Selasa, 26 Juni 2018

Cerita Moral : Menemukan Keuinikan dan Menghargai Potensi Orang Lain : KaMo Homeschooling Community WA 0852 68506155


Versi Baru : Lomba Kura – kura dan Kelinci 

 

Dahulu kala kura-kura dan kelinci adalah sahabat mereka hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Suatu hari kelinci bosan dengan kegiatan sehari-harinya, termasuk persahabatannya dengan kelinci. “Ah, kalau hidup hanya begini-begini nggak seru, aku butuh tantangan supaya hidupku menjadi lebih hidup”. Kelinci termenung mencari inspirasi namun akhirnya tertidur. Ia bermimpi dan mimpinya buruk sekali. Di sebuah perlombaan lari ia dikalahkan oleh kura kura. Kelinci segera terbangun dengan perasaan gusar dan kesal, “masa aku kalah sama kelinci, yang benar saja”. Maka ia memanggil sahabatnya itu dan menantangnya berlari. Mereka pun menentukan jarak dan garis awal serta garis akhirnya.

Kesepakatan sudah dibuat, hari lomba pun sudah ditentukan. Kelinci masih teringat dengan mimpi buruknya, “akan aku buktikan bahwa mimpiku itu salah. “ katanya dalam hati. “Dor” kedua binatang itu pun mulai berlari. Kelinci dengan kecepatan penuh berlari meninggalkan jauh si kura-kura, bahkan ia tidak bisa melihat sahabatnya itu. Sementara si kura-kura dengan gigih terus maju, pelan tapi pasti. Di tengah jalan si kelinci berhenti dan beristirahat sejenak, sayangnya ia ketiduran. Ketika ia terbangun hari sudah mulai sore ia segera berlari sekencang-kencangnya. Namun sayang ia sudah melihat kura-kura tengah minum dengan santainya di sungai dekat dengan garis akhir yang sudah ditentukan. Wajah kelinci malu tapi apa daya ia kalah.
Semenjak itu persahabatan mereka mulai memudar kelinci marah dengan dirinya karena lalai dan sombong. “Seharusnya aku yang menang”, pikir kelinci dalam hati. Semenjak itu kelinci melatih diri untuk tidak lalai dan sombong lagi. Suatu hari ia bertemu kura-kura dan mengajaknya bertanding dengan rute yang sama. Kura-kura bertanya,” Kamu yakin kali ini akan menang?” Kelinci tidak terpancing dan segera menentukan waktu lomba.
Benar saja, kali ini kelinci tidak lalai, ia lari dan lari dengan semangatnya. Kali ini ia menang telak dan kura-kura kalah. Kura-kura segera sadar bahwa ternyata dirinya lambat berlari dibanding dengan si kelinci. Walaupun ia berusaha keras lebih cepat ternyata tempurung dan kaki-kakinya yang pendek tidak mendukungnya untuk menang melawan kelinci.
Kali ini kura-kura yang merenung. Ia belajar mengenal dirinya lebih baik lagi. Ia berkesimpulan jika hanya berlari di rute yang kemarin pasti akan kalah lagi. Ia teringat setelah di garis akhir ada sebuah sungai yang cukup besar. Ia berpikir untuk menambah rute lomba dengan melewati sungai. Ia tahu persis bahwa ia sangat pandai berenang, sementara kelinci belum tentu bisa berenang.
Perencanaan kura-kura sudah matang, ia pun mendatangin sahabatnya, kelinci dan mengajaknya kembali lomba. Ia menjelaskan rute lomba yang baru  yaitu rute lama di tambah  melewati sungai. Kelinci pun segera mengiyakan dengan percaya diri.


Hari lomba tiba dan mereka pun kembali berlari. Benar saja, kelinci kembali menang hingga di pinggir sungai. Tapi kemudian kecemasan datang padanya, “bagaimana aku bisa melalui sungai ini, arusnya cukup deras dan dingin. Bisa-bisa aku hanyut”. Kelinci hanya bisa mondar-mandir gelisah. Menjelang sore hari dengan terengah-engah si kura-kura baru muncul. Hal ini membuat kelinci lebih gusar lagi, ia meloncat-loncat tidak karuan. Padahal ia sudah lama sampai. Kemudian Kura-kura begitu sampai di pinggir sungai dengan percaya diri segera berenang dan ia memenangi lomba kali ini.
Kelinci pun segera pulang dengan wajah tertunduk malu karena kalah. Kura-kura memahami apa yang dirasakan sahabatnya. Di malam hari ia berkunjung dan membawa makanan untuk makan bersama. Wajah kelinci masih nampak murung karena ternyata ia kalah, si kura-kura yang menang. Sesudah makan malam yang panjang dan penuh keheningan, kura-kura mulai berbicara dengan kebijaksanaanya.
 “Kelinci, dengarkan aku ya. Aku memahami apa yang kamu rasakan. Di lomba yang lalu sebelum ini pun aku mengalami hal yang sama. Aku juga malu kalah dari dirimu. Tapi aku belajar satu hal. Jika aku berlari di daratan saja aku pasti akan selalu kalah denganmu, sebaliknya jika aku berlari di dalam air, aku pasti akan selalu menang darimu. Kamu dan aku berbeda dan memiliki kekuatan yang unik masing-masing. Dan jika kita padukan kekuatan kita maka kita akan memiliki prestasi yang lebih hebat dari lomba-lomba sebelumnya. Ingat tidak waktu yang selalu kita tempuh, pastinya menjelang sore baru usai. Dengan menggabungkan keunikan dari kekuatan kita maka kita akan sampai di garis akhir sebelum tengah hari”
“Betulkah?” kelinci kini mulai menunjukkan wajah yang cerah.
“Betul!” besok kita kembali berlari dengan rute yang sama tapi jangan lupa bawa tali.
Keesokan paginya mereka berdua sudah siap untuk kembali berlari. “kelinci sekarang kamu gendong dan ikat aku dipunggungmu ya, nanti begitu sampai pinggir sungai gantian kamu yang ada dipunggungku”.
Kelinci segera mengikat kura-kura di punggungnya dan mulai berlari. Walau berat dan terengah-engah membawa kura-kura di punggungnya, ia senang karena Kura-kura seringkali memberikan tebakan lucu-lucu yang bisa melupakan berat dan pegal-pegal di punggungnya. Benar saja belum tengah hari mereka sudah sampai di pinggir sungai. Kura-kura sekarang ambil tanggung jawab mengikat kelinci di punggungnya. Kelinci sangat senang karena pengalaman baru ini, seperti naik sebuah kapal laut pikirnya.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di garis akhir, kelinci menatap sahabatnya dengan rasa haru ,”aku belajar satu hal darimu sahabat, kita tidak perlu berlomba menunjukkan kehebatan kita masing-masing, karena kamu dan aku memang hebat di bidangnya masing-masing. Maafkan aku seringkali menyombongkan diri, bahwa aku lebih dari dirimu. Padahal ternyata tidak. Kamu punya kelebihan dan kekurangan demikian juga aku. Dengan saling menggabungkan kekuatan kita dan kemauan untuk saling melengkapi kita bisa mendapatkan lebih. Terima kasih sudah mengajariku sahabat. Tidak salah kalau engkau diberi julukan dan lambang dari kebijaksanaan. Engkau memang bijakasana”
Kali ini mereka pulang dengan wajah tersenyum dan puas.  

Tantangan : apakah kamu mengenali kekuatan dan kelemahan dirimu? Dan bisakah kamu menghargai kekuatan dan menerima kekurangan orang lain?

 Cerita Moral : Menemukan Keuinikan dan Menghargai Potensi Orang Lain : KaMo Homeschooling Community WA 0852 68506155

Tidak ada komentar:

Posting Komentar