Ketika berada di tengah jalan, tiba-tiba anak saya berhenti dan
membungkukkan badannya untuk mengambil barang yang ada ditengah jalan,
saya sangat terkejut, sungguh beruntung pada saat itu tidak ada
kenderaan yang lewat.
Saya pada saat itu terus menggandeng tangan anak saya dengan bergegas
menyeberangi jalan. Setelah sampai diseberang jalan, saya menyadari
barang yang dikutipnya adalah sebuah kawat kecil, anak saya yang duduk
dikelas 1 sekolah dasar sangat polos, sebuah kawat kecil ditengah jalan
bisa menimbulkan ketertarikannya.
Saya berkata kepadanya, “Kenapa engkau memungut barang di tengah jalan? bagaimana jika ada mobil yang lewat?,” setelah berkata demikian, saya merasa perkataan saya kurang tepat, memang menjadi seorang ayah tentu khawatir kepada keselamatan anaknya, takut dia akan dilanggar mobil, akan tewas tergilas mobil, bukankah ini semua adalah hal yang wajar? lalu kenapa hati saya merasa tidak nyaman, kesalahannya terdapat dimana?
Kejadiannya seharusnya harus demikian, jika memang terjadi kecelakaan, supir ini memang tidak sengaja, dia juga akan merasa tidak nyaman, karena telah menabrak orang akan membawa masalah besar.
Saya berkata kepadanya, “Kenapa engkau memungut barang di tengah jalan? bagaimana jika ada mobil yang lewat?,” setelah berkata demikian, saya merasa perkataan saya kurang tepat, memang menjadi seorang ayah tentu khawatir kepada keselamatan anaknya, takut dia akan dilanggar mobil, akan tewas tergilas mobil, bukankah ini semua adalah hal yang wajar? lalu kenapa hati saya merasa tidak nyaman, kesalahannya terdapat dimana?
Kejadiannya seharusnya harus demikian, jika memang terjadi kecelakaan, supir ini memang tidak sengaja, dia juga akan merasa tidak nyaman, karena telah menabrak orang akan membawa masalah besar.
Sedangkan saya, tanpa sengaja mengajarinya hanya menjaga keselamatan
diri sendiri, tiba-tiba saya menyadarinya, kenapa menjadi orang yang
demikian egois? saya seharusnya menjelaskan kepada anak saya, ketika dia
dengan semangat melihat barang yang menarik perhatiannya, harus
memikirkan apakah perbuatannya akan menimbulkan pengaruh buruk terhadap
diri sendiri dan orang lain.
Saya mengharapkan anak saya dapat tumbuh menjadi seorang yang bermoral tinggi, berbuat sesuatu hal harus memikirkan orang lain terlebih dahulu. Tetapi setelah kejadian ini membuat saya menyadari, bahwa menjadi orang tua yang baik harus memperhatikan setiap perkataan, sikap serta perbuatan diri sendiri terlebih dahulu, karena anak kecil selalu akan mencontoh perbuatan orang tua.
Saya mengharapkan anak saya dapat tumbuh menjadi seorang yang bermoral tinggi, berbuat sesuatu hal harus memikirkan orang lain terlebih dahulu. Tetapi setelah kejadian ini membuat saya menyadari, bahwa menjadi orang tua yang baik harus memperhatikan setiap perkataan, sikap serta perbuatan diri sendiri terlebih dahulu, karena anak kecil selalu akan mencontoh perbuatan orang tua.
Mendidik anak harus hati-hati mulai dari perbuatan kecil, perkataan,
kasih sayang harus benar-benar diperhatikan terkadang jika teledor dapat
menimbulkan keegoisan anak tersebut.
(Minghuischool/hui) - erabaru.net
(Minghuischool/hui) - erabaru.net
Refleksi:
Tulisan di atas sebaiknya dibaca 3 kali, saya ketika membacanya begitu tersentak, melakukan perbuatan baik namun dampaknya kemudian bisa saja tidak baik. Betapa sering kita bangga melakukan perbuatan baik, atau yang kelihatan baik tapi sebetulnya itu adalah untuk kemegahan diri atau kepentingan kita sendiri. Belajar melihat dampak yang terjadi atas apa yang akan kita lakukan, membuat kita mampu memilah apakah tindakan ini baik dan benar.
Dapatkan ebook gratis, tentang pengembangan karakter moral di www.karaktermoral.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar