Parno ...
Kisah ini di dapat dari Panti Asuhan KAUM (Kasih Abba Untuk Mentawai), ketika penulis mengunjungi dan berkesempatan memberikan pendampingan kepada para pengasuh.
Ia adalah anak yang lugu usianya sudah sebelas tahun, namun Parno masih duduk di bangku kelas 2 SD. ada banyak pengalaman menarik yang didapat bersamanya, dan ia salah satu sumber kegembiraan kami yang berada di panti. Walaupun ia sudah dinyatakan kelas 2 SD namun kemampuan baca dan tulisnya sangatlah memprihatinkan.
Ketika salah satu pengasuh mendampingi membuat PRnya, ia butuh waktu yang sangat lama bahkan untuk mengerjakan satu soal yang sudah diberitahu jawabannya.
Pertanyaan buku Parno: Jika es dipanaskan maka akan men .... ( cair). Namun ketika ia disuruh menuliskan kata cair tersebut tidaklah mudah. Pengasuh (Jefri) menyuruhnya menulis, namun dia diam dengan cukup lama dan kemudian berkata, "tidak tahu menuliskannya, bang". Pengasuh kemudian bertanya, mana contekan huruf yang sudah diberikan padanya, parno pun menjawab "hilang Bang". Maka pengasuh kembali mengeprint ulang (kertas contekan abjad dari a - z) dan memberikan lembaran baru tersebut. "Sekarang ayo tuliskan"! Pengasuh mulai dengan tidak sabar menyuruhnya menulis (kata cair)
Parno tidak langsung menulis dan kemudian dia mulai mengurutkan a , b , c dan ia berhenti sejenak dan bertanya, " ini C ya bang?" iyaaaa .... satu kata berhasil dituliskan...
Kemudian ketika ia hendak melanjutkan, ia kembali bertanya, " kemudian a ya bang?" iyyaaaaah! Setelah bertanya ia segera kembali melihat kertas contekan disampingnya dan menunjuk huruf a kemudian seperti menunggu persetujuan kakak pengasuh, kakak pengasuh pun dengan segera mengangguk dan berkata " iyaaaah! Dua huruf berhasil dituliskan.
Sampai di huruf i, kembali ia bertanya dan mengurutkannya, a, b, c ,d .... terus sambil menunjuk dan berhenti pada huruf i dan kembali bertanya, " ini i ya bang?" kakak pengasuh pun sambil tersenyum kesal iya parno itu i.
Akhirnya ia mengurutkan huruf r, yang cukup jauh jaraknya dari huruf a, dan karena itu ia harus mengulang beberapa kali karena salah tunjuk, namun berhasil juga ia menuliskan kata cair itu. Kakak pengasuh menghabiskan waktu tidak kurang 20 menit untuk urusan kata cair ini.
Hal yang membuat kami geli terhadap Parno, ketika ia disuruh menuliskan namanya ia akan sangat percaya diri dan cepat menuliskannya, namun ketika di tanya, mana huruf P, ia pun segera terdiam dan memandang pengasuh, dengan ragu ragu kemudian menunjukkan huruf O dengan telunjuknya. Kami sangat terhibur dengannya adalah ketika ia ditanya cita citanya. "Saya mau jadi guru! spontan kami yang mendengar ketawa terpingkal pingkal. Mungkinkah ia menjadi seorang guru? dan semenjak itu ia mendapat julukan Pa Guru.
Refleksi:
Para sahabat, saya mencoba renungkan pengalaman yang diceritakan pengasuh tentang seorang anak yang bernama Parno ini. Ia adalah anak yatim korban tsunami mentawai 2009 yang lalu. Yang saya kagumi adalah bagaimana perjuangan para kakak asuh mendampingi anak yang begitu lambat (IQ lemah) dengan sabar. Mungkin sebagian orang melihat betapa sia sianya mendampingi seorang anak bodoh, hanya menuliskan kata cair saja tidak bisa. Tapi sebetulnya semua usaha, kerja keras, perhatian yang diberikan kakak asuh semua terbayarkan ketika ia berhasil menuliskan kata itu dengan sempurna. Ia tersenyum dan merasa senang. Sepertinya ia telah memenangkan sebuah lomba kehidupan yang begitu berat. Saya pun percaya kakak asuhpun bertumbuh menjadi orang yang sabar. Bukankah orang- orang kuat dalam kehidupan ini adalah orang yang sabar. Sabar berarti mampu menanggung derita .... apakah anda dan saya mempunyai kekuatan menanggun derita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar