Jokowi adalah seorang tokoh fenomenal saat ini, begitu
banyak orang tersentuh dan merasa ia adalah satria piningit, yang diharapkan
membawa perubahan Indonesia lebih baik. Indonesia yang sudah dirundung berbagai
persoalan dan terbelit hutang dahsyat, mampukan seorang Jokowi mengatasinya?
Tulisan ini bukan untuk mengagungkan apalagi merendahkan
seorang Jokowi, hanyalah sebuah kacamata seorang candra yang mendedikasikan
diri melihat bobot kepemimpinan yang dimiliki seseorang.
Seorang pemimpin
ditentukan dari kemampuannya mengecilkan diri
Menjadi pemimpin berarti ia memiliki orang yang dipimpin. Seperti
sebuah organisasi, biasanya ada hirarki, ada jenjang yang membedakan level
bawah, tengah dan atas. Umumnya level atas memimpin level menengah dan level
menengah memimpin level bawah. Jika seorang
pemimpin mampu turun dan diterima di setiap level bawahnya maka ia pasti bisa membuat
perubahan.
Tapi jika seorang pemimpin langsung ke bawah tanpa ia
mempengaruhi level level dibawahnya terlebih dahulu itu namanya PENCITRAAN.
Mengapa? Pengaruh itu tidak asal jadi, butuh proses. Untuk sebuah perubahan
yang memiliki manfaat maka dibutuhkan pengaruh yang sampai menyentuh hati
dengan demikian perubahan tidak perlu lagi kontrol eksternal.
Jadi jika seorang pemimpin ingin membuat perubahan yang
berarti maka ia harus memikirkan level pertama dimana ia berada dan level kedua
dibawahnya. Jika ia mampu mempengaruhi level terdekatnya maka ia pun mampu
mempengaruhi level level yang tidak tersentuh tangannya tapi tersentuh oleh
level di bawahnya. Karena tidak mungkin seorang pemimpin mampu menyentuh dan
membuat perubahan secara langsung kepada orang yang paling bawah. Prinsip roda kecil
memutar roda yang lebih besar.
Mengecilkan diri,
meningkatkan pengaruh – rendah hati, meningkatkan kekuatan
Ada peserta pelatihan bertanya pada saya apa maksud dari
mengecilkan diri dan mengapa bisa
membuat perubahan.
Ini adalah satu misteri yang saya pahami ketika saya mencoba
menganalisanya, bahwa yang tidak kelihatan itulah yang mengatur kelihatan. Saya
memberi contoh sederhana kepada peserta pelatihan untuk suit dan yang menang
melepaskan sepatunya kemudian yang kalah memasangkan kembali sepatu yang
menang. Tentu saja proses ini jadi aneh sekaligus menggelitik hati.
Di dalam ajaran Kristen, Yesus memberi keteladanan dengan
membasuh kaki para muridNya. Semenjak itu teladan kerendahan hati menjadi pokok
nilai yang harus dimiliki oleh seorang pengikut Kristen. Begitu terkejut para
murid dan seorang rasul, Petrus, menolak untuk di basuh. Hal tersebut adalah sesuatu
yang tidak pantas dilakukan oleh seorang yang dimuliakan. Aneh, kok membasuh kaki hamba hambanya. Sungguh hal
yang tidak pantas! Jarang dan abnormal, pada saat itu! Dengan kerendahan hati itulah mengapa Yesus dipermuliakan.
Mengapa kerendahan hati? Dengan kerendahan hati orang merasa
lebih tersapa dan dekat. Kedekatan inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan
sehingga orang mau melangkah bersama. Mau melakukan apa yang diperintahkan oleh
si pemimpin.
Tapi mengapa kerendahan hati menimbulkan kekuatan? Ini yang mungkin
kurang diselami dan direnungkan! Ternyata dengan belajar rendah hati sebetulnya
seseorang itu tengah mengembangkan hatinya. Dengan hati yang terus mengembang
sebetulnya ia tengah menciptakan kekuatan.
Bagaimana prosesnya?
Coba anda bayangkan sekarang anda ada di posisi tingkat yang
paling top di perusahaan atau organisasi. Jika anda diminta untuk melakukan
level pekerjaan yang ada di bawah anda terus sampai yang paling bawah. Apa yang
anda rasakan?
Jika sungguh anda mampu membayangkan anda akan merasakan
sesuatu yang ganjil, aneh dan seperti sungkan untuk melakukannya. Di setiap
level pasti ada tingkatan masalah dan ciri khasnya. Ada yang bergengsi hingga
yang kampungan. Ada yang harus menggunakan otak dan ada yang hanya menggunakan
otot.
Sebetulnya ketika seorang pemimpin terus mengecilkan dirinya
ia akan dituntun, memahami persoalan dan ciri khas dari level tersebut sehingga
ia mampu memberi solusi yang tepat untuk setiap level. Sebaliknya jika seorang
pemimpin langsung loncat ke level paling bawah, tanpa melewati level dibawahnya,
sekali lagi itu adalah pencitraan. Ia
tidak akan mampu memberikan jalan keluar, hanya harapan kosong sesaat. Menipu!
Apa yang sebetulnya terjadi di dalamihati , Ketika seseorang
mengecilkan dirinya? Yang terjadi adalah pergumulan/perbincangan hati. Pergumulan
pergumulan inilah yang menghasilkan pengertian. Semakin pengertian itu selaras
dengan karakter alam semesta, yang jujur, baik dan sabar , pemimpin menjadi kuat.
Semakin rumit persolan yang dihadapi maka semakin hebat pergumulan batinnya. Dan jika memang sungguh mampu mengecilkan
dirinya dan selaras dengan karakter alam semesta ia akan mampu memiliki solusi
yang tepat dengan kebijaksanaan yang agung.
Kemampuan mengecilkan
diri adalah kemampuan untuk berdiri diatas tujuan besar bersama dan untuk
kepentingan yang paling besar. Dan seorang
pemimpin yang besar adalah pemimpin yang hatinya memikirkan orang yang
dipimpinnya. Bukan memikirkan diri apalagi kepentingannya sendiri
Pemimpin adalah
perubahan, dimulai mengubah konsep
Apakah Anda seorang pemimpin? Jika Anda seorang pemimpin, apa yang sudah anda buat dan rubah bagi
organisasi Anda?
Prinsip sederhana ini penting sekali untuk dicermati, saya
tidak bisa memberi komentar positif untuk SBY karena memang saya merasa
kepemimpinannya tidak membuat saya lebih
baik (subjektif). Tapi Sutiyoso (mantan gubernur Jakarta), di era dia, busway
terwujud. Ini lebih konkrit dirasakan.
Membuat perubahan itu bukan sekedar membalikkan tangan,
semua orang sepakat itu. Mulai dari mana perubahan itu. Mulai dari Pikiran. Tanpa
mengubah pola pikir (konsep), dunia kita hanya itu itu saja. Tapi ketika kita
berani mengubah pola pikir (konsep), kita mulai memasuki dunia yang baru. Bisa dibayangkan
jika kita terus bertahan menggunakan mesin tik, tidak mau menggunakan Komputer,
apa yang terjadi? Kita akan ditinggal oleh keadaan. Tapi sebaliknya ketika kita
memutuskan untuk ikut kita melihat sebuah suasana baru dan dunia yang baru.
Pola pikir (konsep) seperti apa yang perlu kita ubah? Sebelum
merubah kita hanya perlu mempertanyakan ulang, apakah masih relevan, apakah
bermanfaat, apa dampaknya. Dengan berani mempertanyakan konsep lama yang
mungkin dimiliki kebanyakan orang atau bahkan sudah dianut ratusan tahun,
mungkin kita akan menemukan pemandangan dan pengertian yang baru pula. Sehingga
belum tentu konsep yang saat ini kita pegangteguh adalah tepat jika kita berani mempertanyakan ulang.
Saya pernah memberikan pelatihan ke beberapa Puskesmas di Tangerang.
Kebijaksanaan walikota Airin dengan jamkesmas, agar pengobatan bisa gratis bagi
masyarakat menjadi persoalan baru. Muncul LSM yang mengatas namakan rakyat
menjadi calo kesehatan, beban rumah sakit semakin menumpuk, iklim kerja yang
kurang sehat, dan banyak lagi persoalan turunannya jika mau dirunut lagi.
Apakah pola pikir
(konsep) pengobatan gratis dan pendidikan gratis, ini benar? Apakah menaikan gaji guru dan aparatur
pemerintah setinggi tingginya benar? Ada usulan gaji MA 500 juta! Apakah ini
benar?
Ada prinsip, jika ingin mendapat maka harus memberi.
Beranikah seorang pemimpin menerapkan prinsip yang benar? Bukan sekedar
menyenangkan dan ingin disanjung. Saya rindu pemimpin yang memiliki prinsip
sederhana. Ayo hemat biar sejahatera, ayo rajin, kita pasti pandai.
Seorang pemimpin yang bijak sebetulnya tinggal menerapkan
apa yang diajarkan oleh Kihadjar Dewantoro. Ing ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Namun kejelian melihat situasi bagaimana
menerapkannya menjadi suatu keterampilan tersendiri. Pemimpin harus memahami
diri dan situasi yang dihadapinya. Apakah ketika membuat keputusan, bekerja
dalam tim atau mengevaluasi kinerja timnya.
Pergumulan batin seorang pemimpin akan selalu menemukan
jalan, ketika hatinya sungguh untuk
rakyat. Maka tidak aneh ada ungkapan, suara raja adalah suara Tuhan. Jika ada
kepentingan diri/golongannya masih begitu menekan, si pemimpin tetap tidak akan
menjadi pemimpin yang sesungguhnya.
Kesimpulan.
Pemimpin menurut saya akan mampu membuat perubahan hebat jika
ia mampu terus mengecilkan dirinya dan melakukan perubahan pola pikir (konsep) orang
yang dipimpinnya.
Jokowi adalah seorang pemimpin yang rendah hati, karena ia
mau turun level demi level sehingga ketika ia turun pada level yang paling
rendah akan terasa kharismanya. Tapi
saya adalah salah satu orang yang kurang setuju ia naik sekarang jadi presiden,
karena belum merasakan perubahan yang dia buat. Saya juga belum menemukan
konsep perubahan yang kuat. Jika slogan merakyat, partai wong cilik masih
dengan kesehatan dan pendidikan gratis saya kira kita masih belum menemukan
pemimpin yang tepat untuk Indonesia yang besar.
Salam hangat, candratua ...
Luar biasa artikel diatas
BalasHapuspak apa ada ebook buku jokowi yang terbaru : jalan kemandirian bangsa
jika ada kirimkan ya via email : salomodepy@yahoo.com
terima kasih.