Minggu, 05 November 2017

Menjadi apa yang kita pikirkan


Saya teringat dengan ceramah yang diberikan oleh seorang guru yang mengatakan bahwa kondisi pikiran kita ini seperti wadah, apa pun yang dimasukkan dalam wadah itu, kita akan menjadi seperti itu. Kalau kita memasukkan kotak maka pikiran kita akan kotak, kalau memasukkan segitiga pikiran kita pun menjadi segitiga. Kalau kita masukkan benda bulat maka pikiran kita juga bulat.

Saya memikirkan apa saja yang masuk dalam pikiran dengan diam sejenak (hening), mengamati pikiran saya sendiri. Hasilnya, berbagai macam pikiran melintas tanpa hentinya seperti supermarket yang menjajakan semua produknya. Bermacam-macam muncul dan ada beberapa yang muncul berulang dengan intensitas yang tinggi.


Diantaranya, pikiran tentang pekerjaan, anak yang sedang sakit, ide tulisan yang hendak di tulis, wanita cantik, istri, investasi, relasi, Falun Dafa …. Dan lain lain… silahkan mencoba, dan temukan berbagai pemikiran yang masuk untuk menyadarinya….

Kita dikendalikan oleh Pikiran

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa pikiran pikiran itu muncul? Sebetulnya itu adalah refleksi dari apa yang kita lakukan keseharian. Berapa banyak waktu kita habiskan maka sebetulnya kita tengah mengisi pikiran dengan benda tersebut. Misalnya kita diisi dengan nonton film, maka film film tersebut yang akan mempengaruhi kita. Kalau film itu adalah film percintaan maka kita akan di dorong untuk melakukan percintaan, jika film itu isinya adalah romantika, kita pun akan di dorong untuk mendapatkan dan melakukan romantika … atau jika  isinya kekerasan tanpa sadar kita pun mengiyakan kekerasan, jika isinya petualangan maka kita pun terinspirasi untuk melakukan petualangan…

Semakin sutradara mampu mengarahkan cerita menjadi seru dan menyentuh hati maka kita semakin terlarut dalam alur cerita tersebut dan kita tidak bisa berhenti. Saya ingat dulu sebelum anak lahir, saya dan istri punya begitu banyak waktu menonton, bisa habiskan waktu hingga berjam jam…. Bisa 10 jam dihabiskan untuk menonton. Terlebih jika menonton film berseri… lebih dikendalikan untuk menonton lebih banyak agar cepat tuntas mengetahui akhir dari cerita tersebut.

Sadari Pikiran

Bagaimana agar kita tidak dikendalikan oleh pikiran kita begitu saja? Pemahaman saya, adalah dengan diam, hening, atau meditasi. Dengan latihan yang berkelanjutan kita akan semakin menyadari bagaimana sebuah pemikiran itu tumbuh dan bisa mengendalikan kita. Bahkan dalam prosesnya kita bisa melihat dan memahami sejarah hidup diri kita sendiri mengapa menjadi seperti ini. kita menyadari apa saja yang kita lakukan sebetulnya digerakkan oleh konsep konsep oleh pikiran yang sudah terbentuk dengan kuat.

Sebuah kisah ..
Seorang pria yang sukses dan berdedikasi dalam bekerja ia melakuan yang terbaik dalam segala hal. Ia menikah dan memiliki seorang anak, hidup dengan berkecukupan. Tapi orang disekitarnya takut dan tidak sungguh mencintainya. Ia akan selalu berkomentar dengan apa yang dicapai dan cenderung merendahkan. Istrinya yang bekerja keras di rumah ia tidak hargai malah dinilai lamban, anaknya yang cerdas dan mendapat angka baik pun malah dicemooh tidak sehebat dirinya. Tanpa sadar ini sudah menjadi kebiasaan dan cirinya. Di kantor ia dikenal seorang perfeksionis, semua karyawan takut karena dia seorang pemimpin yang pandai mengkritik dan menjatuhkan orang lain. Karena dia berbakat tidak ada seorang pun yang berani menegurnya.

Satu waktu dia jatuh sakit  karena kelelahan bekerja dan kondisi pikirannya yang selalu menuntut sempurna. Dalam sakitnya yang parah tersebut ia bermimpi bertemu dengan seorang malaikat, yang menunjukkan kejadian demi kejadian kehidupannya. Ia teringat sebuah kejadian di masa kecil ketika dia pertama kalinya mendapat nilai 100 matematika, yang merupakan mata pelajaran yang paling sulit dan dia bekerja keras mendapatkannya, ketika dia tunjukkan angka tersebut kepada ayahnya, sang ayah malah merobek kertas tersebut tanpa penjelasan dan langsung masuk ke kamarnya. Namun malaikat itu menunjukkan apa yang terjadi kemudian. Ternyata saat itu adalah saat dimana ayahnya di PHK, sedang gundah dan tidak memiliki uang yang cukup untuk menghidupi keluarga dan menyelokahkannya.

Dua buah peristiwa penting terjadi bersamaan satu peristiwa gembira dan satu sedih, tidak terkelola dengan baik akhirnya sang anak tumbuh dengan perasaan tidak dihargai, sebaliknya sang ayah tumbuh dengan penyesalan karena sikapnya yang tidak dewasa terhadap anaknya.

Peristiwa ini pun membuat ia sadar, mengapa hubungan dengan ayahnya selama ini tidak pernah baik. Ia dari dulu cenderung melawan dan ingin jauh darinya….

Menyadari Pikiran adalah melihat ulang kehidupan, melihat konsep konsep yang sudah terbentuk dan membentuk kehidupan kita masing masing. Apakah pikiran kita yang terbentuk ini adalah benar? Dengan melihat sikap dan tindakan kita bereaksi terhadap sebuah kejadian kita akan semakin memahami selama ini bagaimana diri kita terbentuk.

Semakin kita mengisi pikiran dengan hal baik, maka kita memiliki pikiran yang baik. Hal ini akan memampukan kita untuk menerima dan mengelola kehidupan dengan baik pula ….

Semoga Anda dan saya semakin bijak hadapi setiap kejadian hidup ini…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar