Selasa, 26 Juni 2018

Cerita Moral : Kay, Adik yang Merepotkan : KaMo Homeschooling Community WA 0852 68506155



Kay, Adik yang merepotkan


Aku punya adik namanya Kay. ia baru berumur 4 tahun. Seorang adik laki-laki yang menurutku sangat merepotkan aku, ayah dan Ibu. Sekarang ini aku sudah duduk dibangku kelas 6 SD dan aku ditugasi ibu untuk sesekali mengajarinya membaca. Tugas yang menurutku paling susah sedunia. 


Kay tidak mau diatur, dia mau caranya sendiri. Jika aku marah ia balik marah padaku. Ketika aku menasehatinya aku malah didiamkan dan pergi mengadu pada Ibu, sampai-sampai aku kehilangan kesabaran, eh malah ia mencubitku dan aku pun balas mencubitnya. Jika sudah demikian masalah menjadi tambah runyam, malah aku yang dimarahi ibu. Uh… Sepertinya tidak ada hari tanpa pertengkaran dengannya. Pernah satu waktu aku mengajarinya membaca aku sungguh tidak sabar menghadapinya, aku membentaknya, “ Kay mau belajar atau main?’ nadaku begitu keras. Ia tiba-tiba malah memukul pipiku. Aku menjerit dan menangis masuk ke dalam kamar. Aku mengunci kamar dan merasa putus asa menghadapi adikku. Pernah terpikir olehku untuk tidak memiliki adik seperti ini. Aku ingin sekali bilang pada ayah dan Ibu agar memasukkannya ke panti asuhan. Aku ingin ia jauh dariku selama-lamanya.

Namun hari ini menjadi sangat lain. Kay yang selalu merepotkan kini diam dan terbaring lemah. Sudah 3 hari ia berada di rumah sakit. Ia sakit demam berdarah dan saat ini adalah saat-saat kritis. Ibu dan ayah nampak begitu gusar dan tidak bisa menyembunyikan air mata mereka. Terlebih ibu, ia agak menyesal karena terlambat mengetahui Kay sakit demam berdarah. Ibu mengira hanya demam biasa karena ibu yakin Kay akan segera baik-baik saja. Seingatku juga, Kay, tidak pernah sakit. Ia adik yang sangat sehat. Kami betul-betul gelisah mendengar keterangan dokter bahwa kami sudah agak terlambat datang, namun mereka akan berusaha ….

Kejadian ini membuat aku kembali mengingat hubunganku dengan Kay. Aku takut kehilangan adikku. Aku pun menangis betapa ternyata ia berharga. Aku menjadi rindu duduk bersamanya, mendengar celotehnya, bahkan aku rindu cubitannya yang begitu menyakitkan. Aku jadi begitu ingin ia cepat sembuh dan nakal kembali seperti biasa, “ Kay cepatlah sembuh. Kakak akan lebih sabar padamu.” Tanpa sadar aku berucap itu hingga terdengar ayah dan ibu. Aku sudah tidak bisa menyembunyikan perasaanku, ayah dan Ibu pun memeluk aku. “Mari kita berdoa bersama untuk kesembuhan Kay”, ayah kemudian memimpin doa. Malam itu adalah malam yang sangat panjang dan menakutkan. Menurut dokter malam ini adalah masa kritis, kami diminta untuk senantiasa berjaga. Tuhan, Aku takut kehilangan adikku. Beruntung, aku menghadapi ini bersama papa mama, tak terbayang jika aku menghadapinya seorang diri. 

Kejadian ini mempengaruhi hubungan kami sekeluarga. Aku melihat ayah begitu tegar dan terus berusaha menenangkan Ibu dari rasa bersalahnya.  Terlihat oleh mataku, Ayah memang menyayangi mama dan berusaha melindungi kami di masa sulit ini. Kehadiran ayah membuatku yakin semua akan baik-baik saja. Padahal sebelumnya aku merasa ayah adalah orang yang egois dan sibuk dengan pekerjaannya saja. Sempat aku berniat tidak mau berbicara lagi dengan ayah. Ayah makasih dan maafkan Dini selama ini yang selalu menuntut. Tuhan terima kasih atas keluarga yang indah ini. Semua rasanya menjadi lebih kuat jika dihadapi bersama. 

Keesokan paginya seperti sebuah mujijat, Kay bangun. Ia langsung tersenyum padaku. Ia bercerita dia bermimpi bertemu aku. “ Di mimpi, Kakak Dini lagi menangis, aku bingung kenapa kok kakak menangis. Terus aku menghibur kakak dengan nyanyian yang kakak ajari aku. Tiba-tiba kakak tidak nangis lagi, tersenyum, tertawa dan akhirnya kita bermain bersama. Kak, aku mau menyanyikan lagu itu untuk kakak. Sambil ia bernyanyi tanpa sadar aku meneteskan air mata, “Kay, aku mengasihimu, aku berjanji akan lebih sabar padamu. Aku memeluknya dengan lembut. Keesokan harinya Kay sudah baikan dan Lusanya sudah lebih sehat dan mulai nakal lagi. Terima kasih Tuhan, adikku sembuh.
 
Semenjak peristiwa itu aku lebih sabar dan mencoba mengerti dirinya. Ternyata ia tidak semerepotkan dulu. Ia hanya minta dimengerti dan ditemani lebih lama. Itu saja. Ibu diam-diam mengamati perubahan sikapku pada Kay, “ Ibu bangga padamu, Dini, engkau sungguh menjadi kakak yang bertanggung jawab. Terima kasih sudah membantu Ibu ya. “ Sama- sama Bu, aku juga bangga menjadi kakaknya Kay.” Kemudian kami saling merangkul dan Ibu menciumi keningku.

Tantangan : apakah Aku bisa lebih sabar menghadapi keluargaku?

 Cerita Moral : Kay, Adik yang Merepotkan : KaMo Homeschooling Community WA 0852 68506155

Tidak ada komentar:

Posting Komentar