Kamis, 11 Juli 2013

3 dari 4 orang Indonesia menyuap



TEMPO.CO, Jakarta - Tamparan itu datang dari Transparency International Indonesia (TII). Hasil survei Transparency International Indonesia menunjukkan kepolisian di negeri ini dinilai sebagai lembaga paling korup.
 Manajer Anticorruption Information Center TII Ilham Saenong mengatakan, 75 persen dari 1.000 responden di lima kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung, mengaku menyuap polisi dalam setahun terakhir. 

"Umumnya, mereka memberikan uang untuk mendapatkan pelayanan yang lebih," kata Ilham saat dihubungi kemarin. 

Survei ini diadakan secara internasional pada September 2012 dan Maret 2013 melalui wawancara tatap muka. Survei diadakan di 107 negara dengan melibatkan 114 ribu responden. Mayoritas responden, atau sebanyak 91 persen, juga menilai polisi bercitra buruk. Peringkat berikutnya adalah partai politik dan parlemen, 89 persen; disusul pegawai negeri sipil, 79 persen. Menurut Ilham, masyarakat menilai fasilitas pelayanan publik menjadi ladang suap karena tak ada prosedur jelas dan transparan.

Refleksi …

Saya kira ini adalah rahasia umum. Sesuatu yang benar terjadi namun seperti dibungkam dianggap tidak ada. Untuk menyelesaikan permasalahan ini bukan sekedar retorika atau slogan, harus dari dasarnya yaitu hati dan mengubah konsep berpikir selama ini.

Jika saya ditanya apakah saya melakukan suap? Jawaban jujur saya iya. Apalagi kalau ketangkep Polisi lalu lintas. Sudah berapa kali, saya ingat mungkin seumur hidup saya sudah lakukan 4 kali. Itu yang diingat yang tidak diingat berarti sudah lebih banyak kali.

Ketika mengurus pajak balik nama mobil saya melihat begitu banyak tulisan, “jangan lewat calo, urus sendiri, areal bebas korupsi … “. Banyak lagi slogan, kalau kita datang ke instansi pelayanan masyarakat. Tapi pada kenyataannya bagaimana? Saya jamin 99% praktek tersebut masih ada dan semakin rapi dan terselubung dengan semakin baik. Sehingga kita tidak mampu lagi melihat apakah ini korupsi atau bukan. Apakah tindakan ini bermoral atau tidak, etis atau tidak, kita jadi gagap.

Saya pernah mengurus surat kehilangan STNK, saya bergumul apakah saya harus kasih uang atau tidak, berapa yang harus saya kasih. Akhirnya saya bertanya, “Pak ada biayanya nggak? Dia menjawab,” serelanya saja mas”. 

Menurut aturan tidak ada kewajiban dan hukumnya untuk membayar, karena itu adalah tugas dari aparat/instansi tersebut, tapi anehnya ada suatu perasaan yang muncul, kalau tidak memberi uang seperti ada rasa keharusan memberi uang. Itu seperti suatu aturan yang tidak tertulis tapi nyata harus dilakukan. 

Jadi inilah misterinya kenapa walau sudah ditulis dengan slogan apa pun toh sepertinya itu tumpul. Karena sudah MEMBUDAYA dan itu menempeli segenap masyarakat Indonesia.

Bagaimana mengubah ini?

Saya terkejut dengan pelayanan yang dilakukan oleh seorang petugas cek fisik mobil di Jakarta timur, saya perhatikan apakah dia menerima uang dari jasanya atau tidak. Ternyata tidak menerima dan ketika giliran, saya pun ingin memberi, dia pun menolaknya. Sayang saya tidak bertanya namanya. Saya kagum dan melihat ada secercah harapan diantara banyak orang yang saling bekejaran untuk menerima tambahan uang, dia malah menolaknya. Mungkin di benaknya dia merasa  cukup. Ini berarti ia memiliki karakter baik.

Memiliki karakter baik tidak semudah membalikkan tangan pasti penuh ujian dan tantangan. Di mulai dari diri sendiri dan dilakukan dengan konsisten. Orang orang dengan karakter baik mungkin akan disingkirkan dan dilindas oleh kekuatan besar, tapi dengan karakter baik ini justru akan  mendapat perlindungan Tuhan. Bukankah Tuhan maha adil dan melihat. Ia akan dilindungi sehingga tidak perlu kawatir besok makan apa. 

Jika kejadian ini dilakukan oleh semakin banyak orang pastilah keadaan lebih baik.
Akhir kata saya ingin katakana,” Perbuatan benar sekecil apa pun jika dilakukan akan memiliki dampak di hati seseorang”. 

Semoga Anda dan saya pun setia melakukan tindakan yang benar … sekecil apa pun itu. Semoga Indonesia menjadi lebih baik …


Tidak ada komentar:

Posting Komentar