Toko nenek terdapat disebuah desa kecil, yang berada di jalan kecil
didesa ini, toko nenek adalah sebuah toko kelontong, yang sudah dibuka
sangat lama, nenek dari pagi sibuk sampai malam mengurus tokonya, tetapi
dia tetap semangat dan setiap hari sangat gembira.
Orang-orang yang berada disekitar itu juga sudah lupa sudah berapa lama
toko nenek dibuka, orang-orang disekitar ini dari kecil sudah membeli
permen, odol, sabun, telur membeli sampai sekarang, sampai mereka juga
sudah hampir menjadi kakek dan nenek. Hari berlalu dengan cepat,
sekarang nenek sudah sangat tua, mata sudah rabun, kaki dan tangan juga
sudah lamban, berjalan terpincang-pincang, juga sudah pikun, selalu lupa
meletakkan barang.
“Nenek, berapa harga 1 kg gula?”
“Coba saya pikir sebentar, Rp. 5.000, oh ya salah Rp. 10.000,….bukan.. bukan.. bukan yang benar adalah Rp. 8.000.”
“Nenek saya mau beli kacang, berapa 1 bungkus?” “Rp. 250.”
“Nenek,.. mana mungkin kacang demikian murah?, saya rasa maksud nenek Rp. 1000, Nenek lupa ya?”
“Ya..ya. benar Rp. 1000.”
“Nenek, engkau salah mengembalikan uang, seharusnya engkau kembalikan
kepada saya Rp. 5000, tetapi engkau kasih ke saya Rp. 55.000, ini
kelebihan.” Setiap hari kejadian seperti ini berulang kali terjadi,
orang-orang yang berada disekitarnya sangat khawatir kepada nenek, takut
dia setiap hari salah harga dan salah mengembalikan uang kepada orang
sehingga rugi, tetapi nenek dengan tertawa berkata tidak rugi,.. tidak
rugi malahan untung banyak.
Didesa ada seorang guru yang sudah lama menjadi teman baik nenek, guru
ini sering ketika keluar rumah berkunjung ke rumah muridnya sering
singgah ke toko nenek, mengobrol dengannya, dia sangat khawatir toko
nenek bisa bangkrut. Seperti hari ini dia baru duduk 15 menit dia sudah
melihat nenek salah menjual barang, salah mengembalikan uang, uang Rp.
5000 dianggap Rp. 20.000 dikembalikan kepada orang lain, kejadian ini
bukan hanya satu kali tetapi sudah 3 -4 kali terjadi.
“Nenek, lebih bagus nenek tidak usah buka toko lagi, saya lihat keadaan
nenek yang demikian cepat atau lambat akan menjadi bangkrut.” Guru ini
dengan maksud baik menasehati nenek.
“Tidak, saya tidak rugi, malahan untung banyak, kalau engkau tidak
percaya engkau bisa melihat buku catatan keuangan saya.” Nenek dari
lacinya mengeluarkan sebuah buku yang sudah sangat kumal dan hitam,
pinggiran buku sudah koyak menyodorkan kepada guru.
Buku catatan apa ini? Guru melihatnya dengan bingung, dari halaman
pertama sampai halaman terakhir hanya ada huruf 1, ribuan huruf satu
membuat buku ini penuh.
“Saya tidak bisa membacanya, nenek dapatkah engkau jelaskan kepada saya apa maksudnya?”
“Ha..ha…ha. kalian orang terpelajar hanya bisa mengajarkan orang
membaca, pasti tidak mengerti maksud saya.” Nenek tertawa sampai kedua
matanya sipit menjadi sebuah garis. Sambil tertawa dia menjelaskan,”Coba
engkau perhatikan, disini selain ditulis huruf 1 ditengah ada sebuah
garis, apakah engkau sudah melihatnya?” Benar saja selain huruf 1
ditengah ada sebuah garis yang sangat panjang, seperti sebuah aliran
sungai, garis ini berada ditengah sebagai garis pemisah antara bagian
atas dan bagian bawah.
“Coba engkau perhatikan baik-baik, apakah huruf 1 dibagian atas garis
lebih banyak atau huruf 1 dibagian bawah nya?” “Apa maksud nenek?” “Ini
adalah buku catatan ciptaan saya, tentu saja engkau tidak mengerti.”
