Kamis, 31 Oktober 2013

Mencari Kenyaman Selain Ibu...

Kecendrungan anak memiliki barang kesayangan terkadang tidak bisa lepas dari barang-barang tersebut. Bila anak terpisah dari barang kesayangan, hal itu akan sangat membuatnya sedih.

Pakar psikoanalisis menyebut perilaku ini sebagai gejala pengalihan perasaan (transference feeling), sedangkan barang yang digunakan si anak untuk mengalihkan perasaannya disebut benda transferensi 


Yang dimaksud dengan objek pengalih perasaan adalah objek yang kerap muncul di ruang pemeriksaan kesehatan anak seperti selimut tua kesukaan anak, atau boneka bulu yang sudah usang dan lain sebagainya. Saat anak diperiksa atau diberi imunisasi mereka selalu menggenggam erat barang kesayangannya untuk mengurangi stres, dan anak-anak ini sama sekali tidak bisa meninggalkan rumah tanpa membawa barang kesayangannya.


Rasa Tidak Aman Sebabkan Ketergantungan Anak terhadap Mainan

Situs China Family Education Network menjelaskan, ketergantungan anak terhadap barang kesayangannya adalah semacam perilaku ketergantungan dalam masa transisi pertumbuhannya, yaitu transisi dari “bergantung sepenuhnya” menjadi “mandiri sepenuhnya”. Masa timbulnya perilaku ketergantungan ini timbul pada saat anak memasuki usia 6 bulan hingga 3 tahun, dan perilaku ini terlihat paling kuat pada saat usianya mencapai 2 tahun.

Mengapa anak bisa tergantung pada barang tersebut? Karena barang-barang itu membuat anak merasa aman secara kejiwaan, terutama menjelang malam,  atau saat anak hendak beranjak tidur tapi takut saat dirinya tidak sadar,  rasa tidak aman akan bertambah besar. Di saat seperti ini anak sangat membutuhkan orang tua menemani mereka, jika tidak maka barang-barang yang senantiasa menemani sang anak akan memainkan peran sangat penting. 

Seperti dimuat di surat kabar New York Times, dosen kesehatan mental balita Alicia Lieberman dari University of California, San Francisco,  mengatakan bahwa perasaan dan kekhususan anak terhadap sesuatu berbanding lurus dengan kemampuan akan rasa ketergantungannya yang unik terhadap tokoh tertentu. Dan objek pengalih perasaannya merupakan “jembatan antara ibu dan dunia luar”.

Arietta Slade, dosen ilmu perkembangan psikologis dan klinis dari University of New York City mengatakan, “Ini adalah semacam mekanisme penyesuaian diri. Anda bisa mempertimbangkannya seperti ini. Selain sosok ibu, anak juga dapat tergantung pada benda lain. Hal ini membantu mereka agar tetap merasa aman dan nyaman.”

Saat anak beranjak besar, sejumlah objek pengalih perasaannya,  terutama mainan dari bulu akan mulai berubah menjadi sosok yang sangat mencolok, perlahan berubah menjadi pemberi rasa nyaman juga sekaligus menjadi teman khayalan bagi sang anak. Banyak anak yang mengajak berbicara objek pengalih perasaannya.

Anak Tergantung pada Benda,  Orang Tua Harus  Introspeksi Diri

Anak yang memiliki ketergantungan terhadap sesuatu benda cenderung dikarenakan orang tua yang jarang mendampinginya, sehingga membuat anak kehilangan rasa aman. Saat lingkungan di sekitar mengalami perubahan atau kondisi tertentu membuat anak merasa depresi, maka ia akan mendekap objek pengalih perasaan yang selalu menemaninya. Lewat aroma atau tekstur mainan yang sangat dikenalnya, si anak dapat menemukan rasa aman. Situs Sina menjelaskan kondisi berikut yang dapat mengakibatkan anak memiliki rasa ketergantungan terhadap sesuatu benda: 

Sejak Kecil Anak Berpisah dengan Orang Tua atau Jarang Berkumpul dengan Orang Tua

1. Biasanya lebih sering diasuh oleh kakek nenek atau suster,  jarang memiliki waktu untuk berinteraksi dengan orang tua;
2. Jarang berinteraksi akrab secara fisik dengan anak;
 3. Kurang membimbing anak untuk bermain secara sehat, terlalu sering membiarkan anak dalam keadaan bosan;
4. Anak jarang berinteraksi dengan dunia luar;
5. Tidak memahami atau memperhatikan pembinaan kekuatan mental anak dan lain-lain.

Apakah Ketergantungan pada Benda Membahayakan Tubuh?

Seperti dilansir situs China Family Education Network, kondisi ketergantungan anak terhadap benda berbeda antara satu dengan lainnya. Ada yang pendek masa ketergantungannya,  ada yang terus berlanjut hingga masuk sekolah. Selain itu, meskipun ada anak yang pada dasarnya sudah tidak lagi tergantung pada barang kesayangan.

Namun beberapa kasus mendadak mungkin dapat memicu kondisi cemas pada anak yang dapat membuat anak kembali pada kondisi tidak aman, yang kemudian membuat anak bergantung pada objek baru, seperti perubahan besar dalam lingkungan sekitar, berpisahnya orang tua, tindak kekerasan, perpisahan dengan saudara dan lain-lain. Anak-anak yang pernah sakit dan dirawat di rumah sakit umumnya lebih membutuhkan benda kesayangan untuk dijadikan teman.

Biasanya jika tingkat ketergantungan anak terhadap benda kesayangan tidak berdampak pada kehidupan sehari-hari, orang tua hendaknya tidak perlu khawatir.  Kecuali bila kondisi perilaku ketergantungan anak sudah mencapai tingkat ekstrim, maka harus benar-benar diperhatikan.

 Misalnya anak tidak pernah mau lepas sedikit pun dengan barang tertentu. Ambil contoh dot susu. Bila anak terus menangis boleh pakaikan dot susu sesaat. Namun bila anak terus menyedotdan tidak mau melepasnya, hal ini tidak hanya akan menyebabkan gigi depan menonjol ke luar,  mudah menyebabkan pembusukan gigi, bahkan berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak.

Pendampingan Ayah Ibu Bantu Anak Hilangkan Ketergantungan Benda

Perilaku anak yang kerap tergantung pada sesuatu benda tidak hanya berdampak pada tumbuh kembang kepribadian anak. Jika tidak diatasi dengan baik, masa kanak-kanaknya akan terpukul dan menyisakan bayang-bayang dalam pertumbuhan anak, seperti dipaksa meninggalkan benda pengalih dan lain-lain. Saat membantu anak mengatasi masalah ketergantungan terhadap benda pengalih, orang tua kerap menggunakan cara-cara keras, seperti membubuhkan cabai pada dot susu anak, yang hasilnya justru membuat anak melawan.

Oleh karena itu, saat membantu anak menyingkirkan perilaku ketergantungan, harus memperhatikan cara yang digunakan agar tidak timbul masalah. Situs kesehatan 39 memperkenalkan 8 cara bagi orang tua untuk membantu anak menghilangkan ketergantungan terhadap benda:

  1. Sebisa mungkin hindari membiarkan anak sendirian.
  2. Sebelum tidur ayah atau ibu menemani anak sambil membacakan cerita, atau menyalakan lampu kecil di kamar tidur anak,  mengurangi rasa takut anak tidur seorang diri.
  3. Perbanyak mengajak anak mengikuti kegiatan outdoor.
  4. Sebelum tidur putar musik yang lembut agar anak mendapat ketenangan dan kedamaian jiwa.
  5. Banyak memeluk anak, menepuk pundak maupun mengelus kepala anak.
  6. Hindari memisahkan anak tidur sendiri dengan cara paksaan.
  7. Persiapkan agak banyak benda pengalih, seperti 2 atau 3 buah bantal kecil, beberapa mainan dari bahan bulu yang mirip, agar anak tidak terpaku hanya pada satu jenis benda.
  8. Perkaya lawan bermain anak,  perluas wawasan anak, memandu anak menempatkan perhatian dan minatnya pada arah perkembangan yang lebih luas.
Surat kabar New York Times mengutip teori Profesor Barbara Howard, seorang dokter perkembangan perilaku anak dari John Hopkins University AS. Faktanya 25% remaja perempuan saat masuk ke perguruan tinggi masih membawa objek pengalih perasaannya.Saat remaja memasuki lingkungan kampus, baik membawa atau tidak barang kesayangannya, hal ini mengingatkan kita bahwa perasaan kompleks seseorang terhadap kenyamanan dan pengalihan perasaan tidak hanya terbatas pada masakanak-kanak saja. (et/sud/yant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar