Mengapa anda bukan orang kaya? Orang
miskin tidak mengerti jika orang kaya tidak mengatakannya. Berikut
adalah perbedaan cara pandang antara orang miskin dan orang kaya:
1. Orang miskin suka mengonsumsi, sementara orang kaya fokus pada investasi.
Jika
orang miskin mendapatkan seekor ayam, ia akan memasak dan memakannya,
sementara orang kaya akan membuat ayam itu bertelur kemudian menetaskan
ayam lagi. Orang miskin bekerja keras demi uang, sementara orang kaya
membuat uang bekerja untuk dirinya, membuat uang melahirkan uang lagi
(prinsip telur ayam). Kemakmuran Umum (US $ 100.000,- ~ 1.000.000.000,-)
rumah tangga AS, hanya 20% pendapatan mereka dari aktivitas investasi,
sementara pendapatan orang super kaya, 43% -nya (di atas US $ 5 juta)
berasal aktivitas investasi. Inilah perbedaan antara sikap orang kaya
dan orang miskin terhadap uang.
Masyarakat
miskin juga hemat, tetapi karena kerap tidak punya uang, begitu ada
sedikit uang segera terbersit dalam pikirannya untuk belanja, hidup
bagai berlalu saja, tidak terlintas dalam otaknya untuk investasi. Orang
kaya juga butuh konsumsi, malah lebih mewah, namun, uang belanjaan
mereka itu berasal dari penghasilan tambahan (misalnya pendapatan dari
investasi), sementara bagian (uang) yang lebih besar digunakan untuk
investasi.
Masyarakat miskin yang
memiliki penghasilan tahunan 200.000,- (mata uang asing), karena uang
penghasilannya telah diubah (belanja) menjadi pakaian, kosmetik, mobil.
Namun, ada juga orang kaya yang berpenghasilan 50,000,- namun, karena
uang mereka telah diinvestasikan ke property saham dan atau investasi
lainnya yang bisa meningkatkan aset nilai mereka, kemudian mereka
menikmati hidup ini dengan uang yang didapat dari hasil investasi.
2. Orang miskin mendalami teknologi, sementara orang kaya belajar manajemen.
Orang
kaya, selain bisa memanfaatkan uang untuk menghasilkan uang, juga bisa
membuat orang lain menghasilkan uang untuk dirinya, karena itu harus
belajar mengelola, memahami teknik mengemudikan orang.
Orang
miskin membutuhkan sesuap nasi (pekerjaan), berharap agar terpilih,
jadi, harus mendalami teknologi, supaya dikagumi orang lain dan lancar
saat diterapkan. Orang miskin membutuhkan kestabilan, berharap orang
lain memberikan honor yang stabil, tetapi tidak tahu dirinya malah lebih
banyak menghasilkan uang untuk orang lain. Orang kaya memberikan honor
kepada orang lain, banyak resiko yang dihadapi, namun, hasilnya juga
kemungkinan akan lebih besar.
Mengelola
sesuatu merupakan suatu seni atau teknik, namun, tidak bisa
merealisasikan sepenuhnya hanya dengan cara teknik atau seni, karena ia
(teknik/seni) harus memahami betul karakter manusia. Pengelola yang baik
harus memahami teknik atau seni terkait, seperti misalnya Louis V.
Gerstner, Jr yang menghidupkan kembali IBM yang sebelumnya merupakan
pabrik biskuit. Bagi mereka yang tidak mengerti tentang teknik dan
manajemen sulit sekali bisa sukses menjadi hartawan.
3. Orang miskin membeli lotere, sedangkan orang kaya membeli asuransi
Mengapa
orang miskin membeli lotere, karena dapat membuat kaya mendadak. Orang
miskin terlalu ingin mengubah nasibnya, selalu berpikir "andai kata",
namun tidak memikirkan "sebaliknya", suka judi yang tidak ada harapan
sedikitpun. Mengapa orang kaya membeli asuransi, mereka perlu menjamin
risiko ketidakpastian melalui asuransi, kemudian berinvestasi secara
positif dan menciptakan peluang usaha.
Lotere
dan asuransi, sebenarnya mencerminkan pandangan yang berbeda atas uang
antara orang miskin dan orang kaya. Orang miskin penuh dengan khayalan
yang tidak realistis atas uang, sedangkan orang kaya didasarkan pada
realitas mempraktekkan idealis kekayaan.
4. Orang miskin takut risiko, sementara orang kaya justru suka dengan risiko.
Risiko
dan manfaat adalah saudara kembar, tidak ingin mengambil risiko tetapi
ingin mendapatkan harta yang besar, sampai mati juga tidak akan
tercapai. Sebab harta acap kali terpendam di wilayah yang tidak
diketahui, sedangkan keuntungan di wilayah yang sudah diketahui juga
sudah dibagi-bagi oleh pesaing.
Orang
miskin takut risiko, selalu mengikuti setiap langkah atau tindakan di
belakang orang lain, dan tentu saja yang diperoleh juga hanya
mengumpulkan sisanya orang lain. Sebaliknya orang kaya suka dengan
risiko, dia tahu di balik resiko itu adalah harta yang besar. Namun,
tentu saja, mereka tidak akan membabi buta menempuh risiko, tetapi
berdasarkan pada pemahaman terhadap hukum objektif untuk mengelola
risiko itu.
Buffet, tampak seperti
sosok yang tidak suka risiko, namun, dia menyukai krisis, ketika
orang-orang ketakutan dan trauma dengan krisis, justru berbalik dengan
Buffet, dia malah mengatakan peluang itu sudah datang. Karena itu dia
sukses sebagai hartawan.
5. Orang miskin menghabiskan waktu, sementara orang kaya memanfaatkan waktu.
Masyarakat
miskin merasa waktu tidak berharga, bahkan tidak tahu bagaimana mengisi
waktu kosong. Sementara bagi orang kaya merasa waktu adalah uang, sebab
banyak hal penting yang harus dikerjakan.
Orang
miskin juga terkadang kelihatan seperti sangat sibuk, tetapi, kesibukan
orang miskin acap kali disebabkan tidak tahu bagaimana mengelola waktu.
Orang kaya juga punya waktu santai atau istirahat, namun, dalam
istirahatnya itu otak mereka tiada berhenti "bekerja" (berpikir) tentang
perkembangan usaha atau mengumpulkan kekuatan /semangat untuk langkah
selanjutnya.
Di kala anda terlalu
santai atau terlalu sibuk, itu tidak normal, harus ada perubahan. Orang
kaya pandai memanfaatkan waktu luang orang lain untuk menghasilkan uang
bagi dirinya, membiarkan orang lain menjalankan ide-idenya, sementara ia
(orang kaya) mencurahkan perhatiannya pada perkembangan di masa depan.
6. Orang miskin merapat kepada keluarga, sementara orang kaya menjalin persahabatan.
Ini
adalah hal yang wajar, masalahnya adalah ketika sanak family berkumpul,
kebanyakan mengoceh pada hal-hal sepele di rumah, main kartu, ini semua
sama sekali hanya membuang waktu. Sementara orang kaya pandai bergaul,
memperluas jaringan kontak baginya, sambil mencari partner atau mitra
usaha yang tepat, untuk mempersiapkan karir yang cemerlang.
Jangan
menganggap interpersonal orang kaya terlalu utilitarian (bersifat
materil / kebendaan), setiap orang memiliki pemikiran utilitarian, antar
saudara juga saling bersaing, sulit untuk berhubungan baik antara
famili kaya dengan famili miskin, lebih baik tidak usah bertemu daripada
pusing.
Bersama (bergaul) dengan
orang seperti apa, akan berubah menjadi sosok seperti itu, jadi, tidak
perlu merasa tercela bagi orang miskin yang mencari hubungan dengan
orang kaya / berpengaruh, hanya ingin merubah nasib saja, tidak lebih.
Jadi, jika ingin menjadi hartawan, bertemanlah lebih dekat dengan orang
kaya, sebaliknya jika tidak, jangan selalu bermental "benci pada orang
kaya". (Secret China/jhon/ran) -http://erabaru.net/cerita/cerpen/7981-rahasia-menjadi-kaya-dari-orang-kaya
Saya setuju dengan point-point diatas.
BalasHapussebenarnya saya terpikir menambahkan 1 point :
orang miskin banyak menerima, orang kaya banyak memberi.
memberi adalah suatu hal yang dapat kita anggap sebagai investasi masa depan. semakin banyak kita memberi, maka investasi masa depan kita semakin banyak (karma). sedangkan orang miskin yang banyak menerima sedang mengambil buah2 dari investasi nya yang terdahulu.
ingat orang yang suka memberi akan semakin di sukai banyak orang. semakin banyak orang yang suka kepada kita, maka semakin banyak pulalah kesempatan dan peluang kita untuk lebih maju lagi.
memberi juga tidak harus dalam bentuk material, namun memberikan apa pun yang kita miliki, tenaga, waktu, uang, perhatian apapun itu yang bisa kita berikan kepada orang lain sehingga orang lain tertolong/terbantu oleh kehadiran kita.