Ia pernah dengan
antusias menggali keagamaan Timur, mencari rahasia pemurnian batin, namun
justru berperang di ajang profesi dan mengembangkan potensinya. Ia mendirikan
“Apple” yang sempat mengubah suatu jaman, tapi justru dihadang di puncak
kejayaannya.
Diusir Apple di Puncak
Kejayaan
Pada 1980, perusahaan
komputer Apple didaftarkan di bursa saham. Steve menjabat sebagai presiden
direktur. Di usia 30 tahun, ia memiliki sebuah Porsche warna hitam mengkilap
dan garis yang tegas, yang mencerminkan keteguhan sikapnya terhadap seni.
Seperti anak kecil, ia pun memamerkan mobil barunya. Di saat yang sama ia juga
menjadi incaran media massa. Begitu ia muncul, semua fans akan menatap dan
mengelu-elukannya: “Jobs! Jobs! Jobs! Jobs……”
Dengan mengandalkan
ketrampilannya, Steve menjadi konglomerat dengan cepat. Hal ini tidak diragukan
lagi. Namun yang tidak disangka ialah, ia berubah. Berubah menjadi semakin
emosional. Seringkali ia marah besar dan mencaci maki. Makian seperti “bodoh”,
“kamu tolol”, “ulangi dari awal”, sering dilontarkan kepada siapa pun.
Para karyawan bahkan
takut naik lift bersama dengannya, karena mungkin saja sebelum tiba di lantai
lokasi kantor, mereka sudah dipecat. Steve meremehkan orang kuat, dan berlaku
kejam terhadap orang lemah. Dia tidak melakukannya dengan sengaja, hanya
menampilkan sisi dirinya yang polos, dan kepolosan itu telah berubah menjadi
belati tajam yang mematikan.
Saat berusia 28 tahun,
ia mengundang Presiden Direktur Pepsi Cola, Sculley untuk membenahi masalah di
perusahaan komputer Apple miliknya. Ia bertanya pada Sculley, “Apakah Anda
ingin terus menjual air gula pada anak kecil atau ingin mengubah dunia?”
Pertanyaan yang tidak sopan itu membuat orang lain khawatir. Namun tak disangka
justru mampu menggugah Sculley.
Sculley akhirnya
bergabung dengan Apple, lalu ia menemukan bahwa masalah terbesar perusahaan itu
sebenarnya adalah terletak pada Steve yang arogan, kaku dan gila! Orang yang
memiliki IQ (Intelectual Quotient) kelas satu tapi EQ (Emotional
Quotient) jongkok itu telah membuat seluruh lapisan perusahaan itu dari
atas hingga bawah menderita. Suasana hati setiap karyawan sangat buruk, yang
tentu saja membuat pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Tidak salah
lagi, masalahnya terletak pada Steve Jobs. Oleh karena itu, Sculley pun tidak
menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan kepadanya, masalah itu
diselesaikannya - Steve Jobs dipecat!
Pada 1985, Steve yang
berusia 30 tahun, diusir keluar dari Apple. Ia terperangah. Apa tidak salah?
Ia dipecat oleh
perusahaan yang didirikannya sendiri? Ia baru saja mengembangkan komputer
Macintosh yang menjadi tren dunia, dan meraup keuntungan besar bagi perusahaan
ini? Memecatnya berarti menggulingkan dirinya untuk merebut kekuasaan! Yang
lebih menjengkelkan lagi, Sculley direkrut oleh dirinya sendiri. Kejadian
tersebut menjadi berita paling heboh di seluruh kalangan bisnis di AS ketika
itu.
Perusahaan Yang
Didirikan Bangkrut, Steve Terperangkap Keputus-Asaan
Namun Steve belum jatuh.
Ia memutuskan untuk membuktikan bahwa Apple telah salah memecatnya. Ia
menertawakan ketidak-tahuan mereka! Oleh karena itu, Steve kembali
mengembangkan mesin baru dan mendirikan perusahaan barunya NeXT, dan berharap
untuk kembali menciptakan tren baru. NeXT memang mendapat perhatian, akan
tetapi berupa perhatian akan kegagalan NeXT. Omset Apple satu hari bahkan lebih
tinggi daripada omset NeXT selama setahun. (Sun Yun / The Epoch Times / lie)
Dapatkan ebook gratis, pelatihan karakter moral di www.karaktermoral.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar