Kamis, 23 Februari 2012

Sejengkal di atas kepala ada Dewa

Pendeta Atong ...

Saya merasa bersyukur bertemu dengannya dalam perjalanan menuju pulau Mentawai. Pa Atong adalah orang yang sudah berkeluarga, memiliki 2 anak dan sekarang tinggal di Padang. Keunikan perjalanan hidupnyalah yang saya kira sudah langka untuk jaman sekarang. Ia hidup di atas iman, batu karang yang teguh dan sekaligus menjadi burung pipit yang kecil yang dikasihi Tuhan.



Pa Atong, menceritakan singkat tentang bagaimana ia menjalani hidupnya yang begitu dipelihara oleh Tuhan. Ia memulai cerita dari bagaimana ia memiliki mobil yang sekarang ia gunakan untuk pelayanannya. Gempa Padang di tahun 2007, yang mengguncang Padang Pariaman, telah menggugah banyak orang termasuk orang orang dari luar negeri untuk berpartisipasi membantu. Salah satunya adalah Seorang dokter dari Korea. Ia terkesima dengan pelayanan yang dilakukan oleh Pa Atong, karena harus menempuh perjalanan puluhan kilometer dengan sepeda motor (hasil pemberian juga). Kemudian dokter korea ini dan istrinya berunding untuk memberinya sebuah mobil baru agar pelayanannya bisa berjalan dengan lebih baik dan aman. Ia pun mengajak Pa atong ke dealer mobil namun Pa Atong tidak langsung saja menerima mobil baru yang ditawarkan, bahkan ia berharap dibelikan mobil bekas saja. Pa Atong berpendapat, jemaatnya akan merasa sungkan padanya jika ia terlalu mencolok dengan mobil barunya, sehingga ini justru menimbulkan jarak. Akhirnya Pa Atong memiliki mobil kijang bekas yang layak.

Sebelum pelayanannya di Padang, Pa Atong, bekerja dan mengajar serta melayani di Jakarta. Ia memberanikan diri dan bernazar pergi ke Padang, sebuah tempat yang kecil, jemaat kecil, dan jauh dari kemapanan. Keputusan ini sempat mengguncang keluarga, karena istri bertanya bagaimana nanti akan hidup tanpa penghasilan yang tidak jelas. Namun dengan iman yang teguh akhirnya Pa Atong tetap dengan keputusannya untuk berkarya di Padang.

Ketika bekerja di Jakarta Pa Atong sudah memiliki tabungan 14 juta dan memutuskan untuk membeli rumah di perumnas. Namun ajaibnya gempa kembali menggunjang Padang, dan menghancurkan rumah yang baru di belinya. Dr. Korea yang membelikan mobil datang kembali ke Indonesia dan tanpa maksud untuk menceritakan rumahnya yang tertimpa gempa, Dr korea tersebut tergugah untuk membantu. Ia pun meminta Pa Atong untuk membuat disain rumah yang diinginkan. Total biaya yang dibutuhkan adalah 176 juta dan keesokan harinya uang tersebut sudah ada di rekening Pa Atong.

Namun keputusan membuat rumah berubah dari satu lantai menjadi 2 lantai, karena rumah Pa Atong memang di disain menjadi rumah pelayanan dan kebutuhan mendadak ini membuat anggaran menjadi begitu tinggi, mencapai 420 juta. Masih banyak lagi kisah ajaib bagaimana Tuhan begitu memelihara Pa Atong dan keluarga yang tidak cukup saya ceritakan di sini.

Dari manakah Pa Atong memiliki berkat berlimpah ini semua. Saya belajar darinya ia melakukan pelayanan dengan tulus dan tidak mengenal lelah. Ia orang yang memiliki iman berserah pada penyelenggaraan Tuhan. Anda dan saya mungkin tidak percaya, hingga kini tempat Pa Atong melayani hanya membayarnya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) setiap bulannya. Kalau pakai akal nalar manusia maka ini tidak mungkin. Tapi apa yang tidak mungkin bagi Tuhan?

Saya yakin Pa Atong sudah sampai pada kesadaran di mana mana Tuhan itu ada. Tidak ada tempat yang tersembunyi dan tertutupi. Siapa yang hidupnya lurus pastilah akan dijaga dan dipelihara Tuhan.

Refleksi :
Apakah kita hidup dalam ketergesaan? Hidup penuh dengan kekawatiran? Jika itu terjadi pada saya dan anda, saya kira ini adalah saat yang baik untuk kembali menemukan iman sesungguhnya. Iman sesungguhnya adalah kepasrahan kepada yang kita percaya dan yakini. Percaya pada apa yang tidak hanya bisa dilihat oleh mata fisik ini, justru percaya pada hal yang tidak terlihat dan mensyukuri setiap hal yang kita terima dalam hidup. Semoga dengan ini iman kita pun ditumbuhkan dan diteguhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar