Selasa, 01 April 2014

Diduga Dikeroyok 3 Temannya, Murid Kelas I SD Tewas

MAKASSAR, KOMPAS.com — MSS (7), murid Kelas IA Sekolah Dasar (SD) Inpres Tamalanrea V, Kompleks Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, meninggal di ruang perawatan ICU RS Ibnu Sina, Makassar, Senin (31/3/2014) dini hari. Belum ada keterangan resmi berdasarkan hasil visum dan forensik, tetapi dua hari sebelumnya, MSS dilarikan ke UGD setelah tersungkur di perempatan jalan sekitar 200 meter dari sekolahnya dan 250 m dari rumah tinggalnya setelah pulang sekolah.

Mengapa terjadi? Mengapa seorang anak sampai tega memukul temannya? Apa lagi jika sampai tewas. Sebuah pertanyaan besar. Apakah si  anak mampu membedakan baik dan jahat? membedakan mana yang benar dan salah. kegagalan seorang anak mengenali hal ini semenjak kecil akan berdampak luas jika ia besar. Mengapa? karena pedoman dan prinsip bertindak yang dimilikinya tidak jelas dan cenderung salah.



Jika seorang anak menjadi sadis ada kemungkinan ia sudah terbiasa melihat kekerasan. entah melalui film atau kesehariannya. Dari film, berarti apa yang ditonton oleh si anak dan jika dari keseharian berarti dari apa yang dia lihat di sekitarnya entah lingkungan sekolah, tempat tinggal dan keluarganya.

Anak anak cenderung mudah menangkap apa yang ada dilihat oleh matanya. Apalagi semenjak kecil mendapat pendidikan yang penuh dengan perbandingan dan kecerdikan. Dengan perbandingan berarti si anak diukur dengan ukuran anak lain, padahal setiap anak memiliki keunikannya masing masing. apakah setiap anak bisa juara satu di kelasnya? pasti tidak mungkin. Justru si anak perlu dilihat apa kekuatannya dari pada kelemahannya sehingga ia jadi anak yang punya harga diri dan percaya diri.

Apa yang dimaksud mendidik anak dengan kecerdikan? Ini berarti mengajarkan anak untuk selalu menang dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapat dan menjaga apa yang dimilikinya dengan sangat kuat. Padahal dalam hidup ada prinsip prinsip yang nyata, bahwa hidup harus berbagi, terkadang mengalah dan perlu mundur sejenak.

Sehingga perlu dipertanyakan ulang kembali pendidikan yang menanamkan nilai nilai persaingan apakah lebih banyak manfaat atau mudaratnya. seorang anak dibesarkan dengan didikan menang/kalah dan penuh kecerdikan membuat dirinya akan semakin egois dan tidak ada tempat bagi orang lainnya.

Kalau begitu sebetulnya apa yang perlu diperbaiki?
Tidak ada jalan lain kecuali kembali menanam nilai nilai moral. Pengetahuan moral akan mendidik si anak menyadari apa yang benar dan salah dan tahu apa yang jahat dan baik. Dengan terlatihnya hati akan membuat si anak peka dengan nuraninya dan menjaga perbuatan buruknya.

Sistem pendidikanpun perlu melihat ulang apa yang penting, apa yang betul-betul dibutuhkan oleh seorang anak di masa depan. Bukan  melihat berdasarkan proyek dan kepentingan sesaat tapi justru lihat apa yang akan terjadi ke depannya. Beranilah mengubah cara pandang maka akan mengubah kebijakan yang selama ini sudah dipegang. Berpikirlah untuk kebaikan maka kita akan dianugerahi kreatifitas tanpa henti yang berbuah kebaikan dan dinamika yang menyenangkan.

Tanggung jawab siapa?
saya kira semua pihak yang terkait bertanggung jawab, baik dari sekolah, lingkungan, pemerintah dan juga keluarga. Tidak perlu lagi saling menyalahkan, apa lagi itu dilakukan oleh anak anak juga. yang perlu sekarang adalah mendidik anak anak yang salah tersebut dengan pendampingan moral, agar ke depannya dia tidak melakukan kesalahan yang sama atau bahkan lebih sadis.

Semoga kejadian ini tidak perlu terulang lagi ... para pemangku jabatan dan para orang yang peduli menyuarakan nilai nilai moral semoga
tidak patah semangat, terus berjuang

salam hangat ... candra


Tidak ada komentar:

Posting Komentar