Minggu, 03 November 2013

Belajar dari Korea : Masyarakat yang Percaya Pada Dirinya Sendiri......



“Masyarakat Korea adalah masyarakat yang percaya diri terhadap diri mereka dan juga yakin akan masa depan mereka” Hewit Roderick, pendeta Jamaica salah seorang peserta Sidang Raya Dewan Gereja Sedunia ke sepuluh menyimpulkan kesannya setelah Program kunjungan 2 hari di Seoul.

Teman-teman lain, dalam mobil yang membawa rombongan menuju Stasiun Kereta Api Seoul,  menganggukkan kepala tanda setuju karena yang disampaikan oleh Rev. Roderick juga mewakili hal yang dilihat dan dirasakan selama 2 hari ini.  

Lebih dari 500 peserta  sidang raya memilih perjalanan ke Seoul selama weekend kemarin dimana mereka dibagi dalam dua kelompok besar, satu kelompok mengunjungi Mt Dora Observatory dan yang lain ke Imjingak dimana masa lalu, masa kini dan masa depan Korea direpresentasikan secara visual reflektif oleh Altar Mangbaedan, Jembatan Perdamaian dan Menara Lonceng.

Petang harinya, semua peserta dijamu makan malam oleh Gereja Presbyterian Myungsuk, yang mempunyai 80,000 anggota jemaat. sebelum dibawa untuk menikmati pertunjukan Malam Kesenian Korea.  

Berbagai lagu, tarian dan drama disuguhkan oleh artis-artis profesional maupun anggota jemaat gereja Korea dengan sangat apik.  Dari lagu dan tarian yang ditampilkan dapat dirasakan betapa besarnya kebanggaan bangsa ini terhadap keindahan alam dan budayanya. Tapi di saat yang sama luka yang dirasakan akibat perang yang menewaskan 18 juta orang (separuh dari total populasi kala itu) menjadi fakta sejarah kelam yang akibatnya sampai sekarang masih merupakan keprihatinan mereka. 

Kerinduan akan Korea Bersatu diserukan dalam Lagu Arirang Alone oleh semua penampil saat penutupan Malam Kesenian Korea tersebut.  Peserta kemudian dibagi dalam kelompok kecil untuk dapat mengikuti ibadah Minggu keesokan harinya di lebih dari 17 Gereja Presbyterian & Gereja Katolik yang tersebar di Seoul dimana peserta diberi kesempatan memahami konteks Gereja Korea hari ini, dengan berbagai tantangan dan kesempatan yang mereka hadapi. 

Lepas dari besar kecil jumlah jemaatnya, satu kekaguman yang disampaikan oleh sejumlah peserta adalah totalitas Gereja Korea dalam menyatakan iman percayanya dalam ritual di dalam gereja dan dalam karya mereka bagi masyarakat di sekitarnya.
Kesaksian iman yang sama dapat dilihat dalam kisah Filipus menyatakan Kabar Sukacita pada Sida-sida dari Etiopia seperti disampaikan Rev Nicole Ashwood dari Gereja Presbyterian Jamaica dalam khotbahnya di Gereja Presbyterian Kwangsung. 

“Dengan penuh ketaatan dan keberanian Filipus mengikuti Sabda Allah, melintasi batas kenyamanan dan keamanannya setelah pemulihan pibadi yang dialaminya, untuk turun ke jalan sepi antara Yerusalem dan Gaza untuk menerjemahkan Kabar Sukacita pada Sida-sida dari Ethiopia. 

Pelayanan kita harus menjadi alat advokasi tidak saja bagi yang berkuasa dan memiliki sumber daya tapi juga bagi yang terpinggir, yang luka, yang miskin, yang berbeda (the others) agar hidup mereka mengalami pemulihan seutuhnya” Rev. Nicole menggarisbawahi.

Belajar dari Filipus, belajar dari sejarah bangsanya, Gereja Korea melanjutkan perjalanan iman percayanya menuju masa depan dengan penuh keyakinan.

(Di tulis oleh : Arshinta - draft )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar