Namun sesungguhnya untuk apa kita hidup saat ini? apakah betul hanya bertumbuh, sekolah, bekerja, menikah, punya anak, terus bekerja dan akhirnya tua dan meninggal? Atau kita terus mengumpulkan dan mengejar harta, pangkat, pekerjaan, keahlian, menyenangkan orang lain atau selalu menemukan sesuatu yang ingin ditaklukkan? Bukankah hidup hanya sesaat, ada batasnya, dan betapa sedih jika di waktu yang terbatas dan sangat berharga ini kita tersesat terlalu jauh. Orang yang tidak memiliki tujuan hidup adalah orang yang sangat menderita.
Baru baru ini saya bertemu dengan seorang biksuni awam (aliran budha) di kapal laut, perjalanan pulang dari Lampung ke Jakarta. Entah bagaimana tiba tiba dia duduk di sebelah saya yang sedang membaca buku. Saya sekilas melihatnya dan dia juga tengah membaca. Perkenalan singkat ini, saya percaya tidak ada yang kebetulan, terjadi begitu saja, mengalir dan mendalam.
Ia bertanya pada saya," kenapa setiap bayi lahir pada umumnya langsung menangis? Satu pertanyaan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Dia mengatakan, kita lahir di dunia memang menderita, maka itulah reaksi awal manusia yang normal, lahir dengan tangisan keras. Jadi hidup adalah penderitaan.
Dalam benak saya berkecamuk, apakah kita memang selayaknya menderita, bagaimana dengan segala kenikmatan dunia yang ditawarkan, tidakkah kita boleh menikmatinya? kemajuan teknologi apakah kita tidak boleh menggunakannya? apa maksud dari ungkapan penderitaan itu? terkilas dalam pikiran saya betapa banyak tokoh dan pahlawan juga orang suci, mereka semua pada umumnya mau menderita, mengutamakan orang banyak dari pada dirinya sendiri dan memiliki integritas moral.
Namun mengapa manusia takut sekali untuk menderita? pertanyaan bodoh, tapi sederhana saja, ketika kita terkena panas api, pasti kita berjingkrak ke panasan, kita tertusuk benda tajam menjerit, terantuk batu mengaduh. Hal yang wajar jika manusia sakit, mengeluh, meringis atau bahkan marah. Bukankah semua itu dari semenjak kecil kita diajarkan untuk waspada, menghindari bahaya, sehingga kita tidak terluka dan tersakiti. Sepanjang hidup kita, kita diajarkan untuk melindungi diri, dan tanpa sadar kita tidak diajarkan untuk melindungi orang lain. Bukankah dengan demikian kita menjadi orang yang semakin egois? Bagaimanapun kita disuruh menderita pastilah tidak mau.
Jadi wajar, jika pada akhirnya manusia selalu menghindar dari penderitaan dan tidak mau menderita. Dan sesungguhnya semakin manusia menghindari penderitaan ia akan semakin jauh dari tujuan dan maksud dia dilahirkan di bumi ini.
Menurut pengertian saya saat ini, jika seseorang ingin menemukan tujuan hidupnya, ia harus menemukan penderitaannya, menanggungnya dan menemukan makna dari penderitaan tersebut. Karena jika seseorang menderita pastilah ia tengah menanggung sesuatu. Jika yang ditanggung itu adalah orang lain, dan semakin banyak yang ditanggung, maka orang tersebut adalah orang yang memiliki panggilan hidup yang besar dan bermakna (bermakna = memiliki arti bagi kehidupan).
Secara sederhana sebaliknya, jika kita dalam hidup kita tidak menderita dan tidak menanggung kehidupan maka kita bukanlah orang yang memiliki tujuan hidup yang sebenarnya. Mungkin kita adalah orang orang yang terlena dan dilenakan oleh gemerlap dan tipu muslihat dunia. Ciri cirinya sederhana, jika kita adalah orang yang sangat egois hanya mementingkan kepentingan diri kita, kita ingin mendapat lebih banyak dengan cara mudah. Usaha sekecil mungkin dan hasil semaksimal mungkin. Kita menjadi orang yang terlalu picik dan berprasangka, kita menjadi orang yang tidak pernah merasa puas dan kurang terus, mungkin itu adalah tanda tanda yang jelas bahwa kita tidak memiiki tujuan yang sebenarnya, untuk apa Tuhan beri kesempatan kita ada dunia ini.
Semoga Anda dan saya menjadi pribadi yang tidak takut untuk menderita, mau berjuang untuk sebuah nilai yang bermanfaat bagi kehidupan.
Salam cahaya ... candra
Dapatkan ebook gratis, Pelatihan Karakter Moral di www.karaktermoral.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar