Steve bertahan sampai
tahun ke-7, hingga akhirnya ia mengaku gagal. Saat satu persatu manager dan
karyawannya mengajukan pengunduran diri, ia terdesak ke tepi jurang, baik dari
segi keuangan, emosi, semangat, semuanya sampai pada titik nadir kejatuhannya.
Pada 10 Februari 1993, “NeXT” mengumumkan penutupan pabrik dan menghancurkan
komputernya.
Tiga bulan kemudian, ia
menyampaikan pidato di San Francisco, berbicara mengenai rencananya membenahi
kembali perusahaannya. Namun media massa yang dulunya menjagokan dirinya kini
mulai mencampakkannya, tidak ada orang yang percaya padanya. Begitulah, dari
pabrik menjadi puing, pahlawan menjadi pecundang, impian “sang iblis” Steve pun
hancur. Sampai akhir tahun, tidak ada pilihan lain, nama Steve Jobs pun lengser
dari daftar nama profesional elite di dunia bisnis.
Si Cantik Powell Tidak
Meninggalkannya
Jika dalam hidupnya
tidak ditemani oleh Laurene Powell yang bijaksana, mungkin Steve akan sulit
melalui hambatan dalam kegagalan bisnisnya, bahkan mungkin saja dalam suatu
kemarahannya ia akan menamatkan hidup. Namun dengan adanya Powell, penyesalan
ini pun tidak terjadi. Powell benar-benar mampu memukau dirinya.
Sebenarnya Powell adalah
hubungan asmara yang entah ke sekian bagi Steve Jobs. Steve yang memiliki daya
pikat, sangat mudah untuk mendapatkan pacar. Tidak ada satu pun kekasih Steve
yang tidak terbilang cantik. Mereka tidak hanya berpenampilan luar biasa,namun
juga memiliki kecerdasan tinggi, berani, dan yang terpenting adalah memiliki
aura atau kharisma seorang seniman. Steve sangat mendalami setiap hubungan asmaranya.
Hingga ia bertemu Powell
di suatu pidatonya di Universitas Stanford. Laurene Powell adalah seorang
lulusan master jurusan bisnis manajemen yang juga merupakan seorang model
terkenal, penari, dan putri konglomerat yang vegetarian. Kecantikannya yang luar
biasa, hampir saja membuat Steve tidak dapat berkata-kata. Waktu itu Steve yang
telah berusia 34 tahun, sama sekali tidak pernah mengalami kecanggungan seperti
itu.
Bagi Steve, Powell
nyaris sempurna, dialah pasangan yang selama ini diimpikan oleh Steve. Apalagi
Powell adalah seorang vegetarian yang sangat menjaga ketat makanan dan minuman
alami. Ia sama sekali tidak makan daging, dan sejak umur belasan ia sudah mulai
menjalani pola makan organik tanpa bumbu apa pun. Prestasinya sangat cemerlang,
bahkan lebih cemerlang daripada Steve.
Cukup sulit bagi Powell,
karena saat ia terlibat asmara dengan Steve, Steve baru saja dipecat oleh
Apple. Ia memancarkan kecemerlangan seorang wanita yang keibuan, tidak
meninggalkannya dan tidak menyalahkan, apalagi menuntut. Berpegangan erat pada
sepotong kayu yang terapung yang penuh cinta kasih inilah, Steve berhasil
bertahan hidup, dan mulai belajar tentang sifat rendah hati dan pemaaf. Saat
Steve berusia 36 tahun, Powell hamil, dan hal ini membuat Steve menjadi seorang
ayah yang penuh kasih dan suami yang baik.
Berkat dukungan keluarga
yang bahagia, profesi Steve pun seolah mendapatkan pertolongan tak terduga. Ia
menyumbangkan sebuah ide bagus pada Pixar, dan pada November 1995, sehingga
film kartun Toy Story pun diluncurkan.
Keajaiban kembali
muncul, hanya berselang seminggu, para investor berebut untuk membeli saham
Pixar. Dan seketika itu juga Steve Jobs kembali menjadi konglomerat. Kemudian
film A Bug’s Live yang juga hasil buah pemikiran Steve juga ikut meraih
sukses, dan memperpendek jarak antara Silicon Valley dan Hollywood, serta
berhasil menghancurkan monopoli film kartun oleh Walt Disney selama 60
tahun. Suara tepuk tangan kembali diraih Steve Jobs, dan kabar itu didengar
oleh para petinggi Apple.
Kembali ke Apple, Tapaki
Kembali Puncak Kejayaan
Dan waktu itu Apple
sudah tidak seperti dulu lagi. Setelah Steve Jobs dipecat pada 1985, Apple
memang sempat tak tertandingi selama beberapa tahun. Namun memasuki era
1990-an, karena para pengambil keputusan mendongkrak spesifikasi produk mereka
hingga ke puncaknya, membuat komputer “Macintosh” yang tadinya bisa dimiliki
oleh siapa saja, menjadi perangkat mewah yang hanya bisa dibeli oleh
orang-orang kaya.
Tak lama kemudian, Apple
tidak bisa bertahan di posisi puncak lagi. Pasar komputer pribadi atau PC pun
dengan cepat berpindah tangan ke Bill Gates. Serangkaian keputusan yang keliru
membuat nasib Apple terus merosot. Di saat hampir tidak tertolong lagi, para
petinggi dengan lantang berkata, “Steve Jobs, kembalilah!”
Akhirnya di musim panas
1997, Steve Jobs kembali ke tempat yang pernah membuatnya cemerlang sekaligus
menggila, dengan status “CEO darurat”. Para karyawan pun ketakutan, mereka
takut sedikit saja kesalahan mereka akan dicaci maki oleh petinggi yang
bertabiat buruk itu, yang bahkan membuat mereka tidak berani mendekati lift
yang mungkin akan mengakibatkan mereka dipecat.
Mereka mulai merindukan
atmosfir yang santai di tempat kerja mereka saat tidak ada Steve. Namun
kenyataannya, sifat kerja karyawan yang terlalu santai sudah saatnya untuk
diubah, sejumlah karyawan bahkan berani membawahi atasan mereka, banyak masalah
yang membuat orang-orang sakit kepala, dan sepertinya harus mengandalkan Steve
lagi.
Dan benar saja, jurus
yang dikerahkan Steve memang luar biasa. Ia segera menerapkan larangan merokok,
mengganti koki dan menyediakan menu sehat, melarang membawa binatang peliharaan
ke tempat kerja dan lain-lain. Ia tetap menerapkan peraturan dengan ketat,
namun jarang sekali mengeluarkan caci maki, terlihat sekali sifat kasar dalam
hidupnya diam-diam telah dibenahinya.
Tidak Tergoyahkan Oleh
Ketenaran dan Harta
Pada Mei 1998, produk
baru Apple diluncurkan. Saat produk komputer berwarna All-in-One
diluncurkan di ruang konferensi, para hadirin sempat terperangah, sebelum akhirnya
suara tepuk tangan yang seolah hendak membalikkan ruang konferensi, terus
bergemuruh. Inovasi Steve Jobs berhasil mendongkrak harga saham Apple hingga
belasan kali lipat. Harga pasar yang hanya 2 miliar dollar AS pun melonjak
menjadi 20 miliar dollar AS.
Apple tidak boleh tanpa
Steve Jobs! Namun setelah mempertimbangkan selama dua setengah tahun, akhirnya
Steve baru memutuskan untuk menjabat sebagai CEO perusahaan itu. Saat ribuan
orang berdiri memberi applaus bagi dirinya, dan meneriakkan namanya hingga
tenggorokan serak. Senyum Steve Jobs tampak sedikit tersipu.
Pada 2003, dalam survei
gaji tahunan para petinggi Silicon Valley menunjukkan, Steve Jobs menduduki
peringkat pertama dengan pendapatan tahunan mencapai 74.750.000 dollar AS. Dan
tahun lalu The New York Times memberitakan bahwa gaji CEO terendah di
seluruh AS adalah CEO Apple yakni Steve Jobs. Gaji tahunannya hanya ditulis
secara simbolis yakni 1 dolar AS, namun ia memiliki saham perusahaan Apple
senilai 1,03 miliar dollar AS.
Dengan harta yang
melimpah, masih ditambah pula dengan gelar kehormatan. Pada 1997 ia menjadi
tokoh cover majalah Times. Di tahun yang sama ia mendapat penghargaan sebagai
manager paling sukses, dan menjadi “orang gila komputer” yang disegani. Pada
2009 ia terpilih oleh Fortune Magazine sebagai CEO terbaik AS selama 10
tahun terakhir, dan di tahun yang sama ia juga terpilih menjadi tokoh paling
sensasional oleh majalah Times. Sebelumnya pada 1985, Steve Jobs juga
telah mendapat medali teknologi nasional AS dari Presiden Reagan.
Steve Jobs benar-benar
telah berubah. Setelah melalui sejumlah proses jatuh bangun, ia berubah menjadi
pribadi yang rendah hati, dan tulus. Ia suka berkata dengan bahagia kepada
orang lain, “Saya sedang bekerja dengan orang-orang yang paling berbakat di
seluruh dunia! Pekerjaan ini memang pekerjaan yang paling hebat di dunia!”
“Stay Hungry, Stay
Foolish”, itulah kata-kata bijak
dalam hidup yang disimpulkan oleh Steve Jobs saat menyampaikan pidatonya di
hadapan lulusan Universitas Stanford pada 2005. (Sun Yun / The Epoch Times /
lie) sumber : epochtimes.co.id
Dapatkan ebook gratis, pelatihan karakter moral di www.karaktermoral.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar