Selasa, 10 April 2012

Belajar

Anak saya menangis merengek ... ia meminta roti untuk segera dibelikan padahal saya lagi bekerja.  Diberi salah, tidak diberi tapi sangat meropotkan. Sudah berulang diberi tahu tapi tak kunjung mengerti. Banyak peristiwa kecil seperti ini, sangat mengganggu dan menguras perhatian juga emosi.



Ingin rasanya dengan suara keras membentaknya"papa lagi kerja, tahu!!! Tapi sekilas terbersit dalam pikiran, anak berumur 3,5 tahun saya paksakan sebuah konsep/pengertian bekerja padanya, mungkinkah?wajarkah? Saya sejenak merenung tentang bagaimana seseorang bisa bertumbuh, belajar dari pengalamannya dan memaknainya

Saya tersadar, ternyata  setiap manusia punya keterbatasan untuk belajar dan memahami dan umur adalah salah satunya. Mengapa seseorang dilarang mengendarai mobil sebelum umur 17 tahun? Karena ada keyakinan mengendarai di bawah umur17, tidaklah aman dan membahayakan keselamatan, bukan hanya dirinya tapi juga orang lain. Ada banyak hambatan orang tidak bisa belajar, namun penyebab umumnya adalah kelemahan mental, tidak biasa belajar. Seperti sebuah kebiasaan baru yang coba diterapkan pastilah sulit. Jika saya biasa bangun jam 6 pagi sekarang secara tiba tiba dituntut untuk bangun jam 4, bukankah sulit?

Belajar itu penting bahkan ada yang mengatakan, belajar itu seperti makan dan minum, kalau tidak dilakukan bisa kelaparan dan kehausan. Jika pada waktu lama tidak mendapat asupan makan dan minum seseorang akan mati. Sama dengan belajar, jika seseorang tidak membaharui dirinya ia akan stagnan/statis/ alias tidak bertumbuh. Dampaknya secara mental, seseorang menjadi kaku, menjadi pribadi yang sulit diterima maupun menerima orang lain. Ia akan menjadi penghalang perubahan dan mudah sekali mengungkit-ungkit masa lalu.


Cronbach, seorang psycholog yang memili fokus pada pendidikan, alat tes dan evaluasi program berujar." Learning is shown by a change in behavior as a result of experience" (belajar ditunjukkan dengan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Ini artinya memang jika seseorang ingin mendapatkan hasil dari proses belajarnya, seseorang itu harus berani dan mau mencoba. Atau jika seseorang sulit/tidak mau berubah maka stimulus/rangsangan harus terus diberikan sehingga terbiasa. Seorang CEO, kenalan saya bercerita bagaimana ia mengubah budaya perusahaannya yang gaptek teknologi. Di tahun awal tahun 90 an, ia memajang komputer selama setahun. Sebelum ia mensosialisasikan rencana dan perubahan perusahannya. Hasilnya orang tidak lagi menganggap itu sebagai ancaman tapi menjadi tantangan dan perubahan pun berjalan dengan baik.


Kembali ke cerita anak saya... saya berhenti bekerja, memandangnya sambil memegang tangannya dan berkata," Papa lagi kerja. Orang dewasa itu perlu bekerja untuk dapatkan uang. Papa lagi kerja, supaya bisa beli roti yang kamu minta. Jadi sabar, kalau papa sudah selesai kita berangkat cari roti. Kalau kamu terus merengek, papa selesainya lama, jadi beli rotinya juga makin lama". Kemudian saya bertanya padanya, apakah mengerti? jadi papa bekerja untuk apa " untuk beli roti", jawabnya. Kalau kamu merengek beli rotinya cepet atau lama? "lama" . Sepertinya ia sudah mengerti namun 15 menit kemudian dia datang lagi dan kembali merengek ....


Tapi saya juga memahami, bahwa memang dia masih anak anak, daya ingat dan pemahamannya belum matang. Butuh waktu dan Kesabaran. Sebetulnya ia sudah mulai belajar dan jika terus diulang ia akan mengerti. Saat ini anak saya kalau dengar kata bekerja, ia cukup memahami dan tidak mau terlalu mengganggu lagi. 

Namun bagaimana dengan orang dewasa? bagi sebagian orang, belajar adalah momok/menakutkan. Sesuatu yang tidak nyaman dan melelahkan. Sebetulnya belajar bisa menjadi indah dan menyenangkan jika proses sosialisasinya baik. Diberi tahu dulu gambaran besarnya, tujuan dan latar belakangnya serta  yang terpenting apa manfaat individu yang akan diterimanya secara langsung. Seseorang akan senang untuk belajar jika mereka tahu apa yang akan di dapat dari proses belajarnya, tapi sebaliknya seseorang akan ogah ogahan dan bahkan menentang jika mereka lebih banyak merasa terancam, repot dan melelahkan.


Belajar yang paling efektif adalah dengan pengalaman langsung dan melibatkan orang lain. Kesan yang diterima oleh hati dan otaknya akan lebih kuat sehingga bisa diingat dalam jangka panjang. Proses belajar akan semakin kuat dialami seseorang jika mereka sungguh sadar ada sesuatu yang bertumbuh dalam dirinya. Tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa, tidak terampil menjadi terampil, tidak PD menjadi PD .... proses mendapatkan sesuatu dari proses belajar adalah sangat penting. Proses ini adalah masuk ke dalam diri, bertanya, dan mengevaluasi dengan jujur.


Tips sederhana agar kita menjadi pribadi yang bertumbuh adalah belajar dari pengalaman, memberi waktu kepada diri, mengendapkan dan mengevaluasi apa yang sudah kita alami. Lakukanlah dengan rutin!


Seseorang yang senantiasa masuk ke dalam dirinya, sesungguhnya ia tengah belajar dan meningkatkan dirinya!.

Candratua


Dapatkan ebook gratis pengembangan karakter moral di www.karaktermoral.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar