Kecendrungan anak memiliki barang kesayangan terkadang tidak bisa lepas
dari barang-barang tersebut. Bila anak terpisah dari barang kesayangan,
hal itu akan sangat membuatnya sedih.
Pakar psikoanalisis menyebut perilaku ini sebagai gejala pengalihan perasaan (transference feeling), sedangkan barang yang digunakan si anak untuk mengalihkan perasaannya disebut benda transferensi
Pakar psikoanalisis menyebut perilaku ini sebagai gejala pengalihan perasaan (transference feeling), sedangkan barang yang digunakan si anak untuk mengalihkan perasaannya disebut benda transferensi
Yang dimaksud dengan objek pengalih perasaan adalah objek yang kerap
muncul di ruang pemeriksaan kesehatan anak seperti selimut tua kesukaan
anak, atau boneka bulu yang sudah usang dan lain sebagainya. Saat anak
diperiksa atau diberi imunisasi mereka selalu menggenggam erat barang
kesayangannya untuk mengurangi stres, dan anak-anak ini sama sekali
tidak bisa meninggalkan rumah tanpa membawa barang kesayangannya.
Rasa Tidak Aman Sebabkan Ketergantungan Anak terhadap Mainan
Situs China Family Education Network menjelaskan, ketergantungan anak
terhadap barang kesayangannya adalah semacam perilaku ketergantungan
dalam masa transisi pertumbuhannya, yaitu transisi dari “bergantung
sepenuhnya” menjadi “mandiri sepenuhnya”. Masa timbulnya perilaku
ketergantungan ini timbul pada saat anak memasuki usia 6 bulan hingga 3
tahun, dan perilaku ini terlihat paling kuat pada saat usianya mencapai 2
tahun.
Mengapa anak bisa tergantung pada barang tersebut? Karena barang-barang
itu membuat anak merasa aman secara kejiwaan, terutama menjelang
malam, atau saat anak hendak beranjak tidur tapi takut saat dirinya
tidak sadar, rasa tidak aman akan bertambah besar. Di saat seperti ini
anak sangat membutuhkan orang tua menemani mereka, jika tidak maka
barang-barang yang senantiasa menemani sang anak akan memainkan peran
sangat penting.
Seperti dimuat di surat kabar New York Times, dosen kesehatan mental
balita Alicia Lieberman dari University of California, San Francisco,
mengatakan bahwa perasaan dan kekhususan anak terhadap sesuatu
berbanding lurus dengan kemampuan akan rasa ketergantungannya yang unik
terhadap tokoh tertentu. Dan objek pengalih perasaannya merupakan
“jembatan antara ibu dan dunia luar”.
Arietta Slade, dosen ilmu perkembangan psikologis dan klinis dari
University of New York City mengatakan, “Ini adalah semacam mekanisme
penyesuaian diri. Anda bisa mempertimbangkannya seperti ini. Selain
sosok ibu, anak juga dapat tergantung pada benda lain. Hal ini membantu
mereka agar tetap merasa aman dan nyaman.”
Saat anak beranjak besar, sejumlah objek pengalih perasaannya,
terutama mainan dari bulu akan mulai berubah menjadi sosok yang sangat
mencolok, perlahan berubah menjadi pemberi rasa nyaman juga sekaligus
menjadi teman khayalan bagi sang anak. Banyak anak yang mengajak
berbicara objek pengalih perasaannya.
Anak Tergantung pada Benda, Orang Tua Harus Introspeksi Diri
Anak yang memiliki ketergantungan terhadap sesuatu benda cenderung
dikarenakan orang tua yang jarang mendampinginya, sehingga membuat anak
kehilangan rasa aman. Saat lingkungan di sekitar mengalami perubahan
atau kondisi tertentu membuat anak merasa depresi, maka ia akan mendekap
objek pengalih perasaan yang selalu menemaninya. Lewat aroma atau
tekstur mainan yang sangat dikenalnya, si anak dapat menemukan rasa
aman. Situs Sina menjelaskan kondisi berikut yang dapat mengakibatkan
anak memiliki rasa ketergantungan terhadap sesuatu benda:
Sejak Kecil Anak Berpisah dengan Orang Tua atau Jarang Berkumpul dengan Orang Tua
1. Biasanya lebih sering diasuh oleh kakek nenek atau suster, jarang memiliki waktu untuk berinteraksi dengan orang tua;
2. Jarang berinteraksi akrab secara fisik dengan anak;
3. Kurang membimbing anak untuk bermain secara sehat, terlalu sering membiarkan anak dalam keadaan bosan;
4. Anak jarang berinteraksi dengan dunia luar;
5. Tidak memahami atau memperhatikan pembinaan kekuatan mental anak dan lain-lain.
Apakah Ketergantungan pada Benda Membahayakan Tubuh?
Seperti dilansir situs China Family Education Network, kondisi
ketergantungan anak terhadap benda berbeda antara satu dengan lainnya.
Ada yang pendek masa ketergantungannya, ada yang terus berlanjut hingga
masuk sekolah. Selain itu, meskipun ada anak yang pada dasarnya sudah
tidak lagi tergantung pada barang kesayangan.
Namun beberapa kasus mendadak mungkin dapat memicu kondisi cemas pada
anak yang dapat membuat anak kembali pada kondisi tidak aman, yang
kemudian membuat anak bergantung pada objek baru, seperti perubahan
besar dalam lingkungan sekitar, berpisahnya orang tua, tindak kekerasan,
perpisahan dengan saudara dan lain-lain. Anak-anak yang pernah sakit
dan dirawat di rumah sakit umumnya lebih membutuhkan benda kesayangan
untuk dijadikan teman.
Biasanya jika tingkat ketergantungan anak terhadap benda kesayangan
tidak berdampak pada kehidupan sehari-hari, orang tua hendaknya tidak
perlu khawatir. Kecuali bila kondisi perilaku ketergantungan anak sudah
mencapai tingkat ekstrim, maka harus benar-benar diperhatikan.
Misalnya anak tidak pernah mau lepas sedikit pun dengan barang
tertentu. Ambil contoh dot susu. Bila anak terus menangis boleh pakaikan
dot susu sesaat. Namun bila anak terus menyedotdan tidak mau
melepasnya, hal ini tidak hanya akan menyebabkan gigi depan menonjol ke
luar, mudah menyebabkan pembusukan gigi, bahkan berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara anak.
Pendampingan Ayah Ibu Bantu Anak Hilangkan Ketergantungan Benda
Perilaku anak yang kerap tergantung pada sesuatu benda tidak hanya
berdampak pada tumbuh kembang kepribadian anak. Jika tidak diatasi
dengan baik, masa kanak-kanaknya akan terpukul dan menyisakan
bayang-bayang dalam pertumbuhan anak, seperti dipaksa meninggalkan benda
pengalih dan lain-lain. Saat membantu anak mengatasi masalah
ketergantungan terhadap benda pengalih, orang tua kerap menggunakan
cara-cara keras, seperti membubuhkan cabai pada dot susu anak, yang
hasilnya justru membuat anak melawan.
Oleh karena itu, saat membantu anak menyingkirkan perilaku
ketergantungan, harus memperhatikan cara yang digunakan agar tidak
timbul masalah. Situs kesehatan 39 memperkenalkan 8 cara bagi orang tua
untuk membantu anak menghilangkan ketergantungan terhadap benda:
- Sebisa mungkin hindari membiarkan anak sendirian.
- Sebelum tidur ayah atau ibu menemani anak sambil membacakan cerita, atau menyalakan lampu kecil di kamar tidur anak, mengurangi rasa takut anak tidur seorang diri.
- Perbanyak mengajak anak mengikuti kegiatan outdoor.
- Sebelum tidur putar musik yang lembut agar anak mendapat ketenangan dan kedamaian jiwa.
- Banyak memeluk anak, menepuk pundak maupun mengelus kepala anak.
- Hindari memisahkan anak tidur sendiri dengan cara paksaan.
- Persiapkan agak banyak benda pengalih, seperti 2 atau 3 buah bantal kecil, beberapa mainan dari bahan bulu yang mirip, agar anak tidak terpaku hanya pada satu jenis benda.
- Perkaya lawan bermain anak, perluas wawasan anak, memandu anak menempatkan perhatian dan minatnya pada arah perkembangan yang lebih luas.
Surat kabar New York Times mengutip teori Profesor Barbara Howard,
seorang dokter perkembangan perilaku anak dari John Hopkins University
AS. Faktanya 25% remaja perempuan saat masuk ke perguruan tinggi masih
membawa objek pengalih perasaannya.Saat remaja memasuki lingkungan
kampus, baik membawa atau tidak barang kesayangannya, hal ini
mengingatkan kita bahwa perasaan kompleks seseorang terhadap kenyamanan
dan pengalihan perasaan tidak hanya terbatas pada masakanak-kanak saja.
(et/sud/yant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar