Anakku Baik
Aku ingin menceritakan sedikit tentang anakku, betapa aku
mencintai dan bangga padanya. Namanya Dinda, dia adalah anak tunggal,
satu-satunya anak kami. Saya dan suami membesarkannya dengan penuh cinta ia
bertumbuh menjadi pribadi yang begitu peduli.
Ketika umurnya 15 tahun ia ditanya kemana ia akan
menghabiskan waktu? Ia memilih Panti Asuhan Jompo daripada tempat-tempat
rekreasi pada umumnya. Aku bertanya, “kenapa kamu memilih tempat itu?” di sana
aku bisa banyak menghabiskan waktu dan membuat mereka tersenyum dan bahagia.”
Bagaimana bisa?, bahkan bahasanya pun belum kamu mengerti!”. Kebetulan saat itu
aku berada di Jepang. “Aku tidak perlu mengetahuinya, aku hanya mendengarkan,
Ma. Mereka itu hanya butuh bercerita dan kita cukup mendengarkan.
Ia juga senang bermain di Panti Asuhan anak-anak. Sesekali
dengan uangnya ia menyenangkan semua anak, ia meminta semua anak menuliskan
semua pesanan yang mereka mau. Bahkan ada seorang anak yang meminta 3 macam
makanan pun akan diberikannya.
Kami seringkali berjalan bersama ke mal-mal, sesekali aku
berbelanja dan menawarkan padanya apakah ada yang ingin dibelinya. Seringkali
ia menolak daripada ia menerima tawaranku. Ia pernah ditawari bekerja dengan
nominal dan fasilitas yang luar biasa, 75 jt. Itu pun ia tolak dan berkata, “
dengan yang sekarang saja saya hidup sudah mewah, apa jadinya jika dengan gaji
seperti itu.
Seringkali aku menangis memikirkan Dinda, kenapa ia begitu
baik? Kenapa ia tidak seperti wanita kebanyakan. Ia cantik dan begitu banyak
keindahan yang ada padanya, tapi kenapa ia tidak mau menikmatinya.
Saat ini ia sudah menjadi seorang misionaris (seorang yang
mengabdikan dirinya total hanya untuk orang lain dengan bepergian ke banyak
tempat). Ketika ia mengutarakan apa isi hatinya, aku marah dan kecewa berat.
Beberapa minggu aku tidak mau bicara bahkan menatap wajahnya sekalipun. Ketika
makan malam bersama suamiku ia pun hadir, “ mama mau pesan apa?” dengan ketus
aku menjawab, aku bisa baca dan pilih sendiri sambil memalingkan wajah darinya.
Ia kemudian berdiri, memelukku dan menaruh kepalaku di dadanya, “aku
mencintaimu ma”. Seketika saja air mataku berderai ….
“anak macam apa engkau ini, kamu anakku satu-satunya. Jika
kamu menjadi misionaris, aku akan total kehilanganmu. Aku masih belum rela
melepasmu ….
Baru-baru ini aku mendapat surat darinya ia tengah berada di
Thailand, di sebuah gunung. Ia tengah melayani orang-orang muda yang terkena
HIV AIDS. Tempatnya begitu terpencil, listrik tidak ada dan air pun sangat
sulit di dapat.
Aku menangis berulang kali setiap memikirkan dirinya. Betapa
Tuhan ajaib menciptakan Dinda. Sekarang aku tahu bahwa setiap orang memang
memiliki jalannya sendiri. Betapapun aku berusaha jika sesuatu itu memang milik
Tuhan semua akan diambilnya. Hubunganku dengan Dinda semakin dalam, aku merasa
memiliki malaikat yang selalu menyertaiku. Untuk ini aku ingin katakan aku
tidak pernah menyesal menjadi seorang IBU. Terima Kasih Tuhan ….
Cerita Keluarga Anakku Baik KaMo Homeschooling Community, WA 0852 68506155
Tidak ada komentar:
Posting Komentar