Rabu, 20 Juni 2018

Cemburu – Iri Hati yang Merusak Hati



Cemburu – Iri Hati yang Merusak Hati

Pernahkan Anda merasa CEMBURU? Kalau belum mungkin istilah iri hati lebih tepat. Ketika tetangga membeli mobil baru … atau ketika rekan kerja memperoleh kenaikan jabatan, atau saingan anda mendapat bonus lebih besar dari Anda. Belum lagi masalah pasangan. Seseorang yang lagi Anda “incer” ternyata lebih dekat dengan orang lain. Hati gundah luar biasa. Semestinya saya juga mampu membeli mobil,  sayalah seharusnya yang naik jabatan dan mendapat bonus lebih besar. Kenapa dia dekat-dekat dengan “inceran” saya.   Gemuruh di dada sulit sekali diredakan. Rasanya darah turun naik tak beraturan. Emosi tidak terkendali. 

Coba anda simak berita di bawah ini : 


OGAN KOMERING ULU, KOMPAS.com - Gara-gara dibakar cemburu, Zainul Awib (36) warga Dusun 1 Desa Tanjung Manggus Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, tega menganiaya istrinya sendiri hingga nyaris tewas. Sang istri, Triana Septiana (19) kini harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit setempat lantaran mengalami luka sayatan dileher dan luka tusukan. Kapolres OKU AKBP Ni Ketut Widayana Sulandari mengatakan, tersangka Zainul ditangkap petugas usai keluarga korban membuat laporan ke polisi atas peristiwa berdarah tersebut. Pelaku ditangkap hanya beberapa jam dari kejadian penganiayaan tersebut. Petugas Polres OKU langsung menangkap tersangka yang ketika itu sedang berada di rumah. Baca juga: Pria Bakar Pacarnya karena Cemburu, Korban Alami Luka Bakar 65 Persen "Barang bukti sebilah pisau yang digunakan tersangka untuk menggorok istrinya sudah kita dapatkan. Pelaku adalah suami korban," kata Ni Ketut Widayana saat gelar perkara, Selasa (22/5/2018). Ni Ketut menjelaskan, kejadian tersebut berlangsung pada Senin (21/5/2018) kemarin. Pelaku Zainul menduga istrinya itu memiliki pria idaman lain, sehingga keduanya pun terlibat pertengkaran hebat. Zainul yang saat itu terbakar cemburu langsung emosi dan menuju dapur untuk mengambil pisau dan menemui korban. "Dari belakang pelaku langsung menyayat korban dan menusuknya, korban menjerit minta tolong dan ditolong keluarganya yang tinggal berdekatan. Korban selamat dan kini masih menjalani operasi,” ujar Ni Ketut. Baca juga: Cemburu Berujung Tewasnya Seorang Wanita di Kamar Kos Dari rumah tersangka, petugas mengamankan barang bukti berupa satu bilah pisau, buku nikah, satu lembar seprai dan baju korban yang berlumuran darah. Atas perbuatannya Zainul diancam pidana dengan pasal 44 ayat 2 Undang-Undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cemburu, Suami Aniaya Istri Pakai Pisau hingga Hampir Tewas", https://regional.kompas.com/read/2018/05/22/15452751/cemburu-suami-aniaya-istri-pakai-pisau-hingga-hampir-tewas.
Penulis : Kontributor Palembang, Aji YK Putra - Editor : Aprillia Ika
 



Berita di atas memang nampak ekstrim. Namun ini sering terjadi jika  seseorang terlanjur begitu cemburu. Apa pun mungkin dilakukan demi kepuasan hati. Cara-cara tidak sehat banyak dilakukan bahkan jika harus membunuh sekalipun. Perasaan sepertinya lega jika sudah berhasil membuat orang yang dicemburui susah. Padahal itu tidak menjamin malah mungkin seseorang akan terus dihantui oleh rasa cemburu atau penyesalan atas tindakan bodoh yang dilakukan karenanya. 

Timbulnya rasa cemburu …
Rasa cemburu di budaya Timur lebih kuat dibanding dengan budaya Barat. Hal ini disebabkan karena Budaya Timur terpengaruh oleh ajaran Konfusius yang menekankan rasa sabar (Zhuang Falun, 2009). Sehingga dengan penekanan rasa sabar ini secara otomatis seseorang lebih sering menutup diri tentang apa yang dirasakannya. Tidak aneh kenapa budaya Timur sering disebut sebagai budaya yang tertutup. 

Sebaliknya Negara barat lebih terbuka. Mudah sekali mereka memuji dan memberikan penghargaan kepada orang secara terbuka. Jika seorang atasan memberi penghargaan kepada seorang bawahan di depan rekan sekerja maka orang lainnya akan dengan senang memberikan pula selamat dan pujian.  

Rasa cemburu timbul dari proses interaksi antar manusia. Pertama karena dilatarbelakangi oleh budaya seperti dijelaskan di atas dan kedua adalah rasa keinginan manusiawi untuk lebih menonjol dan memperoleh lebih dari pada orang lainnya. Ketiga rasa cemburu timbul juga karena perbedaan kepentingan. 

Sebagai contoh seseorang yang menjaga kedudukannya agar tidak diambil alih oleh orang lainnya, ia akan mempertahankan mati-matian. Jika dia adalah anak buahnya, apalagi anak buah tersebut lebih berbakat dari dirinya, ia akan berupaya agar anak buah tersebut segera dipindah atau dibuat tidak betah agar ke luar dari tempat kerja.  

Bagaimana mengatasi rasa cemburu? Pahamilah beberapa prinsip di bawah ini

·         Sedikit bekerja sedikit memperoleh, banyak bekerja banyak memperoleh, tekunlah
Seseorang yang menjadi kaya raya jika diperoleh dengan halal maka kekayaannya akan berdaya tahan. Artinya berjangka waktu lama tidak  mudah hilang. Mengapa? Karena biasanya di dapat dengan cara lebih menekankan pada proses dan kerja keras yang sungguh-sungguh. Sudah selayaknya siapa yang bekerja lebih mendapat lebih. 

Jika anda sudah memberi waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan bahkan uang maka itu akan dikembalikan pada waktunya. Tapi sebaliknya jika seseorang terlalu bersantai-santai tidak mau bekerja dan bermalasan sebenarnya ia tengah menggali kesengsaraan di masa mendatang. 

Jawabannya sederhana agar kita bisa memperoleh banyak maka dari sekarang beranilah kita mengambil tanggung jawab. Semakin banyak tanggung jawab yang dimiliki seseorang berarti besarlah kepercayaan yang dimilikinya. Dan biasanya, semakin seseorang bertanggung jawab atas banyak hal maka semakin besar kesusahaan yang dimilikinya. Kesusahan inilah yang akan mempertajam dan memperkuat pengetahuan, keterampilan, sikap dan intuisi yang dimilikinya.  Kesusahan yang dihadapi semakin besar akan menguji ketekunan. Barang siapa memiliki ketekunan besarlah harapan orang tersebut.  Bertekunlah dengan apa yang Anda kerjakan, semua tidak akan sia-sia.

·         Milik anda tidak pernah hilang dan tidak bisa direbut, sabarlah.
Anda pernah mengalami sebuah keberuntungan yang sepertinya sudah seharusnya milik Anda tapi ternyata tidak diberikan kepada Anda? Atau sebaliknya, Anda tidak melakukan usaha yang keras toh ternyata Anda mendapat keberuntungan? Mengapa ini terjadi? ada yang mengatakan ini adalah takdir atau jalannya. Hal ini ada benarnya. Coba bayangkan beberapa pertanyaan berikut ini? Siapakah yang akan menjadi pasangan dan anak-anakku nanti? Pekerjaan apa saja yang akan saya jalani dan dimana saya akan bekerja? Saya akan tinggal di mana? Kendaraan yang saya pakai nanti apa?

Jika mau jujur tidak ada satu pertanyaan di atas yang bisa kita jawab dengan pasti. Kita boleh saja punya arah dan tujuan tapi tentang hasil pasti yang diperoleh belum tentu. Hal ini berlaku juga dengan rejeki dan apa yang akan kita miliki. Karenanya buatlah hati senantiasa menjadi tulus dan lega. Jika saatnya mendapat bersyukurlah dan jika saat kehilangan biarlah. Ini akan membuat kita lebih kuat dan damai menjalani kehidupan. Sabarlah, jika memang itu adalah milik Anda ia akan diberikan kembali kepada Anda. Mari belajar dari cerita singkat ini. 

Ada seorang kakek yang tinggal hanya dengan cucu putranya dan seekor kuda. Satu waktu kuda mereka hilang di hutan. Orang-orang berdatangan dan turut bersedih atas kehilangan kuda si kakek. Tapi si kakek dengan tenang berkata “mujur atau sial siapa yang tahu!” seminggu kemudian kuda yang hilang tersebut datang kembali tapi dengan 20 kuda liar lainnya. Orang-orang berdatangan dan mengatakan kepada kakek betapa beruntungnya dia, tapi sekali lagi kakek berkata, “mujur atau sial siapa yang tahu!”

Sang cucu tengah melatih kuda-kuda agar jinak, tapi terjatuh dan kakinya patah. Para tetangga kembali datang dan mengatakan betapa sialnya kakek, cucu satu-catunya cacat. Kakek tersebut berujar” mujur atau sial siapa yang tahu!” benar saja seminggu kemudian ada pengumuman dari raja yang memerintahkan semua pria dewasa yang sehat harus berangkat berperang. Sang cucu selamat, ia tinggal bersama dengan kakek. Kembali para tetangga datang dan mengatakan betapa beruntungnya si kakek. Sang kakek kembali mengatakan, “ mujur atau sial siapa yang tahu!”

·         Kita berbeda satu sama lain, hargailah
Anda tentu menyadari bahwa hidup ini memang berbeda satu orang dengan orang lainnya. Perhatikan saja, kenapa begitu dilahirkan ada pria dan wanita. Sepasang anak kembar pun yang dilahirkan memiliki perbedaan yang begitu signifikan. Jadi bagaimana bisa kita mematok hidup ini semua harus sama dan seragam, dari sananya saja tidak sama. Bukankah ada yang cantik, kurang cantik dan mungkin nampak ada yang buruk rupa. Ada yang kaya, super kaya, namun banyak juga yang miskin.  Semua berbeda.

Rasa cemburu bisa dinetralisir dengan pengertian ini. Setiap orang berbeda maka takdir, rejeki dan apa yang dialami satu orang dan orang lainnya pastilah berbeda. Wajar jika orang yang satu dan lainnya mendapatkan keberuntungan yang berbeda juga. Sekaligus kesialan yang berbeda juga. Perbedaan ini tentu saja lebih ditunjukan pada hati yang merasakan. Karena bisa saja peristiwanya sama tapi orang yang berbeda bisa berbeda rasa dan sikapnya. Contoh, anda mendapat bonus 5 juta teman anda juga mendapatkannya. Tingkat kepuasaan yang dirasakan bisa jauh berbeda. Jika orang bersyukur, “wah luar biasa nih bonusnya”, tapi orang yang kurang bersyukur “ yah, segini-gini aja, harusnya saya lebih banyak dari dia”. 

Rasa cemburu membuat hati tidak damai, mari kita belajar mengatasi rasa cemburu ini dengan bertekun, sabar dan menghargai orang lain apa adanya. Semoga hidup kita lebih damai dan berkualitas.

Salam cahaya, Candratua
Sumber inspirasi : Zhuang Falun karya Master Li Hongzhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar