Minggu, 02 Maret 2014

Menemukan Kesuksesan - Menemukan Bakat Utama (Self Change : bagian 3 dari 4)



Baru baru ini saya bertemu dengan seorang teman yang bekerja di lingkungan kerja DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Ia menceritakan ketika mahasiswa hampir saja DO (drop out) karena mengikuti sebuah MLM. Ia menceritakan bahwa ia dan beberapa temannya di doktrin dengan slogan “kalau ada usaha semua pasti Bisa”. Ternyata slogan hebat tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya. Beberapa temannya justru DO (drop out), bahkan diataranya dari universitas negeri terkenal. Beruntung ia mendapat peringatan dan orangtuanya dipanggil, ia pun segera sadar dan kembali menyelesaikan apa yang sudah dia mulai. Ia menjadi seorang sarjana.


Memperbaharui makna kesuksesan.
Dua kisah yang diajarkan oleh MLM tersebut, diantaranya yang terkenal adalah kodok budek dan membakar jembatan seperti strategi perang membakar kapal oleh Jendral Perancis yang terkenal, Napoleon Bonaparte. 

Inti dari cerita kodok budek adalah kita menganggap orang orang yang mengatakan gagal, salah, bodoh, janganlah dipedulikan, tetaplah fokus dengan tujuan dan sasaran, pasti akan berhasil. 

Sedangkan membakar jembatan atau strategi Napoleon, adalah strategi hidup atau mati. Tujuannya satu, menang atau kalah. Jadi semua sumber daya yang dipunya digunakan untuk berjuang supaya menang.  Menurut cerita teman saya tersebut, uang kuliahnya pun dipakai untuk bisnis MLM ini. bahkan tega berbohong kepada orangtuanya. Memang betul nampak jelas mana yang menang dan kalah, ia termasuk yang kalah. Yang kalah jumlahnya pasti lebih banyak daripada yang menang bukan!

Saya sendiri pernah terlibat di salah satu MLM dan ketika saya hadir dalam satu seminarnya ada seorang supir bajaj menceritakan keberhasilannya. Saya terharu bahkan meneteskan air mata. Dia yang supir, lulusan SD aja bisa masa saya tidak bisa. Kenyataannya, setelah pental pantul, ke sana ke mari akhirnya toh mantul alias gagal. 

Kalau saya bertanya, apakah Anda sudah sukses? Jawablah apa adanya! Dalam berbagai pelatihan saya menemukan banyak orang menjawab belum sukses. Tapi ketika ditanya alasannya mereka ragu menjawab. Mengapa? Karena sering kali mereka sendiri tidak tahu indikator kesuksesannya! Dan sayangnya mereka menggunakan ukuran kesuksesan orang lain bukan dirinya sendiri. Mereka membandingkan dengan hidup orang lain sehingga rasanya  berkekurangan. Bukankah orang yang merasa kekurangan akan semakin berkekurangan? 

Makna kesuksesan saya adalah saya bermanfaat bagi kehidupan. Indikator kesuksesan saya, menjadi seorang pengajar, pemimpin  dan ayah yang bertanggung jawab bagi anak anaknya.
Apa makna dan indikator kesuksesan bagi Anda? 

Sukses berarti menemukan panggilan hidup.
Saya percaya hidup itu adalah perjodohan. Orang orang tua dulu seringkali mengatakan, jodoh, umur dan rejeki sudah ada yang mengatur. Sekarang, paradigma (pandangan) ini ingin dilawan, mampukah kita melawan? Alam memiliki hukumnya dan hidup ini pastilah ada yang mengatur. Jika kita orang beriman (bukan sekedar beragama) kita percaya bahwa ada yang mengendalikan jagad raya ini. Kita diciptakan dan dirancang khusus sehingga terlahir di dalam hidup ini.

Apakah setiap orang sudah tahu apa yang menjadi tanggung jawabnya? Apakah fungsinya? kata bijak yang begitu menguatkan saya , “Setiap benda dan kehidupan di dalam dunia ini memiliki posisi dan fungsinya, barang siapa tepat maka ia akan didukung oleh alam semesta, barang siapa salah, tersesat dan dibuang, menjadi sampah”.

Cobalah sejenak kita bayangkan bagaimana kalau mata ditaruh di kuping dan kuping ditaruh di udel. Hehehe sungguh menggelikan bukan? Oleh karena itu demikian juga masing masing manusia pastilah sudah ada tempat dan posisinya. 

Banyak waktu dan kejadian saya melihat hidup saya ini adalah memang dalam penyelenggaraan Tuhan, tentu jika kita memang sudah ada di dalam takdirNya dan  melakukan fungsi kita dengan bertanggung jawab kita akan ada dalam perlindunganNya.

Awal ketika saya membuka usaha konsultan SDM ini saya memberanikan diri meminjam uang ke bank. Tidak tanggung tanggung langsung menyewa kantor yang baik dan 3 lantai.  Dan apa yang terjadi baru 2 bulan setelahnya saya ditelpon bank karena saldo tidak cukup bahkan hanya untuk membayar bunga (rekening giro). Tapi aneh, ketika sudah tidak tahu harus bagaimana datang ke seorang teman dan tiba tiba ia memberikan bantuan untuk usaha saya, sebentar saja hutang tersebut selesai.  Padahal jika saya gagal saat itu saya memutuskan kembali bekerja di perusahaan.

Temukanlah bakat utama
Setiap orang yang masuk ke dalam dirinya pasti pernah bertanya, Tuhan mau apa di dalam hidupku? Sebetulnya Tuhan sudah banyak memberi tahu tapi karena kita tidak berani melepaskan belenggu maka ajakan ajakanNya tidak bisa kita dengar. Mengapa? Karena kita memiliki konsep di kepala kita yang merintangi. Tanpa sadar kita berkata, tidak mungkin, tidak mau, masa iya, bukan saya, ....

Coba temukan satu konsep di dalam diri kita yang tidak bisa  dilepaskan, mungkin justru itu yang harus kita pertanyakan ulang lebih dulu. Dengan tenang dan berani masuk ke dalam diri menemukan jawaban yang rasional kita akan dituntun ke pemahaman yang lebih dewasa. 

Bakat utama kita adalah sesuatu yang alami. Sesuatu yang sering kita lakukan dan pikirkan. Bakat utama adalah kekuatan yang akan membuat kita berdiri secara mandiri diatas kaki kita. Kita akan merasakan kedamaian dan kebermaknaan ketika melakukan fungsi tersebut.

Seorang supir dari ayah teman saya, punya empat orang anak dan hebatnya semua telah sarjana. Kok bisa? karena dia adalah supir yang baik, ia disayang oleh papa teman saya itu. Jadi anaknya semua bisa bersekolah ke jenjang tinggi.  Walau kini anak anaknya sudah bekerja, ia tetap menjadi seorang supir yang setia.

Apa bakat utama Anda? dan Sudahkah bakat anda menopang panggilan hidup Anda?

Salam cahaya, candratua

Ikuti Pelatihan “Self Change”. Hotel Grand Whiz, Kelapa Gading, 28 - 29 Maret 2014, menginap, 3.000.000 per orang - 5.500.000 per pasangan, 
Informasi dan keterangan lebih lanjut hubungi :

021 2938 2838 atau 021 707 54 779

Tidak ada komentar:

Posting Komentar