Saya berbincang dengan beberapa rekan yang mengeluhkan tentang penerapan ISO. Intinya mereka mengatakan itu semua hanya menambah beban kerja saja. Begitu banyak laporan dan prosedur yang harus diikuti dan dipatuhi dan jika tidak melakukan itu berarti tidak standar dan tidak profesional.
Sesungguhnya adalah sangat baik jika orang menyadari dan memiliki apa yang menjadi standarnya. Hal sederhana ketika kita menggunakan standar memilih pasangan hidup. Hal apa saja yang perlu dimiliki oleh pasangan hidup saya agar saya dan dia bisa sejalan dan harmonis. Setiap orang punya definisi standar yang berbeda. Misalnya saya memilih pasangan saya (dulu) idealnya : terampil memasak, pinter, canntik, tinggi, semangat, aktif organisasi dll. Standar ini perlu untuk mengkrucutkan, dari banyak jadi sedikit (berkualitas menurut kaca mata saya). Yang akhirnya kita yakin pilihan ini adalah yang paling ideal, walau tidak ada yang sungguh sempurna. Justru terkadang dengan ketidak-sempurnaan malah jadi sempurna.
Yang ingin saya katakan adalah, saat ini begitu banyak orang menggunakan standar dan ukuran di luar dirinya. Ketika orang menggunakan ukuran di luar dirinya pasti akan menimbulkan kegelisahan hati. Istilah jaman sekarang "galau". Saya ingat pengalaman ketika saya awal jadi trainer (2004). Saya kalah dengan diri saya karena saya tidak PD dengan penampilan saya, melihat teman trainer menggunakan O2, saya juga akhirnya ikutan membeli dengan cara kredit selama setahun. Intinya kalau kita melihat ke luar dan ingin seperti orang lain itu berarti kita sudah menggunakan ukuran orang lain ke diri kita. Sama saja kita pakai baju/celana orang lain. Bagaimana rasanya? pasti tidak nyaman bukan. apalagi bajunya adalah baju warna warni seperti pelangi, sedangkan kita adalah orang yang konservatif, pasti rasanya norak banget.
Saat ini juga disadari atau tidak kita tengah berlomba hebat dengan orang lain. Siapa yang paling hebat diantara kita? Padahal kalau kita ingat cerita tentang kura kura dan kelinci (adu cepat), maka kita akan sadar bahwa orang akan hebat dibidangnya sendiri. Kelinci akan hebat berlari di daratan dan kura kura hebat berlari (berenang) di air.
Jadi jika kita ingin damai dan memberi diri kita yang terbaik maka kita perlu memiliki ukuran kita sendiri. Ukuran tersebut haruslah berdasarkan pemahaman diri, baik itu kekuatan dan kelemahannya.
Tanpa sadar sebetulnya kita sekarang ini dijajah (rela dijajah) karena mentalitas kita yang tidak sadar diri (tidak cinta dan tidak tahu apa yang ada di dalam diri) oleh kekuatan kekuatan di luar diri kita. Bisa saja oleh pasangan, oleh anak, oleh pekerjaan, oleh sistem dari dalam dan luar negeri. Maka ada iklan promosi cintailah produk produk Indonesia (titiek Puspa). Yang saya tangkap, ada produk lokal, budaya lokal, nilai lokal yang tidak kalah hebat dari produk luar. Begitu pula dengan diri kita masing masing. Kita punya kehebatannya sendiri.
Ketika saya berkomentar pada rekan (gunakan ISO) gunakan dan buatlah ukuran sendiri, lalu rekan tersebut membalas, kalau gitu kita tidak pernah bisa bersaing dong (ISO). Karena standar ini juga sudah jadi keharusan. Saya hanya bisa berkata, pilihan ada pada kita. Apa yang menjadi ukuran keberhasilan kita pastilah berbeda dengan orang lain. Lebih penting mana kedamaian di hati atau kepalsuan. Saya juga tegaskan, selamanya kita tidak akan pernah menjadi lebih hebat (dari yang membuat ukuran), jika kita menggunakan ukuran orang tersebut.
Sekedar untuk direnungkan, apakah selama ini kita sudah memiliki ukuran keberhasilan diri kita sendiri atau justru menggunakan ukuran orang lain bagi diri kita.
Semoga saya dan Anda semakin tercerahkan dan berdamai dengan hati ...
salam hangat ... candra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar