Senin, 14 Mei 2012

Steve Jobs 3


Steve bertahan sampai tahun ke-7, hingga akhirnya ia mengaku gagal. Saat satu persatu manager dan karyawannya mengajukan pengunduran diri, ia terdesak ke tepi jurang, baik dari segi keuangan, emosi, semangat, semuanya sampai pada titik nadir kejatuhannya. Pada 10 Februari 1993, “NeXT” mengumumkan penutupan pabrik dan menghancurkan komputernya.

Tiga bulan kemudian, ia menyampaikan pidato di San Francisco, berbicara mengenai rencananya membenahi kembali perusahaannya. Namun media massa yang dulunya menjagokan dirinya kini mulai mencampakkannya, tidak ada orang yang percaya padanya. Begitulah, dari pabrik menjadi puing, pahlawan menjadi pecundang, impian “sang iblis” Steve pun hancur. Sampai akhir tahun, tidak ada pilihan lain, nama Steve Jobs pun lengser dari daftar nama profesional elite di dunia bisnis.

Si Cantik Powell Tidak Meninggalkannya
Jika dalam hidupnya tidak ditemani oleh Laurene Powell yang bijaksana, mungkin Steve akan sulit melalui hambatan dalam kegagalan bisnisnya, bahkan mungkin saja dalam suatu kemarahannya ia akan menamatkan hidup. Namun dengan adanya Powell, penyesalan ini pun tidak terjadi. Powell benar-benar mampu memukau dirinya.
Sebenarnya Powell adalah hubungan asmara yang entah ke sekian bagi Steve Jobs. Steve yang memiliki daya pikat, sangat mudah untuk mendapatkan pacar. Tidak ada satu pun kekasih Steve yang tidak terbilang cantik. Mereka tidak hanya berpenampilan luar biasa,namun juga memiliki kecerdasan tinggi, berani, dan yang terpenting adalah memiliki aura atau kharisma seorang seniman. Steve sangat mendalami setiap hubungan asmaranya.

Hingga ia bertemu Powell di suatu pidatonya di Universitas Stanford. Laurene Powell adalah seorang lulusan master jurusan bisnis manajemen yang juga merupakan seorang model terkenal, penari, dan putri konglomerat yang vegetarian. Kecantikannya yang luar biasa, hampir saja membuat Steve tidak dapat berkata-kata. Waktu itu Steve yang telah berusia 34 tahun, sama sekali tidak pernah mengalami kecanggungan seperti itu.

Bagi Steve, Powell nyaris sempurna, dialah pasangan yang selama ini diimpikan oleh Steve. Apalagi Powell adalah seorang vegetarian yang sangat menjaga ketat makanan dan minuman alami. Ia sama sekali tidak makan daging, dan sejak umur belasan ia sudah mulai menjalani pola makan organik tanpa bumbu apa pun. Prestasinya sangat cemerlang, bahkan lebih cemerlang daripada Steve.
Cukup sulit bagi Powell, karena saat ia terlibat asmara dengan Steve, Steve baru saja dipecat oleh Apple. Ia memancarkan kecemerlangan seorang wanita yang keibuan, tidak meninggalkannya dan tidak menyalahkan, apalagi menuntut. Berpegangan erat pada sepotong kayu yang terapung yang penuh cinta kasih inilah, Steve berhasil bertahan hidup, dan mulai belajar tentang sifat rendah hati dan pemaaf. Saat Steve berusia 36 tahun, Powell hamil, dan hal ini membuat Steve menjadi seorang ayah yang penuh kasih dan suami yang baik.
Berkat dukungan keluarga yang bahagia, profesi Steve pun seolah mendapatkan pertolongan tak terduga. Ia menyumbangkan sebuah ide bagus pada Pixar, dan pada November 1995, sehingga film kartun Toy Story pun diluncurkan.
Keajaiban kembali muncul, hanya berselang seminggu, para investor berebut untuk membeli saham Pixar. Dan seketika itu juga Steve Jobs kembali menjadi konglomerat. Kemudian film A Bug’s Live yang juga hasil buah pemikiran Steve juga ikut meraih sukses, dan memperpendek jarak antara Silicon Valley dan Hollywood, serta berhasil menghancurkan monopoli film kartun oleh Walt Disney selama 60 tahun. Suara tepuk tangan kembali diraih Steve Jobs, dan kabar itu didengar oleh para petinggi Apple.

Kembali ke Apple, Tapaki Kembali Puncak Kejayaan
Dan waktu itu Apple sudah tidak seperti dulu lagi. Setelah Steve Jobs dipecat pada 1985, Apple memang sempat tak tertandingi selama beberapa tahun. Namun memasuki era 1990-an, karena para pengambil keputusan mendongkrak spesifikasi produk mereka hingga ke puncaknya, membuat komputer “Macintosh” yang tadinya bisa dimiliki oleh siapa saja, menjadi perangkat mewah yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang kaya.

Tak lama kemudian, Apple tidak bisa bertahan di posisi puncak lagi. Pasar komputer pribadi atau PC pun dengan cepat berpindah tangan ke Bill Gates. Serangkaian keputusan yang keliru membuat nasib Apple terus merosot. Di saat hampir tidak tertolong lagi, para petinggi dengan lantang berkata, “Steve Jobs, kembalilah!”

Akhirnya di musim panas 1997, Steve Jobs kembali ke tempat yang pernah membuatnya cemerlang sekaligus menggila, dengan status “CEO darurat”. Para karyawan pun ketakutan, mereka takut sedikit saja kesalahan mereka akan dicaci maki oleh petinggi yang bertabiat buruk itu, yang bahkan membuat mereka tidak berani mendekati lift yang mungkin akan mengakibatkan mereka dipecat.

Mereka mulai merindukan atmosfir yang santai di tempat kerja mereka saat tidak ada Steve. Namun kenyataannya, sifat kerja karyawan yang terlalu santai sudah saatnya untuk diubah, sejumlah karyawan bahkan berani membawahi atasan mereka, banyak masalah yang membuat orang-orang sakit kepala, dan sepertinya harus mengandalkan Steve lagi.

Dan benar saja, jurus yang dikerahkan Steve memang luar biasa. Ia segera menerapkan larangan merokok, mengganti koki dan menyediakan menu sehat, melarang membawa binatang peliharaan ke tempat kerja dan lain-lain. Ia tetap menerapkan peraturan dengan ketat, namun jarang sekali mengeluarkan caci maki, terlihat sekali sifat kasar dalam hidupnya diam-diam telah dibenahinya.

Tidak Tergoyahkan Oleh Ketenaran dan Harta
Pada Mei 1998, produk baru Apple diluncurkan. Saat produk komputer berwarna All-in-One diluncurkan di ruang konferensi, para hadirin sempat terperangah, sebelum akhirnya suara tepuk tangan yang seolah hendak membalikkan ruang konferensi, terus bergemuruh. Inovasi Steve Jobs berhasil mendongkrak harga saham Apple hingga belasan kali lipat. Harga pasar yang hanya 2 miliar dollar AS pun melonjak menjadi 20 miliar dollar AS.

Apple tidak boleh tanpa Steve Jobs! Namun setelah mempertimbangkan selama dua setengah tahun, akhirnya Steve baru memutuskan untuk menjabat sebagai CEO perusahaan itu. Saat ribuan orang berdiri memberi applaus bagi dirinya, dan meneriakkan namanya hingga tenggorokan serak. Senyum Steve Jobs tampak sedikit tersipu.
Pada 2003, dalam survei gaji tahunan para petinggi Silicon Valley menunjukkan, Steve Jobs menduduki peringkat pertama dengan pendapatan tahunan mencapai 74.750.000 dollar AS. Dan tahun lalu The New York Times memberitakan bahwa gaji CEO terendah di seluruh AS adalah CEO Apple yakni Steve Jobs. Gaji tahunannya hanya ditulis secara simbolis yakni 1 dolar AS, namun ia memiliki saham perusahaan Apple senilai 1,03 miliar dollar AS.

Dengan harta yang melimpah, masih ditambah pula dengan gelar kehormatan. Pada 1997 ia menjadi tokoh cover majalah Times. Di tahun yang sama ia mendapat penghargaan sebagai manager paling sukses, dan menjadi “orang gila komputer” yang disegani. Pada 2009 ia terpilih oleh Fortune Magazine sebagai CEO terbaik AS selama 10 tahun terakhir, dan di tahun yang sama ia juga terpilih menjadi tokoh paling sensasional oleh majalah Times. Sebelumnya pada 1985, Steve Jobs juga telah mendapat medali teknologi nasional AS dari Presiden Reagan.
Steve Jobs benar-benar telah berubah. Setelah melalui sejumlah proses jatuh bangun, ia berubah menjadi pribadi yang rendah hati, dan tulus. Ia suka berkata dengan bahagia kepada orang lain, “Saya sedang bekerja dengan orang-orang yang paling berbakat di seluruh dunia! Pekerjaan ini memang pekerjaan yang paling hebat di dunia!”
“Stay Hungry, Stay Foolish”, itulah kata-kata bijak dalam hidup yang disimpulkan oleh Steve Jobs saat menyampaikan pidatonya di hadapan lulusan Universitas Stanford pada 2005. (Sun Yun / The Epoch Times / lie) sumber : epochtimes.co.id

Dapatkan ebook gratis, pelatihan karakter moral di www.karaktermoral.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar