Kamis, 08 November 2012

Li Cen Fong

Menemukan panggilan dari luka luka masa lalu ...

Peristiwa ini terjadi ketika saya masih kelas IV SD. ketika itu Ada seorang anak baru datang ke sekolah saya. Entah mengapa teman saya ini sepertinya sangat menggemaskan. Dia adalah seorang anak pria keturunan cina, berperawakan gempal dengan muka lugu (nampak tolol). Gaya bicaranya juga sedikit gagap dan tidak pandai bergaul.



Saya adalah anak yang cukup populer di sekolah karena berandal. Saya dan beberapa teman berinisiatif untuk "mengerjai" dia. Istilah sekarang "buling".Hampir setiap hari teman saya ini masuk sekolah, pastilah ia mendapat perlakuan tidak  etis dari kami. Saya ingat, saya pernah merencanakan dia agar dia ke wc (belakang sekolah) hanya untuk kami gebuki bersama dan mengancamnya. Ia mencoba melawan tapi apa daya kami berlima, kami asik memukuli hingga ia meringis kesakitan.

Saya tidak ingat kapan akhirnya, tapi ia hanya sebentar saja di sekolah. Ia akhirnya keluar dari sekolah karena ia tidak tahan perlakuan saya dan teman-teman. Saya masih ingat wakil kepala sekolah mengejar saya dan sahabat saya, sambil meneriaki "PKI (Partai Komunis Indonesia)". Saya berlari dan bersembunyi supaya tidak kena jitak (pukulan di kepala).

Saya sempat menyesal dan mengajak teman teman untuk datang ke rumahnya, namun ketika sampai di toko tempat ayahnya bekerja, papanya berkata,"sudah tidak apa, Li Cen Fong, baik baik saja".

Peristiwa ini adalah salah satu peristiwa yang cukup menggores di hati saya. Saya merasa relasi saya dengan LI Cen Fong tak terselamatkan. Saya berhutang padanya. Berhutang sikap yang tidak baik dan pukulan pukulan yang bukan saja melukai badannya tapi jauh dari itu adalah mental dan jiwanya.

Kejadian itu mengajarkan saya akan banyak hal. Salah satunya adalah menyadari hidup, bahwa sering kali kita tanpa sadar telah melukai dan dilukai. Orang yang terluka (mungkin Li Cen Fong) membawa luka tersebut dalam kehidupan selanjutnya. Mungkin dia menjadi orang yang tidak  percaya diri, tidak percaya persahabatan, penuh dendam, hidup pesismis dan hal buruk lainnya tentang orang lain.

Demikian juga dengan saya, tanpa saya sadari ketika saya melukai orang, sebetulnya saya tengah melukai diri saya sendiri. apalagi ketika saya sadar, hendak meminta maaf namun tidak diterima maafnya (saya belum berdamai dengan Li Cen Fong). Hal tersebut membekas dan tanpa sadari itu membawa dampak dalam kehidupan saya selanjutnya juga. Saya punya mama angkat berketurunan cina, para sahabat saya banyak keturunan cina, pacar saya pertama dan istri saya juga ada darah cinanya.

Dalam satu diskusi saya dengan istri saya, ia pernah bertanya, apa tujuan hidupmu? Salah satu jawabannya adalah saya menolong orang cina. Istri saya tertawa dan sedikit mencemooh, tapi itu adalah sesuatu yang mungkin tidak bisa dijelaskan secara matematis, beruntung ia seorang psikolog, mempunyai pengertian yang baik sehingga bisa memahami jalan pikir dan keanehan saya.

Pada kesempatan ini, saya juga hendak mengungkapkan perasaan saya dan penyesalan saya." Li Cen Fong, maafkan saya".

Satu bentuk keprihatinan dan panggilan saya saat ini adalah saya cukup aktif untuk berperan menyuarakan kekejaman yang dilakukan PKC (partai Komunis Cina) kepada warganya yang berlatih Falun Gong. PKC mengambil organ mereka secara ilegal dan dilakukan dengan sistematis.  Link yang bisa dilihat secara langsung :





Bagi teman teman yang terpanggil untuk membantu demi kemanusiaan ini silahkan ikuti petisi online ini,

       kami butuh 100.000 tanda tangan agar amnesti internasional segera menindak lanjuti kekejaman ini. Jika berkenan bantu share ya.

      Salam hangat ... candra




Tidak ada komentar:

Posting Komentar