TEMPO.CO, Jakarta-Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya turun tangan dan
mengambil alih penataan organisasi. Dalam konferensi pers, Jumat 8 Februari
2013, SBY juga meminta Anas
Urbaningrum fokus menyelesaikan kasus hukum yang dihadapinya.
Refleksi
Saya tergelitik melihat pertempuran dingin antara SBY dan
Anas. Terus terang bagi saya ini adalah tontonan yang tidak mendidik yang
diberikan oleh seorang kepala negara kepada rakyatnya. SBY, telah
mentertontonkan betapa ia hanya peduli dengan dirinya sendiri. Ia hanya peduli
dengan priuknya, peduli dengan citranya saja.
Sebetulnya siapakah yang bersalah? Pemahaman saya jika anak
buah (Anas) bersalah berarti atasan (SBY) juga bertanggung jawab. Setidaknya tanggung
jawab moral. Salah memilih anak buah (anas) telah membuat rakyat ini menderita.
Tapi apakah lantas kesalahan tersebut melulu hanya pada Anas. Bagi saya
seharusnya seseorang dengan level seperti SBY (kepala negara), patutnya
menunjukkan pembelajaran bagi bangsa. Bukan mempertontonkan adegan
gagah-gagahan namun sayang sudah tidak terlihat gagah (terlambat). Kata maaf
saja tidak terucap darinya (SBY)....
Cobalah simak berapa banyak kader demokrat yang sekarang jadi
tersangka, sampai level menteri juga ada. Jadi yang salah siapa? Apakah anak
buah?. Di Jepang jika ketahuan anak buah bersalah atau dirinya bersalah
langsung mengundurkan diri kalau perlu bunuh diri. Tapi di Indonesia keadaannya berbalik,
malah malu jika terlihat kalah. Walau salah harus tetap terlihat gagah. Kalau perlu yang salah yang lebih garang dan memprovokasi
Tidak ada jalan mundur bagi SBY, jika ingin dikenang sebagai
negarawan besar haruslah legowo dan memberi teladan. Mundurlah. Tapi sepertinya
hal ini sulit, seperti pungguk merindukan bulan, mungkinkah terjadi? Jika SBY
terlalu kawatir dengan dirinya sehingga bertindak hanya untuk selamatkan diri
sendiri, sepertinya harapan untuk mendapatkan seorang negarawan hanyalah mimpi
di siang bolong.
Sabarlah Indonesiaku ... Badai pasti berlalu ....
Salam hangat ... Candra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar