“Masyarakat Korea adalah masyarakat
yang percaya diri terhadap diri mereka dan juga yakin akan masa depan mereka”
Hewit Roderick, pendeta Jamaica salah seorang peserta Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia
ke sepuluh menyimpulkan kesannya setelah Program kunjungan 2 hari di Seoul.
Teman-teman lain, dalam mobil yang
membawa rombongan menuju Stasiun Kereta Api Seoul, menganggukkan kepala
tanda setuju karena yang disampaikan oleh Rev. Roderick juga mewakili hal yang
dilihat dan dirasakan selama 2 hari ini.
Lebih dari 500 peserta sidang
raya memilih perjalanan ke Seoul selama weekend kemarin dimana mereka
dibagi dalam dua kelompok besar, satu kelompok mengunjungi Mt Dora
Observatory dan yang lain ke Imjingak dimana masa lalu, masa kini
dan masa depan Korea direpresentasikan secara visual reflektif oleh Altar
Mangbaedan, Jembatan Perdamaian dan Menara Lonceng.
Petang harinya, semua peserta dijamu
makan malam oleh Gereja Presbyterian Myungsuk, yang mempunyai 80,000 anggota
jemaat. sebelum dibawa untuk menikmati pertunjukan Malam Kesenian Korea.
Berbagai lagu, tarian dan drama
disuguhkan oleh artis-artis profesional maupun anggota jemaat gereja Korea
dengan sangat apik. Dari lagu dan tarian yang ditampilkan dapat dirasakan
betapa besarnya kebanggaan bangsa ini terhadap keindahan alam dan budayanya.
Tapi di saat yang sama luka yang dirasakan akibat perang yang menewaskan 18
juta orang (separuh dari total populasi kala itu) menjadi fakta sejarah kelam
yang akibatnya sampai sekarang masih merupakan keprihatinan mereka.
Kerinduan akan Korea Bersatu
diserukan dalam Lagu Arirang Alone oleh semua penampil saat penutupan
Malam Kesenian Korea tersebut. Peserta kemudian dibagi dalam kelompok
kecil untuk dapat mengikuti ibadah Minggu keesokan harinya di lebih dari 17
Gereja Presbyterian & Gereja Katolik yang tersebar di Seoul dimana peserta
diberi kesempatan memahami konteks Gereja Korea hari ini, dengan berbagai
tantangan dan kesempatan yang mereka hadapi.
Lepas dari besar kecil jumlah
jemaatnya, satu kekaguman yang disampaikan oleh sejumlah peserta adalah
totalitas Gereja Korea dalam menyatakan iman percayanya dalam ritual di dalam
gereja dan dalam karya mereka bagi masyarakat di sekitarnya.
Kesaksian iman yang sama dapat
dilihat dalam kisah Filipus menyatakan Kabar Sukacita pada Sida-sida dari
Etiopia seperti disampaikan Rev Nicole Ashwood dari Gereja Presbyterian Jamaica
dalam khotbahnya di Gereja Presbyterian Kwangsung.
“Dengan penuh ketaatan dan
keberanian Filipus mengikuti Sabda Allah, melintasi batas kenyamanan dan
keamanannya setelah pemulihan pibadi yang dialaminya, untuk turun ke jalan sepi
antara Yerusalem dan Gaza untuk menerjemahkan Kabar Sukacita pada Sida-sida
dari Ethiopia.
Pelayanan kita harus menjadi alat
advokasi tidak saja bagi yang berkuasa dan memiliki sumber daya tapi juga bagi
yang terpinggir, yang luka, yang miskin, yang berbeda (the others) agar
hidup mereka mengalami pemulihan seutuhnya” Rev. Nicole menggarisbawahi.
Belajar dari Filipus, belajar dari
sejarah bangsanya, Gereja Korea melanjutkan perjalanan iman percayanya menuju
masa depan dengan penuh keyakinan.
(Di tulis oleh : Arshinta - draft )
Link => http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/11/04/belajar-dari-korea-masyarakat-yang-percaya-pada-dirinya-sendiri-saat-ini-dan-yakin-akan-masa-depannya--606523.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar