebuah
keharusan yang patut dimiliki setiap orang. Tapi cerdas yang macam apa? Jika
cerdas seperti yang dikatakan di atas cerdas
(cerdik) itu berarti LICIK.
Mengapa licik, karena menggunakan orang lain untuk kepentingan dirinya. Si
kancil (orang pintar) menggunakan otaknya untuk mengelabui buaya (orang bodoh)
untuk mencapai apa yang diinginkannya. Padahal dengan kita berpikir cerdik ini
tanpa sadar telah mengambil keuntungan dari orang lain. Dan ini akan
membuat pikiran kita hanya untuk mendapatkan dan mendapatkan. Tanpa sadar lagi
hal ini akan mengarahkan kita menjadi orang yang egois dan menang sendiri.
Bukankah jika hidup egois ini kita akan sengsara, tidak damai, tidurpun sulit
walau sudah berbantalkan emas batangan sekalipun.
Di alam semesta ini ada prinsip “apa yang kamu tanam
itulah yang kamu tuai”, jika seseorang mengambil milik orang lain terus menerus dalam hidupnya, maka ada satu
waktu ia harus membayarnya (hukuman). Bentuknya bisa bermacam macam, mulai dari
penyakit, masalah keluarga, kesepian-kehampaan (tidak bermakna), atau hal buruk
lainnya (di penjara).
Saya adalah salah satu orang yang tidak setuju dengan MLM
(Multi Level Marketing), walau saya sempat ikut di dalamnya. Mengapa karena
dengan sistem ini tanpa sadar saya sudah mengambil keuntungan dari orang lain,
bahkan dari orang yang tidak saya kenal (sistem komisi dll). Saya diminta untuk
mencari 2 orang dan 2 orang lagi di bawahnya. Setelah itu binalah orang di
bawahmu (4 orang) supaya bisa seperti
kamu (copy paste) mencari orang lain lagi agar lebih banyak orang yang berada di bawah saya.
Duh, dengan pengertian saya sekarang, setiap orang itu punya
hidupnya, rejekinya, bidangnya... mana bisa sekedar di copy paste... Tapi
banyak saja orang yang percaya dengan tawaran yang aduhai untuk terus masuk
mencoba bergabung (walau pun banyak juga yang keluar), termasuk saya.
Kalau diingat ingat kapan saya licik, banyak juga ternyata. Dari
kecil sampai besar saya bisa menemukan kapan saya licik. Contoh sederhana,
ketika saya masih SD berkelahi dengan kakak saya. Saya gigit dia sampai nangis,
tapi saya juga ikutan nangis supaya saya tidak dihukum. Ketika saya kuliah,
saya menggunakan teman teman saya untuk melakukan kecurangan pada satu pemilihan ketua senat. Ketika
saya bekerja, saya yang bertanggung jawab harus memecat seseorang, namun tugas
itu saya limpahkan ke orang lain (merasa segan). Intinya saya cerdik untuk
menghindari yang tidak enak, mendapatkan kepentingan saya dan berikan tanggung
jawab saya kepada orang lain.
Dalam jangka pendek, semua kecerdikan itu memberikan buah
yang manis, tapi pahit yang lama. Jika kita terus menggunakan pikiran kita
hanya sekedar mendapatkan apa dari orang lain pada akhirnya kita tidak memiliki
apa apa. Justru kita perlu mencoba memikirkan dengan sadar, apa yang sudah saya
beri dan tanam, karena dari situlah kita akan mendapatkan dan bermakna.
Semoga saya dan anda menjadi orang orang yang bertekun menanam
sesuatu yang baik, bukan sekedar mendapatkan dan menerima manfaat dari kebaikan
orang lain.
Salam hangat ... candra
Perubahan
terjadi dimulai dari hati yang tergerak
Refreshing, Fun Games, Leadership, Karakter Moral, Train
The Trainers (TOT)
Pin bb :
262a2f26 email : karaktermoral@yahoo.com
Twiter :
@candratua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar