Ada seorang brandalan yang sedang mabuk
telah membuat kerusuhan. Dengan tangannya dia menarik kerah baju seorang
saleh yang lewat, lalu dengan keji memukulinya, namun orang saleh
tersebut tidak berkata sepatahpun dan tidak membalasnya.
Kerumunan
orang yang melihat peristiwa saat itu sangat heran dengan sikap orang
saleh tersebut yang hanya diam. Lalu mereka rame-rame mendukung dan
berteriak, "Ayo..balas hantam! Jangan mau terima diperlakukan seperti
itu.. jangan seperti orang bodoh.. sikat dia.. hantam.. jangan jadi
pengecut!
Setelah si pemabuk kelelahan dan merasa puas, akhirnya dia pergi dengan sempoyongan meninggalkan arena sambil tertawa sendiri.
Tiba-tiba
seseorang muncul dari kerumunan mendekati orang saleh itu dan bartanya,
"Apakah Anda seorang pria sejati? Di hina dan dipukuli sampai babak
belur tetapi Anda tidak mengucapkan sepatah katapun, mengapa mau
dipermalukan sampai demikian?"
Orang
saleh itu sembari membersihkan dan merapikan kembali baju yang telah
acak-acakan berkata kepada orang yang bertanya, "Sudahlah, pemabuk kalau
sudah mabuk, jangankan hanya memukuli dan menarik kerah baju orang
lain, jika ada seekor singa dihadapannya dia juga akan menerkam singa
tersebut. Tetapi jika seorang pria sejati melakukan hal yang sama dengan
perbuatan yang dilakukan oleh pemabuk tersebut untuk membalasnya, maka
dia bukan benar-benar seorang pria sejati dan terpelajar."
Ketika
orang lain melakukan perbuatan yang menyakiti kita, maka jika kita
memperlakukannya sama dengan cara yang dilakukan olehnya, bukankah kita
sama buruknya dengan dia, oleh sebab itu toleransi adalah satu-satunya
sifat yang masuk akal dan mulia. Apakah itu sulit? Mungkin sama sulitnya
memahami ucapan "Jika Anda ditampar pipi kiri, berikan pipi kanan
Anda". (ran) erabaru.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar