Kakek Tua Si Pembelah Gunung
Pada satu masa
ada seorang kakek yang mempunyai mimpi merubah nasib keluarganya. Keluarganya
miskin dan harus bekerja di luar desanya. Bukan hanya keluarganya saja tapi
hampir semua penduduk di desa tersebut miskin dan rata-rata orang yang masih
mampu bekerja di desa lain yang berada di balik gunung sebelah timur desanya.
Setiap hari ia berusaha mencari
ide agar ia bisa menemukan jalan memperbaiki hidup keluarga dan desanya. Ketika
ia kelelahan ia duduk sambil melihat gunung di depannya. Ia bergumam seandainya
air dibalik gunung itu bisa mengalir ke desa ini pastilah kehidupan desa ini
akan semakin baik. Terbayang anak dan cucunya serta orang yang tinggal di
desanya hidup berkecukupan dan bahagia. Tiba-tiba seperti mendapat jawaban ia
berdiri dan tersenyum. Iya, jawabannya adalah desa ini sangat sulit air, sehingga
tanahnya tidak bisa untuk bercocok tanam.
Malam itu ia mengumpulkan
keluarganya dan dengan bersemangat ia memberikan ide ini kepada mereka. Semua
terdiam dan sepertinya tidak ada yang begitu berminat dengan ide aneh sang Kakek.
Kemudian kakek bertanya satu demi satu, tapi tak ada satupun dari mereka mau
membantu mewujudkan ide tersebut. Sebagian besar anaknya melihat bahwa itu
terlalu sulit, tidak mungkin, tidak kuat dan banyak alasan lagi.
Akhirnya sang kakek terdiam dan
masuk ke kamar dan tertidur. Esoknya pagi-pagi setelah sarapan secukupnya dan
membawa bekal air ia mulai berangkat ke gunung tersebut dan mulai memukul-mukul
gunung tersebut. Keluarganya
berusaha menahan dan berkata, “kakek, tidak mungkin kamu seorang diri melakukan
ini, sudahlah nanti dikatakan gila oleh tetangga dan orang-orang. Berhentilah Kek. Jangan
paksa dirimu nanti kamu sakit”. Namun ia tidak peduli dengan kata-kata dari
keluarganya. Ia gigih akan mimpinya dan yakin ini akan terwujud.
Akhirnya keluarganya membiarkan
si kakek melakukannya sendiri. Orang-orang desa yang hendak meninggalkan
kampung setiap hari melihat dan menertawakannya. “kek-kek, ingat umur, sebentar
lagi juga kamu meninggal, sudahlah jangan buang tenagamu.” Berkali-kali kata-kata itu di dengarnya tapi
sang Kakek dengan tenang dan tersenyum tetap mengayunkan besinya memecah-mecah
batu di hadapannya.
Sebulan berlalu sudah si kakek
malah tambah giat dan keluarganya mulai berpikir apakah memang benar ide
kakeknya ini, jika memang benar maka ini betul akan mengubah kehidupan mereka.
Akhirnya beberapa anggota keluarga yang termuda malah mulai membantu si kakek,
sekarang mereka berlima. Dan tanpa di sadari banyak orang juga memikirkan apa
yang dilakukan si kakek. Mereka mulai berpikir jika keyakinan kakek ini benar
maka betul ini akan merubah keadaan desa mereka. Akhirnya, satu demi satu keluarga di Overviewdesa itu mulai
mengirimkan wakilnya untuk membantu si kakek.
Lima
tahun berselang sudah nampak perubahan, gunung tersebut mulai nampak terbelah.
Namun kakek si pembelah gunung meninggal. Keluarga dan penduduk desa nampak
sedih dan menguburkannya di dekat gunung tersebut. Ketika mereka terdiam dalam
kesedihan karena ditinggal oleh sang Kakek, salah seorang cucunya beteriak.
“saudara-saudara mari kita
selesaikan apa yang sudah dimulai Kakek, benar ia sudah meninggal, tapi
keyakinnan dan mimpinya masih hidup diantara kita bukan. Mimpinya adalah
membelah gunung ini dan mengalirkan airnya ke desa kita. Mari kita lakukan
bersama.”
Kata-kata tersebut begitu
bertenaga sehingga setiap orang merasa tergerak untuk segera bekerja membelah
gunung tersebut. Sekarang penduduk desa membagi tugas sedemikian rupa. Mereka
menjadi rukun dan peduli satu sama lain. Mereka disatukan oleh satu mimpi seorang Kakek. Semangat yang begitu membara
akhirnya membuahkan hasil. 3 tahun kemudian mereka berhasil mencapai mata air
besar. Mata air itu meluap dan akhirnya menjadi sebuah sungai yang mengalir ke
desa mereka. Mereka bertarian
gembira. Ada yang menangis dan termenung memandangi sungai tersebut. Seperti
melihat keajaiban. Dan memang ini adalah keajaiban yang terjadi karena mimpi
seorang kakek.
Semenjak itu orang-orang muda penduduk desa tidak lagi
pergi ke desa lain, mereka bahkan bisa bercocok tanam dan memelihara ikan.
Tanpa terasa waktu terus bergulir, desa tersebut semakin banyak dikunjungi
orang dan semakin ramai. Desa tersebut kini sudah menjadi kota yang mampu
memberikan kesejahteraan kepada penduduknya. Di makam kakek
sipembelah gunung ada sebuah batu penghormatan yang bertuliskan “ ini adalah
mimpi dan keyakinan kakek si pembelah gunung, hai orang muda belajar darinya”.
Tantangan :
apakah aku sudah memiliki impian dan tujuan yang ingin diwujudkan?
Cerita Moral : Kakek Tua Si Pembelah Gunung, KaMo Homeschooling Community : WA 0852 68506155
Tidak ada komentar:
Posting Komentar