Sambil berkata demikian nenek menunjuk kepada huruf 1 yang terdapat
didalam catatan.
“Setiap halaman dibuku ini menandakan setiap hari, huruf 1 menandakan
setiap hal yang terjadi, setiap hari ditoko saya banyak hal yang
terjadi, jika hal yang gembira yang terjadi saya akan menulis huruf satu
dibagian atas buku ini, dan jika hal yang tidak gembira terjadi maka
saya akan menulis dibagian bawah buku ini. Coba engkau hitung dengan
baik, bukankah hal gembira yang terjadi setiap hari jauh lebih banyak
daripada hal yang tidak gembira yang terjadi? Coba engkau pikirkan saya
membuka toko kecil ini bukankah saya setiap hari untung sangat banyak?.”
“Oh, rupanya demikian.” Mata guru ini melotot sangat besar, dia
membuka buku catatan ini dari halaman pertama sampai terakhir,benar
saja, huruf 1 diatas jauh lebih banyak daripada dibawah, terkadang satu
halaman penuh dengan huruf 1 diatas saja, sedangkan dibawah kosong. Guru
berpikir seharian ini nenek sudah beruntung sangat.. sangat banyak.
“Saya sangat gembira nenek sudah beruntung demikian banyak.” Sambil
menyodorkan kembali buku ini kepada nenek guru ini berkata, “Tetapi, ada
yang masih saya tidak mengerti, apakah itu hal yang gembira dan apakah
itu hal yang tidak gembira?”
“Oh, sebenarnya ini adalah hal yang sederhana, memang engkau adalah
seorang terpelajar yang hanya bisa membaca, akan saya jelaskan kepadamu,
misalnya, ketika saya salah menjual 1 kg beras yang harganya Rp 8.000,
saya jual hanya dengan Rp. 3000, ketika langganan saya mengembalikan
kepada saya Rp. 5000, ini adalah hal yang gembira, saya lebih
mengembalikan Rp. 15.000 kepada langganan dan langganan kemudian
membayar kembali kepada saya, ini juga hal yang gembira, ketika
langganan saya membantu saya mengangkat beras, ketika saya sedang sibuk
membantu saya ini dan itu adalah hal yang gembira, semua kejadian ini
saya catat semua satu persatu.”
“Eh.. ada hal yang tidak menggembirakan, misalnya ada langganan yang
selalu menganggap saya sudah pikun, membeli barang tidak membayar,
mengatakan mau utang dulu, tapi lalu tidak membayar. Setiap dia
melakukan sekali saya akan mencatat hal ini juga.”
“Masih ada seseorang ketika saya sibuk dan tidak memperhatikannya, dia
akan mengambil sebungkus kacang, sebotol coca cola, sebungkus permen,
setiap dia melakukan sekali saya akan mencatatnya ditempat hal yang
tidak gembira, pasti ada orang seperti itu, kita semua makan nasi yang
sejenis, tetapi yang keluar adalah ratusan bahkan ribuan jenis orang
yang berbeda. Tetapi masih bagus, kalau dihitung setiap hari masih
banyak hal yang gembira daripada hal yang tidak gembira, setelah saya
hitung, toko saya setiap hari untung, malahan setiap hari untung makin
lama makin banyak, saya sudah banyak mengumpulkan kebahagiaan, oleh
sebab itu saya sudah berubah menjadi orang yang paling bahagia dan
gembira didunia ini.”
“Toko yang demikian ini, bagaimana saya bisa menutupnya!”
Selalu memperhatikan apa yang engkau miliki, dan mengabaikan apa yang
engkau hilang, dengan demikian engkau dapat hidup lebih bahagia dan
gembira. (Erabaru/hui) era baru.net
Refleksi :
Mana yang lebih sering kita hitung apakah pengalaman suka cita atau kemalangan? Sebetulnya jika kita menghitung apa yang kita miliki dan mensyukurinya kita memiliki kekuatan dalam jalani hidup. Kita optimis dan kuat. Sebaliknya jika kita hitung kesedihan, kegagalan dan kekecewaan itu membuat kita menjadi pesimis dan takut jalanni kehidupan. Apa yang hari ini aku syukuri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar