Saya teringat dengan seorang rekan kerja saya yang dalam
pergumulan hidup dan kesulitannya mengatakan, “sekarang saya hanya percaya pada
yang real real aja, apa yang ada di depan mata itu aja yang akan saya percaya
dan lakukan”. Mendengar hal ini, hati saya berkecamuk. Betapa saat ini hidup
begitu keras sehingga membuat banyak orang akhirnya percaya hanya pada apa yang
dilihat mata.
Padahal dalam hidup ini begitu banyak hal yang tidak dapat
dilihat oleh mata namun eksis dan nyata dialami. Misalnya apakah cinta bisa
dilihat bentuknya secara fisik, apakah kedamaian hati bisa dilihat dengan mata,
apakah semua perasaan gembira, sedih, bahagia dan semangat bisa diterjemahkan
dengan bentuk yang bisa disentuh dengan tangan?
Apakah impian itu nyata pada awalnya? Hanya sebuah niatan
yang muncul dari relung hati, dipikirkan terus menerus dan akhirnya mewujud
dalam tindakan tindakan. Awalnya hanya
sebuah gagasan dan membangunkan hasrat, itu juga tidak bisa terlihat oleh mata
bukan!
Sebuah cerita
yang menggugah hati, seorang akrobator ternama di tahun 1860, menyebrang air
terjun niagara. Dia menantang para penontonnya siapa yang percaya bahwa dia
mampu membawa seseorang menyebrang, para penonotonnya berseru kami percaya.
Tapi ketika dia bertanya adakah yang mau ikut saya menyebrang, tidak ada yang
menjawab dan terdiam. Walau ada akhirnya seorang yang memberanikan diri untuk
menyebrang, dan mereka berhasil melampaui.
Ada perbedaan yang sangat mencolok disini. Seorang yang
percaya (beriman) tidak berhenti pada kata kata tapi melakukannya. Sebaliknya
seseorang yang berhenti hanya pada
bicara sesungguhnya belum sungguh beriman.
Apakah artinya beriman? Beriman berarti kita percaya dan
menyerahkan diri kita kepada yang kita percaya. Bisa saja kita percaya dengan
anak, pasangan, rekan kerja, perusahaan dan lain lain. Namun percaya yang
paling tinggi tentu percaya kepada Tuhan (apa pun agama dan alirannya). Apakah
Tuhan terlihat dengan mata fisik ini? Tidak terlihat bukan. Namun keyakinan saya,
Tuhan maha (paling mammpu) melihat, maha kuasa dan maha pemurah. Dia yang mampu melihat dan membuat segalanya.
Lalu bagaimana dengan orang yang hanya percaya pada hal yang
hanya bisa dilihat oleh mata? Kalau saya yang menjawab, maaf, tentu belum beriman sungguh. Orang yang
demikian biasanya tidak cukup memiliki kedamaian hati. Hatinya gelisah mencari
cari dan selalu tidak puas serta kurang mensyukuri hidup. Sebaliknya orang
beriman memiliki keberanian, kedamaian dan keteguhan hati.
Jadi bagaimana agar kita memiliki iman yang bertumbuh?
Menurut hemat saya iman itu perlu diuji dan dihayati. Belajarlah membuat
keputusan keputusan sulit. Belajarlah untuk pasrah dan iklas. Belajarlah untuk
optimis dan terbuka. Mungkin kita akan sakit tapi kesakitan dan penderitaan itu
akan selalu mengingatkan kita pada Dia (Tuhan). Kita akan senantiasa diajak
untuk bergumul dan masuk di dalam diri sendiri (bertemu dengan Nya). Dengan
pergumulan itulah kita jadi sadar dan dikuatkan senantiasa oleh Nya.
Ada pepatah, “sejengkal di atas kepala ada Dewa – dewa”.
Artinya dimana-mana Tuhan itu hadir. Maka sebaiknya kita waspada dengan apa
yang kita lakukan, berbuatlah yang benar.
Juga sering kita dengar, “burung –burung di udara tidak pernah menanam
toh di beri makan Tuhan.” Maksudnya janganlah
kita terlalu kawatir tentang masa depan, hiduplah masa sekarang, Percayalah
Tuhan memang menjaga.
Semoga anda dan saya semakin bertumbuh dalam iman
Salam hangat ... candra
Dapatkah pelatihan
gratis setiap rabu minggu kedua dan ketiga setiap bulannya di
www.enlighten-hdc.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar