Rabu, 14 Mei 2014

Kazuo Inamori : Dewa Manajemen Jepang

Baik dalam berbisnis mau­pun menjadi pejabat, setiap orang pasti berharap meraih keberhasilan. Lalu apa raha­sia sukses itu?

Menelusur di internet, terdapat berbagai rahasia bisnis dan kiat kesuk­sesan, beraneka ragam dan malah membingungkan.

"Dewa Manajemen" Je­pang yang terkenal, Kazuo Inamori, dengan pengalaman berbisnis selama lebih dari setengah abad dan pemikiran tradisional "respek terhadap langit - mengasihi sesama".
Inamori memaparkan prinsip "sebab akibat" di balik ber­jalannya bisnis berdasarkan pengamatannya, dampaknya terhadap manusia dan perusa­haan, sehingga membuatnya tetap berpendirian "menapak jalan kebenaran" dalam me-mosisikan dirinya di ajang bisnis internasional, dan dengan didukung oleh prin­sip inilah, Inamori berhasil membangun dua kekaisaran bisnisnya yakni: Kyocera dan KDDI.


15 tahun setelah ia pen­siun, karena permintaan dari pemerintah Jepang, ia men­jabat sebagai CEO Japan Airlines, maskapai terbesar Jepang, dan menciptakan legenda bisnis dengan mem­buat JAL yang tadinya merugi berubah menjadi bisa meraup keuntungan hanya dalam satu tahun. Betapa prinsip me­napak jalan kebenaran begitu luar biasa dalam bisnis.

Setiap kali membaca buku serial The Living Law karya Inamori selalu membuat penulis kagum. Ada yang mengatakan hidup Inamori akan menjadi legenda yang harum sepanjang masa, terlebih kekaisaran bisnis hasil karya-nya, Kyocera dan KDDI, adalah dua perusahaan berka­liber dunia yang masuk dalam peringkat 500 besar yang menganut prinsip "respek terhadap langit - mengasihi sesama" berhasil menerobos pentas internasional dengan menapak jalan kebenaran.
Pemikiran yang meno­pang legenda bisnis ini adalah prinsip "keadilan dan kema­nusiaan" yang selalu dijun­jung tinggi oleh Inamori.

Saat orang beranggapan bahwa menapak jalan kebenaran berarti kuno, konven­sional dan kaku serta diang­gap sebagai pemikiran yang ketinggalan zaman yang tidak bisa mengikuti tren perkem­bangan zaman, Inamori yang dijuluki "Dewa Manajemen" Jepang justru berpendapat, dirinya sangat mengagumi pemikiran para tokoh klasik Tiongkok kuno seperti Yao- Shun, Konfusius dan lain-lain, dan ia beranggapan "me­napak jalan kebenaran tidak didasari atas perbedaan sta­tus, dan setiap manusia harus melakukannya".

Menurut Inamori, kaisar kerajaan Tiongkok kuno, Yao- Shun, meskipun menjalankan pemerintahan namun profesi semula adalah seorang guru, Yao-Shun memimpin bang­sanya untuk menaati tradisi dan moral. Seperti tokoh Tiongkok lainnya yakni Kon­fusius, meskupun penuh aral lintang, seumur hidupnya di­habiskan melanglang buana, namun murid pengikutnya mencapai 3.000 orang.
Kisah mereka sangat dikagumi dan diterapkan oleh Saigo Taka­mori dari zaman kekaisaran Meiji Jepang, "Jika setiap manusia dapat menerapkan perilaku kebenaran, maka masyarkat pasti akan semakin kaya dan beraneka ragam."

Karena pengaruh persaingan bisnis yang ketat di masa modern ini, mung­kin banyak orang akan ber­pendapat, bisnis modern dan "kebenaran" tidak ada titik temunya. Berdasarkan pengalaman bisnisnya selama lebih dari setengah abad, Inamori menceritakan, seorang warga AS yang menangani kantor cabang Kyocera Group di San Diego, pernah menulis sebuah artikel, "Budaya se­tiap negara atau bangsa ber­beda satu sama lain. Akan tetapi filosofi bisnis dan prin­sip kehidupan manusia pada akhirnya adalah sama (uni­versal). Sebagai contoh, beru­saha mencapai keberhasilan dalam pekerjaan, melakukan kebaikan bagi masyarakat, dan lain sebagainya. Dalam budaya negara manapun, dalam agama apapun, prinsip itu adalah prinsip kebenaran yang berlaku dimanapun."

Jika ada orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri (egosentris) dan hanya ber­orientasi meraup keuntungan, pada akhirnya akan menjadi sosok yang sarat dengan aib di dunia bisnis.
Dalam hal bisnis, Inamori berpegang teguh pada prin­sip moral dan etika "semakin sederhana akan semakin efek­tif" - yakni keadilan, sehingga di tengah ajang pertempuran bisnis yang sengit, dapat terus memimpin pasukannya menembus ajang internasio-nal, serta memperluas skala bisnis.

Disaat masyarakat memahkotai keberhasilannya dengan "kegemerlapan" dan "legenda", Inamori sendiri dengan rendah hati mengatakan, semua itu merupakan an­ugerah dari Yang Mahakuasa. Betapa pun kemampuan dan keberhasilan yang ada pada dirinya, "Merupakan milik saya tapi juga tidak semata-mata milik saya. Kemampuan dan keberhasilan sama sekali bukan milik saya."
Sebelum benar-benar memahami rahasia bisnis ini - kekuatan akan jalan ke­benaran ini, Inamori sempat diterpa hujan dan badai yang menempa dirinya, bahkan pernah mendapat kecaman dari masyarakat.

Dalam bukunya The Living Way, Inamori mengisahkan satu peristiwa yang terjadi sekitar 20 tahun lalu, waktu itu dalam kondisi be­lum mendapatkan surat izin usaha, oleh karena desakan para dokter dan pasien, Kyo­cera membuat dan menjual sendi lutut buatan yang ter­buat dari bahan keramik, sehingga membuat Kyocera mendapat kecaman bertubi-tubi. Meskipun hal itu bukan sepenuhnya kehendak dia, namun ia pun tidak mem­berikan argumentasi apa pun, dan secara ikhlas menerima kritik dari masyarakat. Hal ini membuatnya merasa letih secara psikologis.

Inamori pun pergi mengunjungi seorang biarawan dan berharap agar bisa mendapatkan keteduhan rohani, tapi yang didapatkannya justru adalah ucapan selamat, asalkan dirinya masih hidup, kesulitan pasti selalu ada.

"Saat bencana datang, janganlah bersedih, melain­kan harus bergembira. Karena bencana telah menghapus semua dosa-dosa pada jiwa Anda di kehidupan bermasa-masa silam. Bencana ini telah menghapus dosa-dosa yang telah Anda lupakan, dan itu­lah sebabnya, Inamori, saya harus memberi selamat ke­pada Anda!", demikian kata sang biarawan.

Setelah peristiwa itu, Inamori menyadari, "karma (dosa)" yang melekat kuat pada jiwanya, "Juga pernah mendistorsi dan mengotori sebagian dari jiwa saya", tapi juga dapat dihilangkan lewat berbagai kegagalan yang di­alami dalam bisnisnya. Oleh karena itu, ia menjadi ter­cerahkan akan "makna agung keberadaan manusia. Kecer­dasan dan nurani setelah me­lalui penempaan, baru muncul kesadaran dan pencerahan". Maka Inamori pun dengan lapang dada menerima kri­tik dari masyarakat dan me-nerima "ujian dari takdir tersebut", dan tetap bersikap berusaha "mengabdi pada masyarakat, mengabdi pada umat manusia".

Disaat mengalami terpaan topan badai selama men­jalankan bisnisnya, Inamori menyadari sebuah kiat untuk sukses dalam bisnis - disaat menapak jalan kebenaran, ia juga berbagi hikmah yang dipetiknya dengan semua orang, "Bagi saya, di tengah segala bentuk eksistensi ini, manusia mengemban suatu misi yang paling penting (di­antara semua makhluk hidup) ke alam semesta ini. Manusia yang memiliki akal budi dan perasaan, dengan jiwa yang penuh dengan cinta kasih dan empati, lahir di dunia ini - memang memberikan fungsi teramat penting bagi manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya. Jadi kita semua berkewajiban untuk memahami tanggung jawab kita, dan berusaha untuk membina jiwa sepanjang hi-dup kita. Mulai dari saat lahir, agar jiwa terus meningkat, se­dikit demi sedikit harus lebih gigih maju. Menurut saya ini jugalah jawaban akhir makna kehidupan manusia di dunia ini." (sud/rahmat) http://erabaru.net/headline/8181-rahasia-bisnis-dewa-manajemen-jepang-menapak-jalan-kebenaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar