Jon - Si Pemarah
“Ciat … buk!!” Tiba-tiba
Jon memukul punggung Sahat. Seketika Sahat tersungkur jatuh. Sahat meringis
kesakitan dan tak lama kemudian dia menangis. Jon terkenal sebagai anak yang
nakal dan sulit sekali dikendalikan. Tak seorang pun berani melawan. Tubuhnya
besar dan tampak sekali kuat. Ia seringkali memukul teman-temannya entah dengan
maksud bercanda atau ketika suasana hatinya memang sedang kesal. Guru-guru pun kewalahan
menghadapinya.
Suatu
hari Cancan - teman sekelasnya - berselisih dengan Jon. Seperti biasa Jon
menggunakan tangannya untuk menyelesaikan masalah. “Apa?? Kamu kecil-kecil berani melawan
perintahku. Kerjakan perintahku atau bogemku akan melayang ke kepalamu!!”
Hardiknya keras. “ Jon!” teriak Cancan lantang sampai seisi kelas langsung memandang
mereka. Cancan nampak tegang sebab
tangan Jon sudah ada di lehernya. Cancan berkata,” Jon, mari kita selesaikan
baik-baik. Janganlah cepat marah!” Belum sempat Cancan selesai bicara, tangan
Jon melayang ke kepala Cancan. Beruntung Cancan segera mengelak dan menjatuhkan
diri. Seketika terjadi keriuhan di dalam kelas. Cancan rebut melawan Jon.
Beberapa
anak yang kesal kepada Jon mendukung Cancan.
“Ayo, Can. Habisi dia!” Jon seperti orang kalap memukul bertubi-tubi.
Tetapi Cancan berhasil mengelak, menangkis dan bahkan beberapa kali memukul
dengan telak sehingga Jon terjatuh. Beruntung Ibu Nita segera masuk dan melerai
mereka. Beberapa anak pun dipanggil sebagai saksi. Jon diskors selama seminggu
dan Cancan mendapat skors tiiga hari.
“Can,
kok kamu berani sih melawan si Jon yang gede begitu?” Sahat sepertinya kagum
dan ingin seperti Cancan. “Aku latihan karate, aku diajarkan untuk membela diri
kalau aku diserang” Jawab cancan. “Wah
kalau gitu kita bisa bales dendam perlakuan si Jon selama ini dong?” Timpal
Sahat kagum. “Hat, karate bukan untuk
jago-jagoan, tetapi untuk membela diri. Bukan untuk balas dendam! Malah aku sebenarnya kasihan sama Jon, dia
begitu pemarah. Kn karena orangtuanya sering berantem. Aku sering ngobrol
dengan dia, bahkan dia pernah cerita padaku sampai menangis. Jadi aku mengerti mengapa Jon pemarah. Dia butuh saat
dan suasana untuk melepaskan kegelisahannya. Orang yang melihat semua
bermasalah kemungkinan besar ia sedang bermasalah, Hat!” Papar
Cancan mencoba menyelami. “Oh, begitu yah. Jadi selama
ini aku salah sangka. Kalau begitu
apa yang perlu kita lakukan?” Tanya Sahat. “Jadilah temannya, jangan dianggap ia adalah orang yang
harus ditakuti, dihindari atau dimusuhi. Dan menurutku dia lebih butuh didengarkan.”
Seminggu
kemudian Jon sudah hadir di kelas. Dia masih nampak marah pada Cancan. Tapi
Cancan segera mendatanginya. “Maafkan
aku ya Jon, kemaren aku nggak sabar. Maukah engkau memaafkanku?” Jon tiba-tiba
langsung memeluk Cancan dan menangis, “Maafkan aku juga Can. Papa mama berpisah dan sekarang aku tinggal sama nenekku.”
Semenjak
itu Cancan bersahabat dengan Jon dan
Sahat, bahkan mereka berlatih karate bersama.
Kabarnya di sebuah kejuaraan tingkat SMU, Jon berhasil menang dan menjadi karateka terbaik.
Cermin
Kebijaksanaan
Jon adalah anak yang tidak baik. Perilakunya
kasar dan seringkali mengganggu teman-temannya. Perilakunya yang buruk
membuatnya dijauhi dan tidak disenangi. Malah ia suka bertengkar dan main
tangan. Anak yang baik tentunya tidak melakukan hal ini. Seharusnya bersikap
menghargai dan memiliki tenggang rasa kepada temannya.
Cancan adalah anak yang baik. Ia menghargai
teman dan kepedulian. Ia mencoba mengerti kenapa Jon bersikap kasar dan memang
Jon memiliki masalah sehingga sering membuat onar.
Sebagai sesama teman ada baiknya saling
bertenggang rasa, berusaha memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Tenggang
rasa akan membantu terciptanya saling pengertian. Bisakah kita menjadi anak
yang lebih baik dari sekarang?
Tantangan : Apa yang akan
kamu lakukan apabila mengetahui bahwa
teman kita adalah anak yang kurang baik?
Cerita Moral : Jon si Pemarah : KaMo Homeschooling Community , WA : 0852 68506155
Tidak ada komentar:
Posting Komentar