Senin, 05 Mei 2014

Belajar Dari Orang Kaya

Mengapa anda bukan orang kaya? Orang miskin tidak mengerti jika orang kaya tidak mengatakannya. Berikut adalah perbedaan cara pandang antara orang miskin dan orang kaya:

1. Orang miskin suka mengonsumsi, sementara orang kaya fokus pada investasi.
Jika orang miskin mendapatkan seekor ayam, ia akan memasak dan memakannya, sementara orang kaya akan membuat ayam itu bertelur kemudian menetaskan ayam lagi. Orang miskin bekerja keras demi uang, sementara orang kaya membuat uang bekerja untuk dirinya, membuat uang melahirkan uang lagi (prinsip telur ayam). Kemakmuran Umum (US $ 100.000,- ~ 1.000.000.000,-) rumah tangga AS, hanya 20% pendapatan mereka dari aktivitas investasi, sementara pendapatan orang super kaya, 43% -nya (di atas US $ 5 juta) berasal aktivitas investasi. Inilah perbedaan antara sikap orang kaya dan orang miskin terhadap uang.


Masyarakat miskin juga hemat, tetapi karena kerap tidak punya uang, begitu ada sedikit uang segera terbersit dalam pikirannya untuk belanja, hidup bagai berlalu saja, tidak terlintas dalam otaknya untuk investasi. Orang kaya juga butuh konsumsi, malah lebih mewah, namun, uang belanjaan mereka itu berasal dari penghasilan tambahan (misalnya pendapatan dari investasi), sementara bagian (uang) yang lebih besar digunakan untuk investasi.

Masyarakat miskin yang memiliki penghasilan tahunan 200.000,- (mata uang asing), karena uang penghasilannya telah diubah (belanja) menjadi pakaian, kosmetik, mobil. Namun, ada juga orang kaya yang berpenghasilan 50,000,- namun, karena uang mereka telah diinvestasikan ke property saham dan atau investasi lainnya yang bisa meningkatkan aset nilai mereka, kemudian mereka menikmati hidup ini dengan uang yang didapat dari hasil investasi.

2. Orang miskin mendalami teknologi, sementara orang kaya belajar manajemen.
Orang kaya, selain bisa memanfaatkan uang untuk menghasilkan uang, juga bisa membuat orang lain menghasilkan uang untuk dirinya, karena itu harus belajar mengelola, memahami teknik mengemudikan orang.

Orang miskin membutuhkan sesuap nasi (pekerjaan), berharap agar terpilih, jadi, harus mendalami teknologi, supaya dikagumi orang lain dan lancar saat diterapkan. Orang miskin membutuhkan kestabilan, berharap orang lain memberikan honor yang stabil, tetapi tidak tahu dirinya malah lebih banyak menghasilkan uang untuk orang lain. Orang kaya memberikan honor kepada orang lain, banyak resiko yang dihadapi, namun, hasilnya juga kemungkinan akan lebih besar.

Mengelola sesuatu merupakan suatu seni atau teknik, namun, tidak bisa merealisasikan sepenuhnya hanya dengan cara teknik atau seni, karena ia (teknik/seni) harus memahami betul karakter manusia. Pengelola yang baik harus memahami teknik atau seni terkait, seperti misalnya Louis V. Gerstner, Jr yang menghidupkan kembali IBM yang sebelumnya merupakan pabrik biskuit. Bagi mereka yang tidak mengerti tentang teknik dan manajemen sulit sekali bisa sukses menjadi hartawan.
3. Orang miskin membeli lotere, sedangkan orang kaya membeli asuransi

Mengapa orang miskin membeli lotere, karena dapat membuat kaya mendadak. Orang miskin terlalu ingin mengubah nasibnya, selalu berpikir "andai kata", namun tidak memikirkan "sebaliknya", suka judi yang tidak ada harapan sedikitpun. Mengapa orang kaya membeli asuransi, mereka perlu menjamin risiko ketidakpastian melalui asuransi, kemudian berinvestasi secara positif dan menciptakan peluang usaha.

Lotere dan asuransi, sebenarnya mencerminkan pandangan yang berbeda atas uang antara orang miskin dan orang kaya. Orang miskin penuh dengan khayalan yang tidak realistis atas uang, sedangkan orang kaya didasarkan pada realitas mempraktekkan idealis kekayaan.

4. Orang miskin takut risiko, sementara orang kaya justru suka dengan risiko.
Risiko dan manfaat adalah saudara kembar, tidak ingin mengambil risiko tetapi ingin mendapatkan harta yang besar, sampai mati juga tidak akan tercapai. Sebab harta acap kali terpendam di wilayah yang tidak diketahui, sedangkan keuntungan di wilayah yang sudah diketahui juga sudah dibagi-bagi oleh pesaing.

Orang miskin takut risiko, selalu mengikuti setiap langkah atau tindakan di belakang orang lain, dan tentu saja yang diperoleh juga hanya mengumpulkan sisanya orang lain. Sebaliknya orang kaya suka dengan risiko, dia tahu di balik resiko itu adalah harta yang besar. Namun, tentu saja, mereka tidak akan membabi buta menempuh risiko, tetapi berdasarkan pada pemahaman terhadap hukum objektif untuk mengelola risiko itu.

Buffet, tampak seperti sosok yang tidak suka risiko, namun, dia menyukai krisis, ketika orang-orang ketakutan dan trauma dengan krisis, justru berbalik dengan Buffet, dia malah mengatakan peluang itu sudah datang. Karena itu dia sukses sebagai hartawan.

5. Orang miskin menghabiskan waktu, sementara orang kaya memanfaatkan waktu.
Masyarakat miskin merasa waktu tidak berharga, bahkan tidak tahu bagaimana mengisi waktu kosong. Sementara bagi orang kaya merasa waktu adalah uang, sebab banyak hal penting yang harus dikerjakan.

Orang miskin juga terkadang kelihatan seperti sangat sibuk, tetapi, kesibukan orang miskin acap kali disebabkan tidak tahu bagaimana mengelola waktu. Orang kaya juga punya waktu santai atau istirahat, namun, dalam istirahatnya itu otak mereka tiada berhenti "bekerja" (berpikir) tentang perkembangan usaha atau mengumpulkan kekuatan /semangat untuk langkah selanjutnya.

Di kala anda terlalu santai atau terlalu sibuk, itu tidak normal, harus ada perubahan. Orang kaya pandai memanfaatkan waktu luang orang lain untuk menghasilkan uang bagi dirinya, membiarkan orang lain menjalankan ide-idenya, sementara ia (orang kaya) mencurahkan perhatiannya pada perkembangan di masa depan.

6. Orang miskin merapat kepada keluarga, sementara orang kaya menjalin persahabatan.
Ini adalah hal yang wajar, masalahnya adalah ketika sanak family berkumpul, kebanyakan mengoceh pada hal-hal sepele di rumah, main kartu, ini semua sama sekali hanya membuang waktu. Sementara orang kaya pandai bergaul, memperluas jaringan kontak baginya, sambil mencari partner atau mitra usaha yang tepat, untuk mempersiapkan karir yang cemerlang.

Jangan menganggap interpersonal orang kaya terlalu utilitarian (bersifat materil / kebendaan), setiap orang memiliki pemikiran utilitarian, antar saudara juga saling bersaing, sulit untuk berhubungan baik antara famili kaya dengan famili miskin, lebih baik tidak usah bertemu daripada pusing.

Bersama (bergaul) dengan orang seperti apa, akan berubah menjadi sosok seperti itu, jadi, tidak perlu merasa tercela bagi orang miskin yang mencari hubungan dengan orang kaya / berpengaruh, hanya ingin merubah nasib saja, tidak lebih. Jadi, jika ingin menjadi hartawan, bertemanlah lebih dekat dengan orang kaya, sebaliknya jika tidak, jangan selalu bermental "benci pada orang kaya". (Secret China/jhon/ran) -http://erabaru.net/cerita/cerpen/7981-rahasia-menjadi-kaya-dari-orang-kaya

1 komentar:

  1. Saya setuju dengan point-point diatas.

    sebenarnya saya terpikir menambahkan 1 point :
    orang miskin banyak menerima, orang kaya banyak memberi.

    memberi adalah suatu hal yang dapat kita anggap sebagai investasi masa depan. semakin banyak kita memberi, maka investasi masa depan kita semakin banyak (karma). sedangkan orang miskin yang banyak menerima sedang mengambil buah2 dari investasi nya yang terdahulu.

    ingat orang yang suka memberi akan semakin di sukai banyak orang. semakin banyak orang yang suka kepada kita, maka semakin banyak pulalah kesempatan dan peluang kita untuk lebih maju lagi.

    memberi juga tidak harus dalam bentuk material, namun memberikan apa pun yang kita miliki, tenaga, waktu, uang, perhatian apapun itu yang bisa kita berikan kepada orang lain sehingga orang lain tertolong/terbantu oleh kehadiran kita.

    BalasHapus