Kamis, 24 Oktober 2013

Emak


Theresia Mariana
Tempat/tanggal lahir : Subang, 13 November 1936

Theresia Mariana, adalah sosok yang sangat istimewa dalam kehidupan saya. Emak biasa saya memanggilnya. Beliau adalah wanita luar biasa yang melahirkan pria terhebat, papa saya.

Pada waktu kecil, emak tinggal bersama dengan keluarga besarnya di subang. Menginjak remaja, emak sekeluarga pindah dan menetap di Jakarta. Masa remaja emak dilalui pada masa penjajahan Jepang. Emak sempat bercerita, kala itu ia hampir saja ditembak oleh tentara Jepang karena fisik emak yang “bule” sehingga tentara Jepang kira merupakan orang Belanda.


Menginjak dewasa emak aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja (PDKK, Legio Maria, Wanita Katolik, dll). Dalam kegiatan gereja itulah emak bertemu dengan sosok pria idaman yang akhirnya dinikahinya, engkong saya. Mereka memiliki 6 orang anak. Kala itu ketika saya menginjak usia 1 tahun, engkong terserang stroke. Secara total engkong tidak dapat berbicara, bergerak dengan baik, hanya dapat tidur dan duduk. Dengan sabar selama 11 tahun emak mengurus engkong, tanpa pernah mendengar sedikit pun keluha. Dengan telaten emak selalu setia menemani engkong sampai Tuhan menjemput engkong. Emak terpukul, namun karena kedekatannya dengan Tuhan, emak tetap tegar. Tiga tahun berikutnya, emak kembali dihadapkan dengan suatu cobaan berat. Anak ke-4 emak, yaitu om saya dipanggil Tuhan. Namun kembali karena kedekatannya kepada Tuhan dan kecintaannya pada keluarga emak tetap tersenyum.

Di lingkungan sekitar, emak sangat dicintai. Beliau adalah sosok yang sangat ramah, murah senyum, dan baik hati. Setiap orang yang lewat dan melihatnya pasti akan selalu diberikan senyuman indahnya. Beliau tidak segan-segan membantu orang, walaupun badannya sudah tidak terlalu prima lagi. Emak memiliki penyakit jantung dan diabetes, karena itu emak tidak boleh terlalu lelah. Tetapi ketika kami semua berkumpul, emak selalu ingin menyiapkan yang terbaik. Mulai dari bersih-bersih rumah hingga menyiapkan makanan yang beliau masak sendiri. Emak sangat menyayangi anak-anaknya, menantunya, cucu-cucunya, bahkan cicitnya.

 Tanggal 2 Juni 2011, emak dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Banyak orang yang merasa kehilangan, tidak hanya kami sebagai keluarga. Semua orang dapat merasakan cinta tulus yang diberikan oleh emak. Kesedihan sangat kami rasakan, tetapi keyakinan kami kepada Tuhan dan kecintaan kami satu sama lain sebagai keluarga lah yang selalu menguatkan kami.


Banyak hal yang dapat saya pelajari dari sosok Emak. Kedekatannya dengan Tuhan merupakan salah satu hal yang patut dijadikan contoh. Seluruh kesenangan dan kesulitan dapat dilewati, karena kedekatan kita dengan Tuhan. Iman kita adalah poros dari seluruh hidup kita, itulah yang dikatakan emak. Kebaikan dan keramahannya yang tiada habis walaupun dengan kondisi emak yang terbatas juga patut ditiru. Dengan kondisi fisik yang terbatas saja, emak selalu berusaha memberikan yan terbaik bagi lingkungannya. Mengapa kita dengan kondisi yang sempurna juga tidak melakukan hal yang serupa ? Hal ini dapat menjadi pelajaran hidup yang sangat berharga.


 ditulis oleh Friska Renata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar