Kisah ini terjadi di Tiongkok kuno pada dinasti Qing. Konon di sebelah
selatan dari kota Liaodong terdapat sebuah desa. Ada seorang bisu yang
bekerja sebagai pembantu tetap di rumah saudagar kaya.
Pada akhir tahun sewaktu menghitung upah, saudagar ini memberikan si bisu upah lebih kecil dari pembantu yang lain.
Si bisu merasa dia melakukan pekerjaan dengan baik, kenapa upah yang diterima lebih sedikit?
Hatinya sangat marah, ingin membalas dendam kepada saudagar tersebut.
Oleh sebab itu dia merencanakan akan membakar gudang persediaan bahan
makanan di rumah saudagar itu.
Setelah malam tiba, si bisu datang ke gudang persediaan bahan makanan.
Ketika hendak membakar, tiba-tiba dia berpikir, jika saya membakar
gudang persediaan ini, bagaimana mereka bisa makan lagi, saya tidak
boleh membakar, tetapi bagaimana membalas dendam?.
Si bisu itu bergumam, saya akan membakar rumput persediaan untuk
ternak. Setelah berpikir demikian, dia pergi dan memanjat ke dinding
gudang rumput, ketika hendak membakar, dia berpikir lagi, “Jika saya
membakar rumput ini, ternak-ternaknya tidak ada makanan lagi, tidak
boleh membakar.”
Pada saat ini, si bisu karena tidak berhati-hati terpeleset dari atas dinding jatuh kebawah. Dia berteriak, “Aduh sakit.”
Teriakannya membuat orang di dalam rumah mendengar dan keluar berteriak, “Siapa itu?”
Si bisu menjawab, “Saya si bisu. “
Orang yang keluar berkata, “Si bisu tidak bisa berbicara!”
Si bisu menjawab, ”Saya terpeleset dari atas dinding, sekarang sudah bisa berbicara.”
Lalu orang di dalam rumah memanggil si bisu masuk kedalam rumah.
Si bisu lalu menceritakan kejadian yang dilakukannya, ketika mendengar
penjelasan si bisu, saudagar itu sangat terharu, dia merasa bersalah
kepada sibisu, lalu mengembalikan upah yang kurang kepadanya.
Di dalam cerita ini pertama si bisu timbul niat jahat yang kemudian
berubah dalam sekejap menjadi niat baik. Niat yang sekejap membawa
pahala kepadanya, sehingga dia bisa berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar